Seorang wanita bercadar, Hesti Sutrisno, bercerita mengapa warga menolak keberadaan 70 anjingnya di Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Menurutnya, penolakan ini muncul karena ada provokator.
"Sebenarnya bukan warga (yang komplain). (Ada) satu orang provokator, cuma tidak ada dukungan dari warga sekitar jadi dia nyari warga luar, ormas luar, gitu. Nah ini RW baru, sedangkan provokator ini mantan preman ibaratnya, katanya.
"Sebenarnya bukan warga (yang komplain). (Ada) satu orang provokator, cuma tidak ada dukungan dari warga sekitar jadi dia nyari warga luar, ormas luar, gitu. Nah ini RW baru, sedangkan provokator ini mantan preman ibaratnya, katanya.
Mantan preman iniin (provokasi) yang baru menjabat (ketua) RW. Mantan preman ini yang sebenarnya nggak suka (sama saya)," kata Hesti di Hesti Green House, Jalan Tapos II, Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Kamis (19/3/2021).
Hesti mengatakan warga di Kampung Kelapa Doyong tidak mempermasalahkan dirinya karena merawat 70 anjing. Namun, katanya, satu warga yang tidak menyukai dirinya ini memprovokasi warga luar Kampung Kelapa Doyong agar anjing-anjingnya dipindahkan.
"Ya, ntar saya yang kurang upeti, entah saya kurang sajen, ya namanya saya orang sini, gitu kan, saya nggak ini juga kan kayak gitu. Terus akhirnya ada Pak RW (baru) (di)-provokatorin lah oleh yang nggak suka sama saya, diajak nih ceritanya orang ini untuk ikutan tidak suka.
Nah RW ini kenal ormas di luar karena dia (di) ormas tersebut anak buahnya. Jadilah ditarik ormas tersebut untuk iniin saya. Padahal nggak ada masalah apa-apa," ujarnya.
"Ini (Kampung) Kelapa Doyong. Di luar Kelapa Doyong juga banyak saudara saya. Maksud saya, ini makanya ibu saya nangisnya gitu, 'Ini nih kampung gua, yang nyerang tuh bukan orang kampung asli. Lu cuma karena kawin sama orang kampung sini', gitu. Ibu saya kan nangis diperlakukan kayak gitu," tambahnya.
Bantah Pungut Anjing untuk Dipelihara hingga Dirukiah
Hesti Sutrisno menceritakan soal dirinya memelihara 70 ekor anjing di Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar). Hesti mengatakan awalnya orang tuanya tidak setuju karena dirinya merawat anjing.
"Gini, cuma satu hal yang luar biasa buat saya adalah sebenarnya keluarga saya pun awalannya takut dengan anjing. Yang di mana ketika, saya kasih tahu pelan-pelan kasih tahu. Bahkan bapak saya pun awalannya tidak setuju. Ibu saya juga demikian," ucap Hesti saat ditemui di Hesti Green House, Jalan Tapos II, Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Kamis (18/3/2021).
Hesti menambahkan dirinya hampir diterapi rukiah karena merawat anjing. Namun, menurutnya, dia tetap tak bisa melepaskan keinginan untuk memelihara anjing-anjing yang tak terawat.
"Cuma kalau Allah sudah punya kehendak, siapapun sulit. Bahkan saya pernah lho minta dirukiah untuk menghindari dari ini (merawat anjing). Cuma karena memang Allah sudah kehendak, ya kita harus jalani gitu, dengan sabar dan ikhlas. Ini sampai mana terserah Allah," katanya.
Lambat laun, Hesti mengatakan orang tuanya menerima dirinya saat merawat anjing. Dia pun bercerita mulai merawat anjing dari 2013/2014 lalu. Meski begitu, Hesti membantah kalau anjing-anjingnya adalah hasil pungutan dari jalan.
"Jadi gini, saya ralat lagi yang di berita itu (saya) hobi pungutin anjing di jalan, itu nggak. Jadi kalau ada teman, kan memang saya punya anjing yang pernah saya tolong, ya kan. Jadi yang pernah viral itu hingga akhirnya ada, 'Bu Hesti tolong dong bantuin'. Kalau saya nggak bisa bantu, ya nggak bantu karena kan saya tidak, bukan, diawali memang bukan punya anjing," terangnya.
Dia menjelaskan akan mencoba mengambil anjing liar bila diketahui hewan tersebut cukup jinak atau bila khawatir anjing liar tersebut akan dimakan. Hesti membantah mengambil anjing liar seperti yang dilakukan komunitas pecinta hewan atau animal rescue.
"Allah yang menggerakkan saya karena kasihan melihat Jon lapar makan plastik. Allah yang buat akhirnya menolong Jon, kan gitu. Hingga akhirnya saya viral itu, datang lah orang satu per satu minta tolong.
Ketika saya mampu, misalkan 'Bu Hesti ada anjing liar dekat Pamulang. Deket rumah temen saya ini'. Saya awali tuh bertanya 'jinak nggak?' Saya tanya gitu, 'jinak kok udah saya mandiin'. Nah baru saya bantu," jelas dia.
"Kalau nggak 'ini diambil tukang lapo nih Bu Hesti pasti dipotong', baru saya tolongin. Tapi kalau kayak shelter kan, ini ada anjing liar, disamperin, ditangkap kan, kalau memang mereka bisa bantu. Kalau saya kan nggak gitu, nggak berani saya juga. Tidak punya peralatan apapun. Jadi kalau dibilang mungutin, nggak, nggak pernah saya. Justru yang saya pungutin itu kucing, iya," tandasnya.
Dia menambahkan ada 70 ekor anjing di Hesti Green House, Tenjolaya. Meski ada komplain dari warga dan telah dilakukan mediasi, Hesti mengatakan tidak akan merelokasi anjingnya dari Tenjolaya.
