Perjuangan perempuan bernama Natalia Popova yang menyelamatkan satwa liar dan hewan peliharaan yang ditinggal lari pemiliknya dalam perang di Ukraina Rusia. Dari aksinya itu, ia dijuluki perempuan dengan sembilan nyawa.
"Mereka adalah hidupku," kata perempuan 50 tahun itu sambil membelai seekor singa betina berbulu halus seperti anak kucing, Senin (8/8/2022)
"Mereka adalah hidupku," kata perempuan 50 tahun itu sambil membelai seekor singa betina berbulu halus seperti anak kucing, Senin (8/8/2022)
Popova bekerja sama dengan kelompok perlindungan hewan UA Animals dan telah menyelamatkan lebih dari 300 hewan dari perang. Sekitar 200 hewan tersebut berhasil keluar dari Ukraina, dan 100 lainnya menemukan rumah baru di Ukraina barat, kawasan yang dianggap lebih aman.
Hewan-hewan itu adalah satwa liar yang dipelihara sebagai hewan peliharaan di rumah pribadi, sebelum pemiliknya melarikan diri dari penembakan dan rudal Rusia. Tempat perlindungan Popova di Desa Chubynske di wilayah Kyiv juga menjadi penampungan satwa. Kini, rumahnya menampung 133 ekor hewan.
Rumah itu bahkan bisa disebut sebagai kebun binatang mini, dengan menjadi rumah bagi 13 singa, macan tutul, harimau, tiga rusa, serigala, rubah, rakun dan rusa roe, serta hewan peliharaan seperti kuda, keledai, kambing, kelinci, anjing, kucing, dan burung.
Hewan-hewan yang menunggu dievakuasi ke Polandia diselamatkan dari titik-titik panas seperti wilayah Kharkiv dan Donetsk di Ukraina timur, yang mengalami pemboman hampir setiap hari. Tentara Ukraina biasanya memberitahu Popova ketika hewan di dekat garis terdepan perang membutuhkan bantuan.
Karena keberaniannya menyelamatkan hewan-hewan dari perang, Popova bahkan dijuluki memiliki banyak nyawa. "Tidak ada yang mau ke sana. Semua orang takut. Saya juga takut, tapi saya tetap pergi," kata Popova.
"Saya merasa sangat kasihan pada mereka. Saya bisa membayangkan hewan stres karena perang, dan tidak ada yang bisa membantu mereka," tambahnya.
Dalam kebanyakan kasus, dia tidak tahu apa-apa tentang hewan yang dia selamatkan, baik nama, usia, maupun pemiliknya. "Hewan tidak bisa memperkenalkan diri ketika mereka datang kepada kita," dia berkelakar.
Selama bulan-bulan pertama perang, Popova berkendara ke tempat-tempat perang sendirian, tetapi rekannya dari kelompok perlindungan hewan UA Animals baru-baru ini menawarkan untuk membantunya.
"Rekor kami adalah evakuasi dalam 16 menit, ketika kami menyelamatkan seekor singa di antara Kramatorsk dan Sloviansk," katanya.
Popova mengatakan dia sangat dekat dengan binatang sejak dulu. Pada tahun 1999, ia membuka klub kuda swasta pertama di Ukraina dan baru empat tahun yang lalu dia menyelamatkan singa pertamanya.
Saat itu, sebuah organisasi perlindungan hewan meminta bantuan kepadanya untuk menyelamatkan seekor singa dengan tulang belakang yang patah. Popova tidak tahu bagaimana dia bisa membantu seekor singa karena keahliannya di bidang kuda. Namun ketika melihat foto kucing besar itu, Popova tidak bisa menolak.
Yana, singa betina pertama yang dia selamatkan, telah menjadi penghuni shelter karena tidak dapat menemukan rumah baru akibat cacat. Popova merawatnya sampai dia mati dua minggu lalu.
Shelter hanyalah tempat persinggahan sementara bagi satwa. Popova merehabilitasi hewan dan kemudian mencari rumah baru untuk mereka.
Pada awalnya, dia membiayai tempat penampungan dengan dana sendiri dari bisnis kuda. Namun sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, bisnis kuda tidak lagi menguntungkan.
Dia butuh lebih dari USD 14.000 atau sekitar Rp 209, 3 juta per bulan untuk menjaga hewan tetap sehat dan diberi makan. Dalam prosesnya, Popova beralih ke pinjaman sampai utangnya membengkak menjadi USD 200.000.
Beruntung, Popova mendapat sejumlah uang dari UA Animals dan dari sumbangan.
