Kucing hanya mengeong kepada manusia. Kucing jarang mengeong kepada sesamanya yaitu kucing. Kucing akan mengeong dan menatap mata kita ketika lapar dan meminta makan, ketika sakit dan meminta ditolong, atau ketika bosan di dalam rumah dan meminta perhatian.
Kebiasaan kucing mengeong untuk berkomunikasi pada manusia ini sudah berlangsung ribuan tahun lamanya. Sejak kucing menjadi hewan domestik dan tinggal berdekatan dengan para manusia.
Kebiasaan kucing mengeong untuk berkomunikasi pada manusia ini sudah berlangsung ribuan tahun lamanya. Sejak kucing menjadi hewan domestik dan tinggal berdekatan dengan para manusia.
Menghimpun data dari Live Science. sebelum menjadi hewan domestik, kucing adalah makhluk penyendiri yang tak punya kemampuan berkomunikasi dengan manusia. Hewan pendiam Kucing mulai menjadi teman manusia, hidup di dalam habitat manusia, sejak 10.000 tahun yang lalu.
Masa sebelum itu, kucing adalah hewan liar yang penyendiri. Hal ini seperti ditulis John Bradshaw dan Chalotte Cameron Beaumont di buku The Domestic Cat: The Biology of Its Behaviour.
Sebelum jadi hewan domestik, kucing jarang menggunakan pita suaranya untuk berkomunikasi, bahkan dengan sesamanya. Kucing purba akan berkomunikasi dengan sesama kucing lewat bau tubuh, dengan menggosok-gosokkan beberapa anggota tubuhnya ke tubuh kucing lain, atau dengan menyemprot urin ke tempat-tempat yang ingin mereka tandai sebagai wilayah mereka.
Menurut John Wright, psikolog yang mempelajari tingkah laku binatang, kucing tak membutuhkan suara untuk berkomunikasi, "Karena buat apa menggunakan vokalisasi jika mereka bisa berkomunikasi lewat cara yang lebih efisien?"
Kebutuhan berkomunikasi dengan manusia
Namun sifat pendiam kucing ini sontak berubah ketika mereka harus hidup berdampingan dengan manusia. Karena kucing menyadari, indera penciuman manusia tak sekuat kucing sehingga tak bisa digunakan membaui aroma tubuh kucing yang mereka gunakan untuk berkomunikasi.
Bahkan seringnya, penyemprotan urin kucing ke beberapa sudut rumah, tak dianggap manusia sebagai komunikasi yang wajar dan justru dianggap sebagai perilaku yang kurang tepat. Jadi kucing pun beradaptasi dengan hal ini, dan akhirnya mengeluarkan suara meongnya, untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dari manusia-manusia di sekitarnya.
Bagi kucing, vokalisasi meong menjadi alat untuk memanipulasi manusia, untuk mendapatkan makanan, perlindungan juga perhatian dari manusia. Dari tahun ke tahun, kucing pun semakin pintar memanipulasi manusia. Mereka melatih vokalnya dalam nada yang berbeda-beda, untuk mendapatkan hal yang berbeda-beda pula dari manusia.
Jika Anda perhatikan, nada meong kucing meminta makan dengan kucing yang meminta perhatian akan berbeda. Ketika meminta makan, nada meong kucing akan terdengar lebih tinggi dan dalam intens.
Karena vokalisasi ini berhubungan dengan keberadaan manusia, maka kucing liar atau kucing jalanan, akan memiliki frekuensi mengeong lebih jarang dari pada kucing rumahan. Mereka merasa tak perlu melakukan vokalisasi, mengingat hidupnya tak pernah berdekatan dengan manusia.
Masa sebelum itu, kucing adalah hewan liar yang penyendiri. Hal ini seperti ditulis John Bradshaw dan Chalotte Cameron Beaumont di buku The Domestic Cat: The Biology of Its Behaviour.
Sebelum jadi hewan domestik, kucing jarang menggunakan pita suaranya untuk berkomunikasi, bahkan dengan sesamanya. Kucing purba akan berkomunikasi dengan sesama kucing lewat bau tubuh, dengan menggosok-gosokkan beberapa anggota tubuhnya ke tubuh kucing lain, atau dengan menyemprot urin ke tempat-tempat yang ingin mereka tandai sebagai wilayah mereka.
Menurut John Wright, psikolog yang mempelajari tingkah laku binatang, kucing tak membutuhkan suara untuk berkomunikasi, "Karena buat apa menggunakan vokalisasi jika mereka bisa berkomunikasi lewat cara yang lebih efisien?"
Kebutuhan berkomunikasi dengan manusia
Namun sifat pendiam kucing ini sontak berubah ketika mereka harus hidup berdampingan dengan manusia. Karena kucing menyadari, indera penciuman manusia tak sekuat kucing sehingga tak bisa digunakan membaui aroma tubuh kucing yang mereka gunakan untuk berkomunikasi.
Bahkan seringnya, penyemprotan urin kucing ke beberapa sudut rumah, tak dianggap manusia sebagai komunikasi yang wajar dan justru dianggap sebagai perilaku yang kurang tepat. Jadi kucing pun beradaptasi dengan hal ini, dan akhirnya mengeluarkan suara meongnya, untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dari manusia-manusia di sekitarnya.
Bagi kucing, vokalisasi meong menjadi alat untuk memanipulasi manusia, untuk mendapatkan makanan, perlindungan juga perhatian dari manusia. Dari tahun ke tahun, kucing pun semakin pintar memanipulasi manusia. Mereka melatih vokalnya dalam nada yang berbeda-beda, untuk mendapatkan hal yang berbeda-beda pula dari manusia.
Jika Anda perhatikan, nada meong kucing meminta makan dengan kucing yang meminta perhatian akan berbeda. Ketika meminta makan, nada meong kucing akan terdengar lebih tinggi dan dalam intens.
Karena vokalisasi ini berhubungan dengan keberadaan manusia, maka kucing liar atau kucing jalanan, akan memiliki frekuensi mengeong lebih jarang dari pada kucing rumahan. Mereka merasa tak perlu melakukan vokalisasi, mengingat hidupnya tak pernah berdekatan dengan manusia.
Related Post