Hesti mengatakan belum ada titik temu dari mediasi yang dilakukan beberapa waktu lalu. "Iya akan dipindahin ke belakang, ada noh tanah saya (di belakang Hesti Green House). Sudah dipindahin ke belakang, dari depan ke belakang. Nggak (akan direlokasi) menurut saya. Gini, karena masalah kemarin itu belum selesai forum (mediasi) itu," ucapnya
Hesti mengatakan warga di Kampung Kelapa Doyong tidak mempermasalahkan dirinya karena merawat 70 anjing. Namun, katanya, satu warga yang tidak menyukai dirinya ini memprovokasi warga luar Kampung Kelapa Doyong agar anjing-anjingnya dipindahkan.
"Ya, ntar saya yang kurang upeti, entah saya kurang sajen, ya namanya saya orang sini, gitu kan, saya nggak ini juga kan kayak gitu. Terus akhirnya ada Pak RW (baru) (di)-provokatorin lah oleh yang nggak suka sama saya, diajak nih ceritanya orang ini untuk ikutan tidak suka.
Nah RW ini kenal ormas di luar karena dia (di) ormas tersebut anak buahnya. Jadilah ditarik ormas tersebut untuk iniin saya. Padahal nggak ada masalah apa-apa," ujarnya.
"Ini (Kampung) Kelapa Doyong. Di luar Kelapa Doyong juga banyak saudara saya. Maksud saya, ini makanya ibu saya nangisnya gitu, 'Ini nih kampung gua, yang nyerang tuh bukan orang kampung asli. Lu cuma karena kawin sama orang kampung sini', gitu. Ibu saya kan nangis diperlakukan kayak gitu," tambahnya.
Bantah Pungut Anjing untuk Dipelihara hingga Dirukiah
Hesti Sutrisno menceritakan soal dirinya memelihara 70 ekor anjing di Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar). Hesti mengatakan awalnya orang tuanya tidak setuju karena dirinya merawat anjing.
"Gini, cuma satu hal yang luar biasa buat saya adalah sebenarnya keluarga saya pun awalannya takut dengan anjing. Yang di mana ketika, saya kasih tahu pelan-pelan kasih tahu. Bahkan bapak saya pun awalannya tidak setuju. Ibu saya juga demikian," ucap Hesti saat ditemui di Hesti Green House, Jalan Tapos II, Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Kamis (18/3/2021).
Hesti menambahkan dirinya hampir diterapi rukiah karena merawat anjing. Namun, menurutnya, dia tetap tak bisa melepaskan keinginan untuk memelihara anjing-anjing yang tak terawat.
"Cuma kalau Allah sudah punya kehendak, siapapun sulit. Bahkan saya pernah lho minta dirukiah untuk menghindari dari ini (merawat anjing). Cuma karena memang Allah sudah kehendak, ya kita harus jalani gitu, dengan sabar dan ikhlas. Ini sampai mana terserah Allah," katanya.
Lambat laun, Hesti mengatakan orang tuanya menerima dirinya saat merawat anjing. Dia pun bercerita mulai merawat anjing dari 2013/2014 lalu. Meski begitu, Hesti membantah kalau anjing-anjingnya adalah hasil pungutan dari jalan.
"Jadi gini, saya ralat lagi yang di berita itu (saya) hobi pungutin anjing di jalan, itu nggak. Jadi kalau ada teman, kan memang saya punya anjing yang pernah saya tolong, ya kan. Jadi yang pernah viral itu hingga akhirnya ada, 'Bu Hesti tolong dong bantuin'. Kalau saya nggak bisa bantu, ya nggak bantu karena kan saya tidak, bukan, diawali memang bukan punya anjing," terangnya.
Dia menjelaskan akan mencoba mengambil anjing liar bila diketahui hewan tersebut cukup jinak atau bila khawatir anjing liar tersebut akan dimakan. Hesti membantah mengambil anjing liar seperti yang dilakukan komunitas pecinta hewan atau animal rescue.
"Allah yang menggerakkan saya karena kasihan melihat Jon lapar makan plastik. Allah yang buat akhirnya menolong Jon, kan gitu. Hingga akhirnya saya viral itu, datang lah orang satu per satu minta tolong.
Ketika saya mampu, misalkan 'Bu Hesti ada anjing liar dekat Pamulang. Deket rumah temen saya ini'. Saya awali tuh bertanya 'jinak nggak?' Saya tanya gitu, 'jinak kok udah saya mandiin'. Nah baru saya bantu," jelas dia.
"Kalau nggak 'ini diambil tukang lapo nih Bu Hesti pasti dipotong', baru saya tolongin. Tapi kalau kayak shelter kan, ini ada anjing liar, disamperin, ditangkap kan, kalau memang mereka bisa bantu. Kalau saya kan nggak gitu, nggak berani saya juga. Tidak punya peralatan apapun. Jadi kalau dibilang mungutin, nggak, nggak pernah saya. Justru yang saya pungutin itu kucing, iya," tandasnya.
Dia menambahkan ada 70 ekor anjing di Hesti Green House, Tenjolaya. Meski ada komplain dari warga dan telah dilakukan mediasi, Hesti mengatakan tidak akan merelokasi anjingnya dari Tenjolaya.
Hesti mengatakan belum ada titik temu dari mediasi yang dilakukan beberapa waktu lalu. "Iya akan dipindahin ke belakang, ada noh tanah saya (di belakang Hesti Green House). Sudah dipindahin ke belakang, dari depan ke belakang. Nggak (akan direlokasi) menurut saya. Gini, karena masalah kemarin itu belum selesai forum (mediasi) itu," ucapnya
Related Post =