Namanya juga anak-anak, yang ada di benak mereka hanyalah bermain. Termasuk anak kucing. Saat mereka bermain di kaki pemiliknya atau menggigit jari-jari tangan, tak ada maksud lain, selain bermain. Bukan menyakiti.
Sebenarnya sih ketika mereka bermain seperti itupun manusia tak merasa disakiti, mungkin ya tapi sedikit saja, sisanya gigitan atau cakaran mereka membuat kaget. Sayangnya jika didiamkan atau dimaklumi, si anak kucing merasa tindakan mereka tersebut benar. Sehingga tidak ragu untuk melakukannya terus menerus sampai mereka dewasa.
Sebenarnya sih ketika mereka bermain seperti itupun manusia tak merasa disakiti, mungkin ya tapi sedikit saja, sisanya gigitan atau cakaran mereka membuat kaget. Sayangnya jika didiamkan atau dimaklumi, si anak kucing merasa tindakan mereka tersebut benar. Sehingga tidak ragu untuk melakukannya terus menerus sampai mereka dewasa.
Mengajari kucing untuk tidak memainkan kaki atau menggigiti jari tangan adalah dengan mengenalkan batasan main padanya. Mereka harus mengetahui hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Maka saat kucing melakukan hal tersebut, katakan sebuah larangan disertai gerakan tangan sebagai satu pernyataan tidak boleh.
Misal, katakan “No!”, atau “Jangan!”, atau apapun seraya menggerakkan jari atau tangan untuk mengisyaratkan larangan. Lakukan setiap kali mereka melakukan kesalahan tersebut, sehingga lama kelamaan mereka mengetahui batasan yang tidak boleh dilakukan.
Perlu adanya konsistensi dalam larangan tersebut, juga penyampaian kata serta gerakan. Sehingga kucing memahami satu komando saja sebagai acuan mereka tak melakukan sesuatu di luar batas yang diijinkan. Bila selalu berganti kata larangan atau gerakan, kucing akan sulit memahaminya sebagai “bahasa”.
Melatih kucing sedari kecil memudahkan mereka untuk memahami batasan-batasan hidup bersama manusia yang harus dipatuhi, dan akan terbawa hingga mereka dewasa. Namun bukan berarti kucing dewasa tak bisa diajari, hanya saja bagi kucing dewasa biasanya mereka harus melakukan adaptasi terlebih dahulu sebelum belajar untuk menggunakan “bahasa” yang sama dengan pemiliknya.
Misal, katakan “No!”, atau “Jangan!”, atau apapun seraya menggerakkan jari atau tangan untuk mengisyaratkan larangan. Lakukan setiap kali mereka melakukan kesalahan tersebut, sehingga lama kelamaan mereka mengetahui batasan yang tidak boleh dilakukan.
Perlu adanya konsistensi dalam larangan tersebut, juga penyampaian kata serta gerakan. Sehingga kucing memahami satu komando saja sebagai acuan mereka tak melakukan sesuatu di luar batas yang diijinkan. Bila selalu berganti kata larangan atau gerakan, kucing akan sulit memahaminya sebagai “bahasa”.
Melatih kucing sedari kecil memudahkan mereka untuk memahami batasan-batasan hidup bersama manusia yang harus dipatuhi, dan akan terbawa hingga mereka dewasa. Namun bukan berarti kucing dewasa tak bisa diajari, hanya saja bagi kucing dewasa biasanya mereka harus melakukan adaptasi terlebih dahulu sebelum belajar untuk menggunakan “bahasa” yang sama dengan pemiliknya.
Related Post =