Beberapa waktu lalu, kucing emas sempat membuat geger. Hal itu dikarenakan adanya seekor kucing emas yang terkena perangkap babi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Kucing emas pun langsung menjadi sorotan, pasalnya spesies ini terbilang langka dan sangat sulit ditemui saat ini.
Memiliki nama latin Catopuma temminicki, kucing emas tersebar di daerah Tibet, Nepal, Cina, Burma, Thailand sampai Indocina, Malaysia, Sumatera, dan juga Afrika. Habitat kucing emas biasanya berada di hutan diselingi daerah berbatu, juga ditemukan di hutan hujan tropis yang hijau dan subtropis.
Memiliki nama latin Catopuma temminicki, kucing emas tersebar di daerah Tibet, Nepal, Cina, Burma, Thailand sampai Indocina, Malaysia, Sumatera, dan juga Afrika. Habitat kucing emas biasanya berada di hutan diselingi daerah berbatu, juga ditemukan di hutan hujan tropis yang hijau dan subtropis.
Nama kucing emas sendiri dipakai untuk menghormati ahli zoologi Belanda Coenraad Jacob Temminck, yang pertama kali menjelaskan kucing emas Afrika tahun 1827.
Mamalia yang satu ini berasal dari famili felidae dan genus profelis. Famili felidae adalah bangsa carnivora yang membutuhkan diet daging dan organ untuk bertahan hidup. Dengan begitu, kucing emas masih satu famili dengan harimau, singa, macan tutul, jaguar, cheetah, dan puma. Kucing emas termasuk dalam jenis kucing hutan yang umumnya hidup liar di hutan.
Melihat dari familinya, karakteristik kucing emas adalah hewan norkturnal. Selain itu, kucing emas dikenal sebagai pemanjat yang tangkas saat waktu-waktu yang diperlukan. Mangsa dari kucing emas adalah hewan-hewan lebih kecil dari ukuran tubuhnya seperti tupai, ular kecil, tikus, burung, reptil, dan kelinci.
Ukuran tubuh kucing emas terbilang besar daripada kucing lainnya, bahkan kerap dikira anak harimau jika dilihat sekilas. Umumnya kucing emas memiliki panjang tubuh 116 hingga 161 cm. Sementara ekornya sendiri biasa mencapai setengah dari panjang tubuhnya. Untuk berat kucing emas berkisar di antara 12 sampai 15 kg.
Warna bulu dari kucing emas bervariatif seperti kecoklatan, hitam, merah rubah, dan abu-abu. Sementara untuk kucing emas asia, terdapat ciri khas warna garis putih dan hitam memanjang dari mata hingga leher. Sedangkan warna putih menghiasi bagian bawah perut, kaki bagian dalam, dan bawa ekor.
Masa kehamilan kucing emas adalah 75 sampai 80 hari, yang mana anaknya bisa mencapai berat 20 gram. Sayangnya, kucing emas terancam punah karena berbagai faktor seperti hilangnya habitat asli, alih fungsi lahan, hingga adanya perburuan liar.
Sunarto yang merupakan ahli ekologi satwa liar dawi World Wildlife Fund (WWF) mengatakan bahwa spesies kucing emas masih satu famili dengan harimau, yaitu Felidae. Kucing emas merupakan salah satu kucing hutan. Sunarto menyebut ada 9 jenis kucing hutan, antara lain harimau, macan tutul, macan dahan, dan kucing emas.
"Untuk kucing emas, ukurannya sedikit lebih kecil dibanding macan dahan dan lebih besar dibanding kucing kampung. Perkiraan kasar saya ukurannya 60-80 sentimeter," kata Sunarto saat itu. Mereka juga merupakan pemanjat ulung dan hewan yang dapat berburu. Jika keberadaannya terusik atau terganggu, sangat mungkin kucing dapat menyerang. Lembaga internasional untuk konservaasi alam (IUCN) yang fokus menangani hewan-hewan terancam punah menyatakan bahwa kucing emas statusnya Near Threatened atau rentan punah.
Kendati secara global statusnya rentan punah tapi belum tentu status yang sama juga dinyatakan di Indonesia. Dalam beberapa kasus, ada hewan yang berstatus aman secara global tapi di Indonesia statusnya sudah terancam punah.
"Jujur saja untuk kucing emas di Indonesia kami belum memiliki datanya," ujar Sunarto. Spesies yang habitatnya ada di hutan dan dataran tinggi ini menurut Sunarto tetap terancam. Buktinya, kita akrab dengan pemberitaan soal harimau tapi asing dengan kucing emas.
