Bagaimana cara berkomunikasi dengan kucing? Pertanyaan ini mungkin terdengar naif. Namun, animal communicator punya cara tersendiri buat berkomunikasi, termasuk bernegosiasi dengan kucing. Yanti Novita Aslim ingat betul dirinya pernah dijahili kucing di awal menggeluti profesi sebagai animal communicator.
"Dia [kucing] bilang owner-nya berantakan sekali. Saya ragu apalagi masih awal-awal baru belajar, kan. Saya sampaikan kemudian owner-nya itu bilang 'Apa enggak kebalik? Saya malah rapi banget, kucing saya yang berantakin'," kenang Yanti.
"Dia [kucing] bilang owner-nya berantakan sekali. Saya ragu apalagi masih awal-awal baru belajar, kan. Saya sampaikan kemudian owner-nya itu bilang 'Apa enggak kebalik? Saya malah rapi banget, kucing saya yang berantakin'," kenang Yanti.
Seperti halnya manusia, kucing juga punya karakter dan perilaku berbeda. Kucing juga punya kemauan atau ekspektasi tersendiri terhadap pemiliknya. Oleh karenanya, perlu ada animal communicator sebagai pihak ketiga dalam komunikasi keduanya.
Yanti menuturkan, animal communicator akan menengahi komunikasi pemilik hewan dan kucingnya. Komunikasi di sini tak hanya soal memberi dan menerima pesan, tetapi juga ada negosiasi.
"Kita, manusia, merasa lebih punya kuasa, kepemilikan, seolah bisa seenaknya menyuruh, memerintah. Ya, kalau trainer di perilaku hewan bisa gitu. Kalau saya [hadir untuk] menengahi sehingga bisa saling memahami," imbuh perempuan yang juga berprofesi sebagai intuitive tarot reader ini.
Jangan bayangkan cara berkomunikasi dengan kucing akan seperti mengobrol dengan manusia. Yanti berkata, dirinya akan memusatkan perhatian pada foto kucing yang dikirimkan klien dan mencoba menangkap 'sinyal' halus yang disampaikan kucing.
Ia mengibaratkan dirinya sebagai radio yang menerima pancaran gelombang frekuensi, lalu menerjemahkannya jadi pesan yang bisa disampaikan ke pemiliknya.
"Saya mengheningkan diri, salah satu caranya itu meditasi untuk menenangkan indera-indera sehingga bisa terima sinyal halus. Saya membayangkan wajah hewannya, lalu lebih bisa melihat gerak-geriknya, mendengarkan [itu secara batin]. Saya membayangkan seolah ada ruangan, ada hewannya, [bisa] ada kita. Semua seperti gambaran, tapi bukan kita yang bikin, itu muncul dengan sendirinya," jelas Yanti.
Cara berkomunikasi dengan kucing bisa dipelajari
Kemampuan berkomunikasi dengan hewan, termasuk kucing, bukan sesuatu yang bersifat bakat atau diturunkan. Orang awam pun bisa mempelajarinya. Yanti juga belajar dari Jasmine Jawie, seorang animal communicator lainnya. Ia membuka workshop daring Intuitive Animal Communication untuk pemula.
Kelas ini telah dibuka Jasmine sejak awal 2021 lalu. Di sini peserta akan dijelaskan mengenai apa itu intuitive animal communication, mengingat kembali intuisi yang dimiliki lalu berlatih dengan hewan milik peserta lain.
"Intuisi bukan hal klenik. Karena setiap makhluk, termasuk seluruh manusia memiliki intuisi, sebagaimana manusia memiliki otot. Hanya saja seiring bertambahnya usia dan peran serta tanggung jawab dalam kehidupan, manusia menjadi lebih mengedepankan logika," kata Jasmine.
Seperti halnya otot, intuisi yang tidak dilatih bisa dibilang lemah meski tetap ada pada manusia. Sebaliknya, lanjut dia, ketika dilatih, intuisi akan makin kuat. Intuisi yang terlatih akan kuat sehingga bisa terhubung mudah dengan hewan dan berkomunikasi lancar dengan mereka.
Anda tidak perlu berhadapan langsung dengan hewan, sebab nantinya bisa terhubung dengan energi mereka tanpa terbatas jarak dan waktu. Ini bisa disebut telepati."Klien-klien saya pun semuanya menggunakan foto dan video dan tidak perlu bertemu langsung," imbuhnya.
