Di masa depan, sterilisasi atau kebiri mungkin bisa jadi opsi kedua untuk menekan kelebihan populasi kucing liar. Studi teranyar menemukan potensi metode kontrasepsi nonbedah untuk kucing.
"Apa yang ditemukan dalam studi ini benar-benar bisa mengatasi masalah overpopulasi kucing liar," ujar Direktur Penelitian Hewan di Cincinnati Zoo & Botanical Garden sekaligus penulis studi, melansir CNN. Studi ini diterbitkan pada Selasa (6/6) di jurnal Nature Communications.
"Apa yang ditemukan dalam studi ini benar-benar bisa mengatasi masalah overpopulasi kucing liar," ujar Direktur Penelitian Hewan di Cincinnati Zoo & Botanical Garden sekaligus penulis studi, melansir CNN. Studi ini diterbitkan pada Selasa (6/6) di jurnal Nature Communications.
Hal ini dimulai dari penemuan laboratorium oleh ahli biologi molekuler dari Harvard Medical School Profesor David Pepin. Ia dan rekan-rekannya mempelajari hormon yang ada di folikel ovarium mamalia.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang fungsi hormon, tim peneliti menyuntikkan tikus betina dengan gen yang memproduksinya. "Sangat mengejutkan. Itu [suntikan gen] mematikan sebagian besar aktivitas ovarium pada tikus, dan mereka jadi tidak subur," ujar Pepin.
Dari penemuan itulah, Pepin dan rekan-rekannya berpikir untuk mencoba mengembangkan alat kontrasepsi nonbedah pada hewan mamalia lainnya seperti kucing dan anjing. Dalam proyek ini, mereka bekerja sama dengan organisasi nirlaba Michelson Found Animals Foundation.
Dalam studi ini, para peneliti menggunakan kucing-kucing liar yang ada di Cincinnati Zoo. Cincinnati Zoo sendiri dikenal sebagai rumah terluas bagi banyak kucing liar di Amerika Serikat (AS).
Untuk studi kontrasepsi ini, para peneliti bekerja dengan sembilan kucing betina. Tiga di antaranya masuk dalam kelompok kontrol. Sementara enam lainnya mendapatkan suntikan gen hormon yang dimaksud.
Hasilnya ditemukan bahwa gen tersebut menyebabkan tubuh kucing memproduksi hormon yang mencegah perkembangan folikel ovarium. Tanpa pematangan sel-sel telur di ovarium, kucing betina tidak bisa hamil.
Para peneliti menemukan, peningkatan hormon tersebut terjadi lebih dari dua tahun setelah injeksi. Temuan awal ini diklaim bisa menjanjikan alat kontrasepsi kucing nonbedah.
"Kami sangat optimistis bahwa ini akan menjadi produk yang berguna. Tapi itu tentu tidak akan terjadi dalam satu atau dua tahun ke depan," ujar Swanson. Dibutuhkan penelitian dan uji coba lebih lanjut untuk memastikan keamanannya.
Selama ini, proses sterilisasi atau kebiri menjadi satu-satunya cara untuk mencegah kehamilan pada kucing, yang bisa membantu menekan kelebihan populasi kucing.
Namun, dalam beberapa kasus, proses pembedahan ini menimbulkan sejumlah efek samping pada kucing.
Sumber
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang fungsi hormon, tim peneliti menyuntikkan tikus betina dengan gen yang memproduksinya. "Sangat mengejutkan. Itu [suntikan gen] mematikan sebagian besar aktivitas ovarium pada tikus, dan mereka jadi tidak subur," ujar Pepin.
Dari penemuan itulah, Pepin dan rekan-rekannya berpikir untuk mencoba mengembangkan alat kontrasepsi nonbedah pada hewan mamalia lainnya seperti kucing dan anjing. Dalam proyek ini, mereka bekerja sama dengan organisasi nirlaba Michelson Found Animals Foundation.
Dalam studi ini, para peneliti menggunakan kucing-kucing liar yang ada di Cincinnati Zoo. Cincinnati Zoo sendiri dikenal sebagai rumah terluas bagi banyak kucing liar di Amerika Serikat (AS).
Untuk studi kontrasepsi ini, para peneliti bekerja dengan sembilan kucing betina. Tiga di antaranya masuk dalam kelompok kontrol. Sementara enam lainnya mendapatkan suntikan gen hormon yang dimaksud.
Hasilnya ditemukan bahwa gen tersebut menyebabkan tubuh kucing memproduksi hormon yang mencegah perkembangan folikel ovarium. Tanpa pematangan sel-sel telur di ovarium, kucing betina tidak bisa hamil.
Para peneliti menemukan, peningkatan hormon tersebut terjadi lebih dari dua tahun setelah injeksi. Temuan awal ini diklaim bisa menjanjikan alat kontrasepsi kucing nonbedah.
"Kami sangat optimistis bahwa ini akan menjadi produk yang berguna. Tapi itu tentu tidak akan terjadi dalam satu atau dua tahun ke depan," ujar Swanson. Dibutuhkan penelitian dan uji coba lebih lanjut untuk memastikan keamanannya.
Selama ini, proses sterilisasi atau kebiri menjadi satu-satunya cara untuk mencegah kehamilan pada kucing, yang bisa membantu menekan kelebihan populasi kucing.
Namun, dalam beberapa kasus, proses pembedahan ini menimbulkan sejumlah efek samping pada kucing.
Sumber
Related Post