Mimpi ternyata bukan aktivitas yang eksklusif bagi manusia. Sejumlah hewan diketahui memiliki gejala tidur yang menunjukkan tengah bermimpi. Apa buktinya?
Sebuah studi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) melaporkan bahwa sejumlah hewan mengalami mimpi yang kompleks dan mampu mempertahankan serta mengingat rangkaian peristiwa yang panjang saat mereka tidur.
Sebuah studi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) melaporkan bahwa sejumlah hewan mengalami mimpi yang kompleks dan mampu mempertahankan serta mengingat rangkaian peristiwa yang panjang saat mereka tidur.
"Tidak ada yang tahu pasti bahwa hewan memimpikan seperti yang kita lakukan, yang dapat melibatkan pengulangan peristiwa atau setidaknya komponen peristiwa yang terjadi saat kita terjaga," kata Matthew Wilson dari MIT's Center for Learning and Memory, seperti dikutip laman MIT.
"Kami melihat pola sel individu untuk menentukan isi mimpi tikus. Kami tahu bahwa mereka sebenarnya sedang bermimpi dan mimpi mereka terhubung dengan pengalaman nyata," imbuhnya.
Dilansir dari Associated Press, beberapa hewan yang diketahui mengalami mimpi adalah laba-laba, burung, dan sejumlah mamalia, salah satunya kucing. Mereka diketahui mengalami aktivitas mirip Rapid Eye Movement (REM) yang merupakan pergerakan bola mata yang cepat yang biasanya terjadi saat manusia bermimpi.
Dalam studi yang diterbitkan di Jurnal Neuron pada 2001, Wilson mengetes tikus-tikus untuk melewati labirin berbentuk lingkaran dengan hadiah panganan. Saat mereka berlari, otaknya menciptakan pola khas neuron yang bekerja di hippocampus, area otak yang diketahui terlibat dalam memori.
Peneliti kemudian membandingkan kondisi otak saat mereka beraktivitas dengan saat tertidur mengalami REM. Seperti manusia, tikus melalui beberapa tahap tidur, mulai dari fase gelombang lambat hingga fase REM. Pada manusia, selama fase REM, sebagian besar mimpi terjadi.
Para peneliti kemudian memeriksa lebih dari 40 seri REM yang direkam saat tikus tidur. Sekitar setengahnya mengulangi "tanda unik" dari aktivitas otak yang diciptakan saat hewan itu berlari. Tim menemukan bahwa ketika bermimpi tikus-tikus dapat merekonstruksi di mana mereka berada di labirin jika terbangun dan apakah hewan itu bermimpi berlari atau berdiri diam.
Kenangan ini diputar ulang dengan kecepatan yang hampir sama dengan yang dialami hewan itu saat terjaga. Studi ini sesuai dengan gagasan bahwa ruang fisik, seperti labirin, "dikodekan ke dalam memori jangka panjang selama tidur REM," kata Patrick McNamara, direktur Evolutionary Neurobehavior Laboratory di Boston University.
"Masuk akal untuk menganggap hewan memiliki sesuatu yang kita sebut mimpi," kata dia, dikutip dari National Geographic.
Ingatan binatang
Penelitian ini juga menimbulkan pertanyaan tentang asumsi lama tentang proses berpikir hewan. Hanya segelintir spesies, di antaranya simpanse dan lumba-lumba, yang dianggap memiliki kemampuan untuk mengingat dan mengevaluasi rangkaian peristiwa yang terperinci setelah peristiwa itu terjadi.
"Jika kita dapat mengevaluasi isi dari mimpi, kita mungkin dapat mengetahui mengapa peristiwa tertentu dapat diputar ulang dan [pengalaman] yang lainnya tidak," tutur Wilson.
Dia menunjukkan bahwa "mimpi adalah pengalaman nirkoneksi pamungkas. Penelitian ini menunjukkan bahwa hewan mampu mengevaluasi kembali pengalaman mereka ketika mereka tidak berada di tengah-tengah mereka."