Jasmine menuturkan, siapa pun bisa belajar cara berkomunikasi dengan kucing maupun hewan-hewan lain. Lagipula, workshop yang dibuat tak bertujuan membuat seseorang menjadi profesional.
Dengan mengikuti workshop dan berlatih, Anda bisa makin memahami hewan kesayangan di rumah. Syarat mengikuti kelas pun sederhana. Dia berkata Anda perlu terbuka pada hal baru dan mau berlatih.
Yang Harus Diperhatikan untuk Berkomunikasi dengan Kucing
Pemilik hewan peliharaan yang ingin menggunakan jasa animal communicator biasanya akan terlebih dahulu menghubungi melalui surat elektronik atau direct message di Instagram. Yanti menyarankan untuk membaca testimoni orang-orang yang pernah menggunakan jasanya agar bisa tahu apa cocok atau tidak dengannya.
"Kalau kira-kira oke, saya coba tanya keluhan spesifiknya. Kalau saya sanggup, saya akan memberikan formulir, ada nama pemilik hewan, nama hewannya, foto hewan, baru saya kontak [hewannya]," kata Yanti.
Dia berkata, biasanya hewan ini tahu bahwa pemiliknya berusaha berkomunikasi dengan dia. Tak semua hewan setuju untuk diajak berkomunikasi. Ini umum untuk kasus hewan hilang atau sakit.
Hewan yang sakit biasanya tidak punya energi untuk berkomunikasi dan butuh istirahat. Sementara kasus hewan hilang, biasanya hewan enggan diajak ngobrol karena merajuk.
"Dia bisa berulang kali ngambek tapi enggak diperhatiin. Ada yang memang ingin jalan-jalan, terus bilang 'Kenapa sih gangguin aku terus?' atau 'Aku lagi seneng-seneng'. Yah, ada kucing yang langsung oke, ada yang jual mahal," ujarnya disusul tawa.
Kalau pun tidak belajar secara khusus, Anda sebenarnya tetap bisa memahami kucing kesayangan di rumah. Menurut Yanti, memelihara hewan seperti halnya menjadi orang tua dengan hewan peliharaan sebagai anak.
Hewan tidak bisa mengkomunikasikan apa yang jadi kebutuhannya sehingga manusia lah yang harus menajamkan indera untuk mengamati hewan-hewan ini. Anda melihat perilaku mereka, mendengarkan suara, juga perubahan-perubahan tak biasa padanya.
"Suaranya biasanya gini, kok terus beda. Kita sentuh, misal kalau kucing kena kutu, jamur, pasti terasa. Pengamatan bisa dilakukan sendiri, lalu dengan animal communicator [komunikasi] akan lebih smooth, ceritanya lebih lengkap," katanya.
Yanti menuturkan, animal communicator akan menengahi komunikasi pemilik hewan dan kucingnya. Komunikasi di sini tak hanya soal memberi dan menerima pesan, tetapi juga ada negosiasi.
"Kita, manusia, merasa lebih punya kuasa, kepemilikan, seolah bisa seenaknya menyuruh, memerintah. Ya, kalau trainer di perilaku hewan bisa gitu. Kalau saya [hadir untuk] menengahi sehingga bisa saling memahami," imbuh perempuan yang juga berprofesi sebagai intuitive tarot reader ini.
Jangan bayangkan cara berkomunikasi dengan kucing akan seperti mengobrol dengan manusia. Yanti berkata, dirinya akan memusatkan perhatian pada foto kucing yang dikirimkan klien dan mencoba menangkap 'sinyal' halus yang disampaikan kucing.
Ia mengibaratkan dirinya sebagai radio yang menerima pancaran gelombang frekuensi, lalu menerjemahkannya jadi pesan yang bisa disampaikan ke pemiliknya.
"Saya mengheningkan diri, salah satu caranya itu meditasi untuk menenangkan indera-indera sehingga bisa terima sinyal halus. Saya membayangkan wajah hewannya, lalu lebih bisa melihat gerak-geriknya, mendengarkan [itu secara batin]. Saya membayangkan seolah ada ruangan, ada hewannya, [bisa] ada kita. Semua seperti gambaran, tapi bukan kita yang bikin, itu muncul dengan sendirinya," jelas Yanti.
