Keguguran atau abortus bisa disebabkan banyak hal. Para ibu hamil biasanya dibayangi kecemasan akan risiko keguguran karena infeksi toksoplasma. Padahal, penelitian tak menemukan adanya kasus infeksi pada kasus keguguran.
Berdasarkan saat terjadinya, keguguran dapat diklasifikasikan menjadi keguguran preembrionik (terjadi di bawah usia kehamilan 6 minggu), keguguran embrionik (di usia kehamilan 6-8 minggu), keguguran janin (terjadi di usia kehamilan 8-12 minggu) dan keguguran janin lanjut (terjadi di usia kehamilan 12-24 minggu).
Berdasarkan saat terjadinya, keguguran dapat diklasifikasikan menjadi keguguran preembrionik (terjadi di bawah usia kehamilan 6 minggu), keguguran embrionik (di usia kehamilan 6-8 minggu), keguguran janin (terjadi di usia kehamilan 8-12 minggu) dan keguguran janin lanjut (terjadi di usia kehamilan 12-24 minggu).
Menurut dr.Kanadi Sumpapraja, Sp.OG, MSc, dari Klinik Yasmin RSCM, Jakarta, wanita yang mengalami keguguran seharusnya melaporkan pada dokter jenis atau kategori kegugurannya. "Pasien bisa menginformasikan keguguran di minggu berapa, bagaimana kondisi plasenta, dan sebagainya. Informasi ini akan menuntun dokter untuk melakukan investigasi penyebab kegugurannya," paparnya.
Keguguran preembionik dan embrionik banyak dihubungkan dengan kejadian kelainan kromosom, kelainan hormonal, gangguan endometrium dan faktor imunologi. Sementara keguguran janin awal dan lanjut banyak dikaitkan dengan kelainan sindrom antifosfolipid dan trombofilia (sindrom darah kental).
Pada dasarnya, ada tiga investigasi dasar dalam kasus keguguran, yakni adanya kelainan kromosom, kelainan anatomi, dan kelainan pembekuan darah. "Kasus infeksi, seperti toksoplasma, justru tidak ditemukan pada kasus keguguran berulang sehingga tidak direkomendasikan untuk diinvestigasi," katanya.
Ditambahkan Kanadi, penelitian yang dilakukan oleh organisasi obstetri dan ginekologi di dunia juga tidak menemukan hubungan langsung infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex Virus) dengan keguguran.
Diperkirakan 7-25 persen penderita keguguran berulang diakibatkan oleh adanya bentukan pembekuan darah yang menyumbat aliran darah ke plasenta. Untuk mengatasinya, dokter akan memberikan injeksi heparin untuk mencegah bekuan darah.
Keguguran preembionik dan embrionik banyak dihubungkan dengan kejadian kelainan kromosom, kelainan hormonal, gangguan endometrium dan faktor imunologi. Sementara keguguran janin awal dan lanjut banyak dikaitkan dengan kelainan sindrom antifosfolipid dan trombofilia (sindrom darah kental).
Pada dasarnya, ada tiga investigasi dasar dalam kasus keguguran, yakni adanya kelainan kromosom, kelainan anatomi, dan kelainan pembekuan darah. "Kasus infeksi, seperti toksoplasma, justru tidak ditemukan pada kasus keguguran berulang sehingga tidak direkomendasikan untuk diinvestigasi," katanya.
Ditambahkan Kanadi, penelitian yang dilakukan oleh organisasi obstetri dan ginekologi di dunia juga tidak menemukan hubungan langsung infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex Virus) dengan keguguran.
Diperkirakan 7-25 persen penderita keguguran berulang diakibatkan oleh adanya bentukan pembekuan darah yang menyumbat aliran darah ke plasenta. Untuk mengatasinya, dokter akan memberikan injeksi heparin untuk mencegah bekuan darah.
Related Post =
Kucing Terkena Toxoplasma ? Salahkan Manusianya !!
Cara Mencegah Penyebaran Toksoplasma
Dari Mana Infeksi Toksoplasma Berasal?
Tips Mencegah Penyakit Toksoplasma
Tak Cuci Tangan Sebabkan Ibu Hamil Terinfeksi Toksoplasma
Kucing Terkena Toxoplasma ? Salahkan Manusianya !!
Cara Mencegah Penyebaran Toksoplasma
Dari Mana Infeksi Toksoplasma Berasal?
Tips Mencegah Penyakit Toksoplasma
Tak Cuci Tangan Sebabkan Ibu Hamil Terinfeksi Toksoplasma