Lebih lanjut, Wilson menjelaskan metode penelitiannya untuk mengintip isi otak hewan yang sedang tidur memberikan dasar untuk menganalisis isi dari keadaan mimpi.
Metode ini nantinya dapat juga dimanfaatkan sebagai alat yang berharga untuk mengobati gangguan memori seperti amnesia atau penyakit Alzheimer, atau mungkin membantu menemukan cara bagi orang untuk belajar dan menghafal lebih efektif.
"Kami melihat pola sel individu untuk menentukan isi mimpi tikus. Kami tahu bahwa mereka sebenarnya sedang bermimpi dan mimpi mereka terhubung dengan pengalaman nyata," imbuhnya.
Dilansir dari Associated Press, beberapa hewan yang diketahui mengalami mimpi adalah laba-laba, burung, dan sejumlah mamalia, salah satunya kucing. Mereka diketahui mengalami aktivitas mirip Rapid Eye Movement (REM) yang merupakan pergerakan bola mata yang cepat yang biasanya terjadi saat manusia bermimpi.
Dalam studi yang diterbitkan di Jurnal Neuron pada 2001, Wilson mengetes tikus-tikus untuk melewati labirin berbentuk lingkaran dengan hadiah panganan. Saat mereka berlari, otaknya menciptakan pola khas neuron yang bekerja di hippocampus, area otak yang diketahui terlibat dalam memori.
Peneliti kemudian membandingkan kondisi otak saat mereka beraktivitas dengan saat tertidur mengalami REM. Seperti manusia, tikus melalui beberapa tahap tidur, mulai dari fase gelombang lambat hingga fase REM. Pada manusia, selama fase REM, sebagian besar mimpi terjadi.
Para peneliti kemudian memeriksa lebih dari 40 seri REM yang direkam saat tikus tidur. Sekitar setengahnya mengulangi "tanda unik" dari aktivitas otak yang diciptakan saat hewan itu berlari. Tim menemukan bahwa ketika bermimpi tikus-tikus dapat merekonstruksi di mana mereka berada di labirin jika terbangun dan apakah hewan itu bermimpi berlari atau berdiri diam.
Kenangan ini diputar ulang dengan kecepatan yang hampir sama dengan yang dialami hewan itu saat terjaga. Studi ini sesuai dengan gagasan bahwa ruang fisik, seperti labirin, "dikodekan ke dalam memori jangka panjang selama tidur REM," kata Patrick McNamara, direktur Evolutionary Neurobehavior Laboratory di Boston University.
"Masuk akal untuk menganggap hewan memiliki sesuatu yang kita sebut mimpi," kata dia, dikutip dari National Geographic.
Ingatan binatang
Penelitian ini juga menimbulkan pertanyaan tentang asumsi lama tentang proses berpikir hewan. Hanya segelintir spesies, di antaranya simpanse dan lumba-lumba, yang dianggap memiliki kemampuan untuk mengingat dan mengevaluasi rangkaian peristiwa yang terperinci setelah peristiwa itu terjadi.
"Jika kita dapat mengevaluasi isi dari mimpi, kita mungkin dapat mengetahui mengapa peristiwa tertentu dapat diputar ulang dan [pengalaman] yang lainnya tidak," tutur Wilson.
Dia menunjukkan bahwa "mimpi adalah pengalaman nirkoneksi pamungkas. Penelitian ini menunjukkan bahwa hewan mampu mengevaluasi kembali pengalaman mereka ketika mereka tidak berada di tengah-tengah mereka."
Lebih lanjut, Wilson menjelaskan metode penelitiannya untuk mengintip isi otak hewan yang sedang tidur memberikan dasar untuk menganalisis isi dari keadaan mimpi.
Metode ini nantinya dapat juga dimanfaatkan sebagai alat yang berharga untuk mengobati gangguan memori seperti amnesia atau penyakit Alzheimer, atau mungkin membantu menemukan cara bagi orang untuk belajar dan menghafal lebih efektif.
Related Post