Pernah nggak sih menemukan konten kucing yang disukai jutaan manusia? Padahal nih, si kucing cuma duduk, diam, dan membelakangi kamera. Tapi foto kucing yang sederhana dan nggak ada lucu-lucunya itu jadi magnet atensi yang luar biasa. Kok bisa, ya?
Setiap kali berselancar di jagat maya, konten kucing ada di mana-mana. Menghiasi layar gawai dan selalu dihujani like, share, dan komentar. Dibandingkan hewan-hewan lain, yang tak kalah lucu dan bikin gemas setengah mati, selama beberapa tahun belakangan kucing menempati urutan pertama.
Setiap kali berselancar di jagat maya, konten kucing ada di mana-mana. Menghiasi layar gawai dan selalu dihujani like, share, dan komentar. Dibandingkan hewan-hewan lain, yang tak kalah lucu dan bikin gemas setengah mati, selama beberapa tahun belakangan kucing menempati urutan pertama.
Spesies hewan berbulu ini bak raja yang menguasai dunia maya. Hm, sebenarnya, di dunia nyata pun kucing jadi idola manusia. Kucing sekadar lewat di jalan aja, disapa kok sama manusia. Padahal jelas-jelas kucing nggak paham juga.
Keberhasilan konten kucing bukan fenomena yang serta-merta terjadi, tanpa ada penjelasannya. Di balik konten yang selalu sukses, ada alasan logis yang melatarbelakanginya. Kamu udah tahu belum, mengapa konten kucing masih tetap tenar dan bersinar sampai sekarang? Jadi beginiā¦..
Ini awalnya konten kucing mulai menginvasi kehidupan manusia lewat dunia virtualJika ditarik lebih jauh ke belasan atau puluhan tahun silam, kucing sudah hidup berdampingan lama dengan manusia. Pun, kucing kerap jadi objek dalam karya seni manusia seperti patung, lukisan, atau buku.
Dalam cerita-cerita rakyat, legenda, atau mitologi dunia, kucing bukan tokoh baru. Kucing digambarkan sebagai mahluk jahat seperti setan, keluarga, atau teman dalam kehidupan manusia.
Sampai detik ini, belum ada waktu yang pasti kapan konten-konten kucing mulai merajai internet. Setelah fenomena itu, barulah manusia menyadari kalau internet telah disesaki konten kucing, mulai dari video sampai foto meme.
Kemudian diikutu dengan lahirnya istilah Katzencontent atau konten kucing dalam bahasa Jerman. Sementara itu, dalam bahasa Inggris, tren konten kucing lebih familier disebut LOLcats.
Salah satu jurnal yang dikutip The Verge dari Science Direct, menyebutkan berbagai relevansi antara menonton video kucing di internet dan berbagai keterkaitannya: mulai dari siapa yang menonton, mengapa, dan efek apa yang didapat.
Dari jurnal tersebut, seorang profesor studi media bernama Jessica Gall Myrick dari Indiana University Bloomington, melakukan survei pada 6.795 orang dengan memberi mereka pertanyaan tentang apakah mereka pernah menonton kucing di internet. Jika iya, kapan menontonnya, mengapa, dan bagaimana video tersebut berpengaruh terhadap perasaannya.
Hasilnya sangat baik. Berdasar survei tersebut, mereka cenderung menonton video kucing ketika bekerja atau sedang belajar, sekolah, atau kuliah. Meski demikian, mereka merasa lebih baik setelah menonton video tersebut.
Bahkan, berdasar hasil tersebut pula, kebahagiaan pasca menonton video kucing melebihi rasa bersalah kita yang sedang menunda-nunda pekerjaan atau pelajaran.
Dari sini saja, tak heran mengapa video kucing sangat disukai. Video kucing terbukti membuat stres hilang dan bisa kembali fokus pada pekerjaan dengan lebih segar.
Selain itu, dari kesimpulan jurnal tersebut pula, orang-orang yang punya kecenderungan untuk menonton video kucing adalah mereka yang memiliki kucing, serta mereka yang punya kepribadian seperti pemalu dan ramah. Jadi sudahkah Anda menonton video kucing hari ini?
Keberhasilan konten kucing bukan fenomena yang serta-merta terjadi, tanpa ada penjelasannya. Di balik konten yang selalu sukses, ada alasan logis yang melatarbelakanginya. Kamu udah tahu belum, mengapa konten kucing masih tetap tenar dan bersinar sampai sekarang? Jadi beginiā¦..
Ini awalnya konten kucing mulai menginvasi kehidupan manusia lewat dunia virtualJika ditarik lebih jauh ke belasan atau puluhan tahun silam, kucing sudah hidup berdampingan lama dengan manusia. Pun, kucing kerap jadi objek dalam karya seni manusia seperti patung, lukisan, atau buku.
Dalam cerita-cerita rakyat, legenda, atau mitologi dunia, kucing bukan tokoh baru. Kucing digambarkan sebagai mahluk jahat seperti setan, keluarga, atau teman dalam kehidupan manusia.
Sampai detik ini, belum ada waktu yang pasti kapan konten-konten kucing mulai merajai internet. Setelah fenomena itu, barulah manusia menyadari kalau internet telah disesaki konten kucing, mulai dari video sampai foto meme.
Kemudian diikutu dengan lahirnya istilah Katzencontent atau konten kucing dalam bahasa Jerman. Sementara itu, dalam bahasa Inggris, tren konten kucing lebih familier disebut LOLcats.
Salah satu jurnal yang dikutip The Verge dari Science Direct, menyebutkan berbagai relevansi antara menonton video kucing di internet dan berbagai keterkaitannya: mulai dari siapa yang menonton, mengapa, dan efek apa yang didapat.
Dari jurnal tersebut, seorang profesor studi media bernama Jessica Gall Myrick dari Indiana University Bloomington, melakukan survei pada 6.795 orang dengan memberi mereka pertanyaan tentang apakah mereka pernah menonton kucing di internet. Jika iya, kapan menontonnya, mengapa, dan bagaimana video tersebut berpengaruh terhadap perasaannya.
Hasilnya sangat baik. Berdasar survei tersebut, mereka cenderung menonton video kucing ketika bekerja atau sedang belajar, sekolah, atau kuliah. Meski demikian, mereka merasa lebih baik setelah menonton video tersebut.
Bahkan, berdasar hasil tersebut pula, kebahagiaan pasca menonton video kucing melebihi rasa bersalah kita yang sedang menunda-nunda pekerjaan atau pelajaran.
Dari sini saja, tak heran mengapa video kucing sangat disukai. Video kucing terbukti membuat stres hilang dan bisa kembali fokus pada pekerjaan dengan lebih segar.
Selain itu, dari kesimpulan jurnal tersebut pula, orang-orang yang punya kecenderungan untuk menonton video kucing adalah mereka yang memiliki kucing, serta mereka yang punya kepribadian seperti pemalu dan ramah. Jadi sudahkah Anda menonton video kucing hari ini?
Related Post