Ada beberapa hal yang mengancam populasi kucing emas ini, yakni keberadaan hutan dan perburuan. Menurut Sunarto, kucing emas berbeda dengan kucing batu yang bisa hidup di perkebunan kelapa sawit. Kucing emas biasa hidup di padang rumput, hutan, dan kebun.
Jika hutan habis dibabat dan dijadikan perkebunan kelapa sawit, habitat asli C. temminckii juga terancam. "Kita belum pernah dengar kucing emas bisa hidup di (perkebunan) sawit. Hal ini yang perlu menjadi kekhawatiran," ujarnya.
Mamalia yang satu ini berasal dari famili felidae dan genus profelis. Famili felidae adalah bangsa carnivora yang membutuhkan diet daging dan organ untuk bertahan hidup. Dengan begitu, kucing emas masih satu famili dengan harimau, singa, macan tutul, jaguar, cheetah, dan puma. Kucing emas termasuk dalam jenis kucing hutan yang umumnya hidup liar di hutan.
Melihat dari familinya, karakteristik kucing emas adalah hewan norkturnal. Selain itu, kucing emas dikenal sebagai pemanjat yang tangkas saat waktu-waktu yang diperlukan. Mangsa dari kucing emas adalah hewan-hewan lebih kecil dari ukuran tubuhnya seperti tupai, ular kecil, tikus, burung, reptil, dan kelinci.
Ukuran tubuh kucing emas terbilang besar daripada kucing lainnya, bahkan kerap dikira anak harimau jika dilihat sekilas. Umumnya kucing emas memiliki panjang tubuh 116 hingga 161 cm. Sementara ekornya sendiri biasa mencapai setengah dari panjang tubuhnya. Untuk berat kucing emas berkisar di antara 12 sampai 15 kg.
Warna bulu dari kucing emas bervariatif seperti kecoklatan, hitam, merah rubah, dan abu-abu. Sementara untuk kucing emas asia, terdapat ciri khas warna garis putih dan hitam memanjang dari mata hingga leher. Sedangkan warna putih menghiasi bagian bawah perut, kaki bagian dalam, dan bawa ekor.
Masa kehamilan kucing emas adalah 75 sampai 80 hari, yang mana anaknya bisa mencapai berat 20 gram. Sayangnya, kucing emas terancam punah karena berbagai faktor seperti hilangnya habitat asli, alih fungsi lahan, hingga adanya perburuan liar.
Sunarto yang merupakan ahli ekologi satwa liar dawi World Wildlife Fund (WWF) mengatakan bahwa spesies kucing emas masih satu famili dengan harimau, yaitu Felidae. Kucing emas merupakan salah satu kucing hutan. Sunarto menyebut ada 9 jenis kucing hutan, antara lain harimau, macan tutul, macan dahan, dan kucing emas.
"Untuk kucing emas, ukurannya sedikit lebih kecil dibanding macan dahan dan lebih besar dibanding kucing kampung. Perkiraan kasar saya ukurannya 60-80 sentimeter," kata Sunarto saat itu. Mereka juga merupakan pemanjat ulung dan hewan yang dapat berburu. Jika keberadaannya terusik atau terganggu, sangat mungkin kucing dapat menyerang. Lembaga internasional untuk konservaasi alam (IUCN) yang fokus menangani hewan-hewan terancam punah menyatakan bahwa kucing emas statusnya Near Threatened atau rentan punah.
Kendati secara global statusnya rentan punah tapi belum tentu status yang sama juga dinyatakan di Indonesia. Dalam beberapa kasus, ada hewan yang berstatus aman secara global tapi di Indonesia statusnya sudah terancam punah.
"Jujur saja untuk kucing emas di Indonesia kami belum memiliki datanya," ujar Sunarto. Spesies yang habitatnya ada di hutan dan dataran tinggi ini menurut Sunarto tetap terancam. Buktinya, kita akrab dengan pemberitaan soal harimau tapi asing dengan kucing emas.
Ada beberapa hal yang mengancam populasi kucing emas ini, yakni keberadaan hutan dan perburuan. Menurut Sunarto, kucing emas berbeda dengan kucing batu yang bisa hidup di perkebunan kelapa sawit. Kucing emas biasa hidup di padang rumput, hutan, dan kebun.
Jika hutan habis dibabat dan dijadikan perkebunan kelapa sawit, habitat asli C. temminckii juga terancam. "Kita belum pernah dengar kucing emas bisa hidup di (perkebunan) sawit. Hal ini yang perlu menjadi kekhawatiran," ujarnya.
Related Post =