Lembaga ilmiah yang dihormati Akademi Ilmu Pengetahuan Polandia (PASIFIC) telah secara resmi mengklasifikasikan kucing sebagai "spesies asing invasif", menurut Associated Press.
Studi yang dipimpin oleh ahli biologi PASIFIC Wojciech Solarz, menemukan bahwa kerusakan yang disebabkan kucing dalam hal perburuan dan pembunuhan burung dan satwa liar lainnya cukup menjadi pembenaran untuk menganggap hewan tersebut invasif.
Studi yang dipimpin oleh ahli biologi PASIFIC Wojciech Solarz, menemukan bahwa kerusakan yang disebabkan kucing dalam hal perburuan dan pembunuhan burung dan satwa liar lainnya cukup menjadi pembenaran untuk menganggap hewan tersebut invasif.
Spesies "Felis catus", atau dikenal sebagai kucing rumah, dimasukkan ke dalam database nasional yang didukung Institut Konservasi Alam akademi yang menampung 1.786 spesies lain dan tidak ada keberatan untuk itu.
Namun publik dilaporkan menanggapi entri baru ini dengan sangat tidak setuju. Tapi, para ilmuwan itu mengatakan kepada AP bahwa publik mungkin kesal dengan tuduhan palsu bahwa lembaga itu punya tujuan "menyingkirkan" kucing liar.
Kucing "100 persen" memenuhi semua kriteria untuk masuk dalam daftar spesies invasif, Solarz berpendapat, karena dampak berbahaya hewan itu terhadap keanekaragaman hayati. Akademi Ilmu Pengetahuan Polandia pun menyarankan pemilik kucing harus membatasi jumlah waktu yang dihabiskan hewan peliharaan mereka di luar rumah selama musim kawin.
Dalam sebuah penampilan di TVN, Solarz menyebutkan bahwa kucing membunuh 140 juta burung di Polandia setiap tahun. Lembaga tersebut membahas kontroversi di situs webnya bulan lalu, menekankan penentangan akademi pada kekejaman terhadap hewan.
Lembaga tersebut terus menekankan bahwa mereka hanya merekomendasikan agar pemilik kucing membatasi jumlah waktu yang dihabiskan hewan peliharaan mereka di luar selama musim kawin agar tak terjadi hal yang tak diinginkan.
Lembaga tersebut mengklasifikasikan kucing domestik sebagai "spesies asing invasif," dengan alasan kerusakan yang ditimbulkannya pada burung dan satwa liar lainnya. Beberapa cat lovers (pecinta kucing) telah bereaksi secara emosional terhadap keputusan bulan ini, sehingga menempatkan ilmuwan kunci di belakang kajian tersebut dalam posisi defensif.
Basis data tersebut sudah memiliki 1.786 spesies lain yang terdaftar tanpa keberatan, menurut Solarz kepada AP pada Selasa (26/7/2022). Tapi kehebohan tentang spesies asing invasif No. 1.787 ini, katanya, mungkin dihasilkan dari beberapa laporan media yang menciptakan pemahaman yang salah, bahwa lembaganya menyerukan agar kucing liar dan kucing lain di-euthanasia.
Solarz menggambarkan konsensus ilmiah yang berkembang, bahwa kucing domestik memiliki dampak berbahaya pada keanekaragaman hayati, mengingat jumlah burung dan mamalia yang mereka buru dan bunuh.
Dalam segmen televisi yang ditayangkan oleh penyiar independen TVN, ahli biologi minggu lalu berhadapan dengan seorang dokter hewan yang menentang kesimpulan Solarz tentang bahaya yang ditimbulkan kucing terhadap satwa liar.
Dorota Suminska, penulis buku berjudul "Happy Cat," menuding penyebab lain menyusutnya keanekaragaman hayati, termasuk lingkungan yang tercemar dan fasad bangunan perkotaan yang dapat membunuh burung yang sedang terbang.
“Tanyakan apakah manusia ada dalam daftar spesies ‘alien’ non-invasif,” kata Suminska, dengan alasan bahwa kucing terlalu banyak disalahkan. Solarz menolak pandangan itu, dengan alasan bahwa kucing membunuh sekitar 140 juta burung di Polandia setiap tahun.
Awal bulan ini, institut Akademi Polandia menerbitkan sebuah unggahan di situs webnya yang mengutip "kontroversi" dan berusaha untuk mengklarifikasi posisinya. Lembaga itu menekankan bahwa mereka "menentang segala kekejaman terhadap hewan."
Ia juga berpendapat bahwa klasifikasinya sejalan dengan pedoman Uni Eropa. Sementara terkait pengkategorian kucing sebagai "alien", institut tersebut mencatat bahwa "Felis catus" didomestikasi mungkin sekitar 10.000 tahun yang lalu di tempat lahirnya peradaban besar Timur Tengah kuno.
