Selain mahasiswa dan staf pengajar, kucing dan anjing juga bagian dari lingkungan Universitas Indonesia (UI), Depok. Hewan-hewan itu kerap muncul di sejumlah area, seperti kantin kampus dan kawasan indekos dekat kampus UI.
Saat pandemi corona mulai terjadi di Indonesia, hewan-hewan tersebut terkena dampak. Salah satunya adalah berkurangnya asupan makanan. Sebab, kantin mahasiswa tutup. Aktivitas perkuliahan pun dilakukan secara daring. Jadi, tak ada yang merawat mereka.
Saat pandemi corona mulai terjadi di Indonesia, hewan-hewan tersebut terkena dampak. Salah satunya adalah berkurangnya asupan makanan. Sebab, kantin mahasiswa tutup. Aktivitas perkuliahan pun dilakukan secara daring. Jadi, tak ada yang merawat mereka.
Kondisi itu membuat Komunitas UI Peduli Hewan lebih gencar dalam memberikan makanan (street feeding) dan juga sterilisasi. Gerakan ini beranggotakan sejumlah mahasiswa dari berbagai fakultas yang mulai aktif pada 2019.
âBanyak yang mati, terus kena penyakit karena enggak ada asupan gizi. Di saat pandemi awal, meski enggak pasti, ada 300-an ekor lebih kucing, untuk anjing tujuh,â ujar Mutiara Liswanda, Wakil Ketua I Bidang Lapangan UI Peduli Hewan, Kamis (18/3).
Semua kegiatan itu dibiayai oleh donatur termasuk dari kalangan dosen. Biasanya, penggalangan dana dilakukan beberapa hari sebelum diadakan street feeding dan sterilisasi. Penggunaan dana langsung dilaporkan melalui akun media sosial komunitas tersebut.
âPuji Tuhan ya, mungkin lebih ke metode, dan donasi kami pakai beli makan, rescue, biaya pengobatan, tiap minggu butuh dana,â kata Vanessa Nathania, Wakil Ketua III Bidang Publikasi Donasi.
âUntuk program sterilisasi, Muti mengatakan, biasanya dalam seminggu bisa mencapai lima hingga enam ekor hewan. Tetapi, bisa juga sehari sampai enam ekor. Meski begitu, di masa pandemi itu, banyak orang yang membuang baik kucing maupun anjing di sekitar UI.
âProblem utama sterilisasi, populasi yang mau kita atasi. Kita coba galakkan. Justru pandemi banyak yang buang, kabar terbaru empat anjing, dua belum kita approach,â jelasnya.
Efektif Menjaga Populasi Kucing-Anjing
Terkait sterilisasi, Ketua Hewan Peduli UI Mayke Ruth mengatakan program itu cukup ampuh untuk menjaga jumlah populasi kucing dan anjing. Hal itu berdasarkan pengamatannya di FISIP UI pada 2017.
âDi situ [FISIP UI] kucing dewasa segitu-segitu saja. Bener-bener mencegah over populasi. Beban jadi berkurang. Cuma tantangannya (tadi) yang banyak (orang) yang buang,â ujarnya.
Dari permasalahan ini, ia mengungkapkan pentingnya tempat penangkaran hewan karena tempat tersebut bisa menjamin kesehatan hewan. Contohnya, hewan bisa dititipkan ke penangkaran setelah dilakukan rawat jalan atau sterilisasi.
â
Meski begitu, untuk membangun penangkaran butuh proses yang panjang. Ia dan sejumlah pengurusnya masih mematangkan kepengurusannya. Sebab, ia berharap, komunitas ini bisa menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) ke depannya.
Belajar Kesehatan Hewan secara Otodidak
Di UI, tidak ada jurusan kedokteran hewan. Untuk bergerak di bidang kesejahteraan hewan, komunitas ini belajar secara otodidak. Selain itu, memang anggota komunitas ini juga memiliki hewan peliharaan sendiri.
âKami bolak-balik ke klinik ada kasus aneh-aneh, dari situ dapat pengetahuan, nanya dari dokter,â ujar Siti Sahana Aqesya, Wakil Ketua II Bidang Hubungan Masyarakat dan Relasi Instansi.
Bahkan mereka juga kerap membawa jurnal untuk mencari tahu soal penyakit hewan.
âBanyak yang mati, terus kena penyakit karena enggak ada asupan gizi. Di saat pandemi awal, meski enggak pasti, ada 300-an ekor lebih kucing, untuk anjing tujuh,â ujar Mutiara Liswanda, Wakil Ketua I Bidang Lapangan UI Peduli Hewan, Kamis (18/3).
Semua kegiatan itu dibiayai oleh donatur termasuk dari kalangan dosen. Biasanya, penggalangan dana dilakukan beberapa hari sebelum diadakan street feeding dan sterilisasi. Penggunaan dana langsung dilaporkan melalui akun media sosial komunitas tersebut.
âPuji Tuhan ya, mungkin lebih ke metode, dan donasi kami pakai beli makan, rescue, biaya pengobatan, tiap minggu butuh dana,â kata Vanessa Nathania, Wakil Ketua III Bidang Publikasi Donasi.
âUntuk program sterilisasi, Muti mengatakan, biasanya dalam seminggu bisa mencapai lima hingga enam ekor hewan. Tetapi, bisa juga sehari sampai enam ekor. Meski begitu, di masa pandemi itu, banyak orang yang membuang baik kucing maupun anjing di sekitar UI.
âProblem utama sterilisasi, populasi yang mau kita atasi. Kita coba galakkan. Justru pandemi banyak yang buang, kabar terbaru empat anjing, dua belum kita approach,â jelasnya.
Efektif Menjaga Populasi Kucing-Anjing
Terkait sterilisasi, Ketua Hewan Peduli UI Mayke Ruth mengatakan program itu cukup ampuh untuk menjaga jumlah populasi kucing dan anjing. Hal itu berdasarkan pengamatannya di FISIP UI pada 2017.
âDi situ [FISIP UI] kucing dewasa segitu-segitu saja. Bener-bener mencegah over populasi. Beban jadi berkurang. Cuma tantangannya (tadi) yang banyak (orang) yang buang,â ujarnya.
Dari permasalahan ini, ia mengungkapkan pentingnya tempat penangkaran hewan karena tempat tersebut bisa menjamin kesehatan hewan. Contohnya, hewan bisa dititipkan ke penangkaran setelah dilakukan rawat jalan atau sterilisasi.
â
Meski begitu, untuk membangun penangkaran butuh proses yang panjang. Ia dan sejumlah pengurusnya masih mematangkan kepengurusannya. Sebab, ia berharap, komunitas ini bisa menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) ke depannya.
Belajar Kesehatan Hewan secara Otodidak
Di UI, tidak ada jurusan kedokteran hewan. Untuk bergerak di bidang kesejahteraan hewan, komunitas ini belajar secara otodidak. Selain itu, memang anggota komunitas ini juga memiliki hewan peliharaan sendiri.
âKami bolak-balik ke klinik ada kasus aneh-aneh, dari situ dapat pengetahuan, nanya dari dokter,â ujar Siti Sahana Aqesya, Wakil Ketua II Bidang Hubungan Masyarakat dan Relasi Instansi.
Bahkan mereka juga kerap membawa jurnal untuk mencari tahu soal penyakit hewan.
Related Post =