Popova mengirim semua hewannya ke Kebun Binatang Pozna di Polandia, yang membantunya mengevakuasi mereka dan menemukan rumah baru untuk satwa tersebut. Beberapa hewan telah diangkut ke Spanyol, Prancis, dan Afrika Selatan. Proyek berikutnya adalah mengirim 12 singa ke Polandia minggu ini.
Dengan pertarungan yang belum berakhir, Popova tahu dia akan tetap dibutuhkan.
"Misi saya dalam perang ini adalah menyelamatkan hewan liar," kata dia.
Hewan-hewan itu adalah satwa liar yang dipelihara sebagai hewan peliharaan di rumah pribadi, sebelum pemiliknya melarikan diri dari penembakan dan rudal Rusia. Tempat perlindungan Popova di Desa Chubynske di wilayah Kyiv juga menjadi penampungan satwa. Kini, rumahnya menampung 133 ekor hewan.
Rumah itu bahkan bisa disebut sebagai kebun binatang mini, dengan menjadi rumah bagi 13 singa, macan tutul, harimau, tiga rusa, serigala, rubah, rakun dan rusa roe, serta hewan peliharaan seperti kuda, keledai, kambing, kelinci, anjing, kucing, dan burung.
Hewan-hewan yang menunggu dievakuasi ke Polandia diselamatkan dari titik-titik panas seperti wilayah Kharkiv dan Donetsk di Ukraina timur, yang mengalami pemboman hampir setiap hari. Tentara Ukraina biasanya memberitahu Popova ketika hewan di dekat garis terdepan perang membutuhkan bantuan.
Karena keberaniannya menyelamatkan hewan-hewan dari perang, Popova bahkan dijuluki memiliki banyak nyawa. "Tidak ada yang mau ke sana. Semua orang takut. Saya juga takut, tapi saya tetap pergi," kata Popova.
"Saya merasa sangat kasihan pada mereka. Saya bisa membayangkan hewan stres karena perang, dan tidak ada yang bisa membantu mereka," tambahnya.
Dalam kebanyakan kasus, dia tidak tahu apa-apa tentang hewan yang dia selamatkan, baik nama, usia, maupun pemiliknya. "Hewan tidak bisa memperkenalkan diri ketika mereka datang kepada kita," dia berkelakar.
Selama bulan-bulan pertama perang, Popova berkendara ke tempat-tempat perang sendirian, tetapi rekannya dari kelompok perlindungan hewan UA Animals baru-baru ini menawarkan untuk membantunya.
"Rekor kami adalah evakuasi dalam 16 menit, ketika kami menyelamatkan seekor singa di antara Kramatorsk dan Sloviansk," katanya.
Popova mengatakan dia sangat dekat dengan binatang sejak dulu. Pada tahun 1999, ia membuka klub kuda swasta pertama di Ukraina dan baru empat tahun yang lalu dia menyelamatkan singa pertamanya.
Saat itu, sebuah organisasi perlindungan hewan meminta bantuan kepadanya untuk menyelamatkan seekor singa dengan tulang belakang yang patah. Popova tidak tahu bagaimana dia bisa membantu seekor singa karena keahliannya di bidang kuda. Namun ketika melihat foto kucing besar itu, Popova tidak bisa menolak.
Yana, singa betina pertama yang dia selamatkan, telah menjadi penghuni shelter karena tidak dapat menemukan rumah baru akibat cacat. Popova merawatnya sampai dia mati dua minggu lalu.
Shelter hanyalah tempat persinggahan sementara bagi satwa. Popova merehabilitasi hewan dan kemudian mencari rumah baru untuk mereka.
Pada awalnya, dia membiayai tempat penampungan dengan dana sendiri dari bisnis kuda. Namun sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, bisnis kuda tidak lagi menguntungkan.
Dia butuh lebih dari USD 14.000 atau sekitar Rp 209, 3 juta per bulan untuk menjaga hewan tetap sehat dan diberi makan. Dalam prosesnya, Popova beralih ke pinjaman sampai utangnya membengkak menjadi USD 200.000.
Beruntung, Popova mendapat sejumlah uang dari UA Animals dan dari sumbangan.
Popova mengirim semua hewannya ke Kebun Binatang Pozna di Polandia, yang membantunya mengevakuasi mereka dan menemukan rumah baru untuk satwa tersebut. Beberapa hewan telah diangkut ke Spanyol, Prancis, dan Afrika Selatan. Proyek berikutnya adalah mengirim 12 singa ke Polandia minggu ini.
Dengan pertarungan yang belum berakhir, Popova tahu dia akan tetap dibutuhkan.
"Misi saya dalam perang ini adalah menyelamatkan hewan liar," kata dia.
Related Post