Hal itu membuat spesies itu asing bagi Eropa dari sudut pandang ilmiah yang baku. Lembaga tersebut juga menekankan bahwa hasil kajiannya merekomendasikan agar pemilik kucing membatasi waktu yang dihabiskan hewan peliharaan mereka di luar rumah, selama musim kawin burung. “Saya punya anjing, tapi saya tidak membenci kucing,” kata Solarz.
Namun publik dilaporkan menanggapi entri baru ini dengan sangat tidak setuju. Tapi, para ilmuwan itu mengatakan kepada AP bahwa publik mungkin kesal dengan tuduhan palsu bahwa lembaga itu punya tujuan "menyingkirkan" kucing liar.
Kucing "100 persen" memenuhi semua kriteria untuk masuk dalam daftar spesies invasif, Solarz berpendapat, karena dampak berbahaya hewan itu terhadap keanekaragaman hayati. Akademi Ilmu Pengetahuan Polandia pun menyarankan pemilik kucing harus membatasi jumlah waktu yang dihabiskan hewan peliharaan mereka di luar rumah selama musim kawin.
Dalam sebuah penampilan di TVN, Solarz menyebutkan bahwa kucing membunuh 140 juta burung di Polandia setiap tahun. Lembaga tersebut membahas kontroversi di situs webnya bulan lalu, menekankan penentangan akademi pada kekejaman terhadap hewan.
Lembaga tersebut terus menekankan bahwa mereka hanya merekomendasikan agar pemilik kucing membatasi jumlah waktu yang dihabiskan hewan peliharaan mereka di luar selama musim kawin agar tak terjadi hal yang tak diinginkan.
Lembaga tersebut mengklasifikasikan kucing domestik sebagai "spesies asing invasif," dengan alasan kerusakan yang ditimbulkannya pada burung dan satwa liar lainnya. Beberapa cat lovers (pecinta kucing) telah bereaksi secara emosional terhadap keputusan bulan ini, sehingga menempatkan ilmuwan kunci di belakang kajian tersebut dalam posisi defensif.
Basis data tersebut sudah memiliki 1.786 spesies lain yang terdaftar tanpa keberatan, menurut Solarz kepada AP pada Selasa (26/7/2022). Tapi kehebohan tentang spesies asing invasif No. 1.787 ini, katanya, mungkin dihasilkan dari beberapa laporan media yang menciptakan pemahaman yang salah, bahwa lembaganya menyerukan agar kucing liar dan kucing lain di-euthanasia.
Solarz menggambarkan konsensus ilmiah yang berkembang, bahwa kucing domestik memiliki dampak berbahaya pada keanekaragaman hayati, mengingat jumlah burung dan mamalia yang mereka buru dan bunuh.
Dalam segmen televisi yang ditayangkan oleh penyiar independen TVN, ahli biologi minggu lalu berhadapan dengan seorang dokter hewan yang menentang kesimpulan Solarz tentang bahaya yang ditimbulkan kucing terhadap satwa liar.
Dorota Suminska, penulis buku berjudul "Happy Cat," menuding penyebab lain menyusutnya keanekaragaman hayati, termasuk lingkungan yang tercemar dan fasad bangunan perkotaan yang dapat membunuh burung yang sedang terbang.
“Tanyakan apakah manusia ada dalam daftar spesies ‘alien’ non-invasif,” kata Suminska, dengan alasan bahwa kucing terlalu banyak disalahkan. Solarz menolak pandangan itu, dengan alasan bahwa kucing membunuh sekitar 140 juta burung di Polandia setiap tahun.
Awal bulan ini, institut Akademi Polandia menerbitkan sebuah unggahan di situs webnya yang mengutip "kontroversi" dan berusaha untuk mengklarifikasi posisinya. Lembaga itu menekankan bahwa mereka "menentang segala kekejaman terhadap hewan."
Ia juga berpendapat bahwa klasifikasinya sejalan dengan pedoman Uni Eropa. Sementara terkait pengkategorian kucing sebagai "alien", institut tersebut mencatat bahwa "Felis catus" didomestikasi mungkin sekitar 10.000 tahun yang lalu di tempat lahirnya peradaban besar Timur Tengah kuno.
Hal itu membuat spesies itu asing bagi Eropa dari sudut pandang ilmiah yang baku. Lembaga tersebut juga menekankan bahwa hasil kajiannya merekomendasikan agar pemilik kucing membatasi waktu yang dihabiskan hewan peliharaan mereka di luar rumah, selama musim kawin burung. “Saya punya anjing, tapi saya tidak membenci kucing,” kata Solarz.
Related Post