Cara berkomunikasi dengan kucing bisa dipelajari
Kemampuan berkomunikasi dengan hewan, termasuk kucing, bukan sesuatu yang bersifat bakat atau diturunkan. Orang awam pun bisa mempelajarinya. Yanti juga belajar dari Jasmine Jawie, seorang animal communicator lainnya. Ia membuka workshop daring Intuitive Animal Communication untuk pemula.
Kelas ini telah dibuka Jasmine sejak awal 2021 lalu. Di sini peserta akan dijelaskan mengenai apa itu intuitive animal communication, mengingat kembali intuisi yang dimiliki lalu berlatih dengan hewan milik peserta lain.
"Intuisi bukan hal klenik. Karena setiap makhluk, termasuk seluruh manusia memiliki intuisi, sebagaimana manusia memiliki otot. Hanya saja seiring bertambahnya usia dan peran serta tanggung jawab dalam kehidupan, manusia menjadi lebih mengedepankan logika," kata Jasmine.
Seperti halnya otot, intuisi yang tidak dilatih bisa dibilang lemah meski tetap ada pada manusia. Sebaliknya, lanjut dia, ketika dilatih, intuisi akan makin kuat. Intuisi yang terlatih akan kuat sehingga bisa terhubung mudah dengan hewan dan berkomunikasi lancar dengan mereka.
Anda tidak perlu berhadapan langsung dengan hewan, sebab nantinya bisa terhubung dengan energi mereka tanpa terbatas jarak dan waktu. Ini bisa disebut telepati."Klien-klien saya pun semuanya menggunakan foto dan video dan tidak perlu bertemu langsung," imbuhnya.
Jasmine menuturkan, siapa pun bisa belajar cara berkomunikasi dengan kucing maupun hewan-hewan lain. Lagipula, workshop yang dibuat tak bertujuan membuat seseorang menjadi profesional.
Dengan mengikuti workshop dan berlatih, Anda bisa makin memahami hewan kesayangan di rumah. Syarat mengikuti kelas pun sederhana. Dia berkata Anda perlu terbuka pada hal baru dan mau berlatih.
Yang Harus Diperhatikan untuk Berkomunikasi dengan Kucing
Pemilik hewan peliharaan yang ingin menggunakan jasa animal communicator biasanya akan terlebih dahulu menghubungi melalui surat elektronik atau direct message di Instagram. Yanti menyarankan untuk membaca testimoni orang-orang yang pernah menggunakan jasanya agar bisa tahu apa cocok atau tidak dengannya.
"Kalau kira-kira oke, saya coba tanya keluhan spesifiknya. Kalau saya sanggup, saya akan memberikan formulir, ada nama pemilik hewan, nama hewannya, foto hewan, baru saya kontak [hewannya]," kata Yanti.
Dia berkata, biasanya hewan ini tahu bahwa pemiliknya berusaha berkomunikasi dengan dia. Tak semua hewan setuju untuk diajak berkomunikasi. Ini umum untuk kasus hewan hilang atau sakit.
Hewan yang sakit biasanya tidak punya energi untuk berkomunikasi dan butuh istirahat. Sementara kasus hewan hilang, biasanya hewan enggan diajak ngobrol karena merajuk.
"Dia bisa berulang kali ngambek tapi enggak diperhatiin. Ada yang memang ingin jalan-jalan, terus bilang 'Kenapa sih gangguin aku terus?' atau 'Aku lagi seneng-seneng'. Yah, ada kucing yang langsung oke, ada yang jual mahal," ujarnya disusul tawa.
Kalau pun tidak belajar secara khusus, Anda sebenarnya tetap bisa memahami kucing kesayangan di rumah. Menurut Yanti, memelihara hewan seperti halnya menjadi orang tua dengan hewan peliharaan sebagai anak.
Hewan tidak bisa mengkomunikasikan apa yang jadi kebutuhannya sehingga manusia lah yang harus menajamkan indera untuk mengamati hewan-hewan ini. Anda melihat perilaku mereka, mendengarkan suara, juga perubahan-perubahan tak biasa padanya.
"Suaranya biasanya gini, kok terus beda. Kita sentuh, misal kalau kucing kena kutu, jamur, pasti terasa. Pengamatan bisa dilakukan sendiri, lalu dengan animal communicator [komunikasi] akan lebih smooth, ceritanya lebih lengkap," katanya.
Related Post