Dalam kultur meme internet, kucing adalah majikan manusia. Kita tahu kita tidak bisa memerintah kucing untuk tugas apa pun, dan mereka bisa tidur dengan nyenyak sembari menunggu kita pulang bekerja agar dapat memberinya makan.
Namun, kucing sebenarnya bukan hewan yang bodoh. Mereka sebenarnya tahu ketika kita memanggil mereka, menurut sebuah studi dari Jepang pada 2013 lalu.
Namun, kucing sebenarnya bukan hewan yang bodoh. Mereka sebenarnya tahu ketika kita memanggil mereka, menurut sebuah studi dari Jepang pada 2013 lalu.
Studi tersebut pun saat ini sudah jadi fakta umum yang diedarkan di akun fun fact di internet. Penelitian itu, yang dipimpin oleh peneliti dari Universitas Tokyo bernama Atsuko Saito, menyimpulkan kalau kucing cenderung bersikap bodo amat atas perintah yang diutarakan oleh majikannya.
Penelitian yang dilakukan Saito itu menguji dua puluh kucing rumahan di rumah mereka sendiri. Para peneliti menunggu sampai pemiliknya tidak terlihat dan kemudian memutar rekaman tiga orang asing yang memanggil nama mereka, diikuti oleh pemiliknya, lalu diikuti oleh orang asing lainnya.
Para peneliti kemudian menganalisis respons kucing terhadap setiap panggilan dengan mengukur sejumlah faktor termasuk telinga, gerakan ekor dan kepala, vokal, pelebaran mata, dan perpindahan sang kucing seperti ketika dia menggeser cakarnya untuk bergerak.
Ketika mendengar nama mereka dipanggil, kucing menggerakkan kepala dan telinga mereka untuk mencari dari mana suara itu berasal. Meskipun mereka menunjukkan respons yang lebih besar terhadap suara pemiliknya daripada saat orang asing memanggil, mereka tetap menolak untuk bergerak.
“Hasil ini menunjukkan bahwa kucing tidak menanggapi secara aktif dengan perilaku komunikatif kepada pemilik yang memanggil mereka dari pandangan, meskipun mereka dapat membedakan suara pemiliknya,” tulis para peneliti dalam laporan legendaris mereka di jurnal Animal Cognition. “Hubungan kucing-pemilik ini berbeda dengan anjing.”
Tak cuma suara majikan, kucing bisa kenali nama mereka sendiri
Dalam sebuah studi lain pada 2019, Saito menyebut kalau kucing juga tahu panggilan namanya sendiri. Studi tersebut, yang dipublikasikan di Scientific Reports, merupakan "bukti eksperimental pertama yang menunjukkan kemampuan kucing untuk memahami ucapan verbal manusia,” kata peneliti.
Dalam riset itu, Saito dan timnya menguji keterampilan pengenalan nama dari 78 relawan kucing. Dalam serangkaian eksperimen ini, para peneliti memainkan rekaman suara empat kata netral, yang semuanya memiliki panjang dan irama yang mirip dengan nama kucing. Setelah itu, mereka mengukur reaksi kucing sebelum akhirnya memanggil nama kucing itu.
Saat kata benda netral dimainkan, banyak kucing yang bersikap bodo amat. Kucing-kucing ini, kata peneliti, mendemonstrasikan konsep yang didefinisikan dalam psikologi sebagai habituasi. Konsep tersebut menjelaskan kalau hewan — bahkan manusia — akan mengabaikan sinyal yang tidak menguntungkan atau merugikan mereka.
Namun, kucing-kucing bakal bereaksi saat mendengar nama mereka sendiri. Reaksi mereka biasanya ditandai dengan kedutan telinga atau kepala menoleh, meskipun suara dalam rekaman itu milik orang asing dan bukan pemilik kucing.
“Kita dapat membuat hipotesis berikut: kucing dapat membedakan kata-kata yang diucapkan oleh manusia dari kata lain — terutama nama mereka sendiri, karena nama kucing adalah stimulus yang menonjol karena mungkin ucapan manusia yang paling sering didengar oleh kucing rumahan (kucing dipelihara oleh manusia) dan mungkin terkait dengan hadiah, seperti makanan, belaian, dan permainan,” kata para peneliti.
Peneliti menemukan, pengenalan nama diri juga berlaku bahkan untuk kucing yang tinggal di rumah dengan banyak kucing lain serta kucing yang tinggal di "kafe kucing", di mana manusia membayar untuk menikmati minuman dengan ditemani kucing yang menenangkan.
Kucing kafe, bagaimanapun, lebih buruk dalam membedakan nama mereka sendiri ketika empat kata pertama dalam seri adalah nama teman sekamar kucing mereka, kata para peneliti.
Peneliti pun berspekulasi bahwa lingkungan sosial kafe--dengan banyak pengunjung yang memanggil semua nama kucing, dan memberi penghargaan kepada siapa pun yang datang lebih dulu--mungkin ada hubungannya dengan perbedaan ini, tetapi juga mencatat bahwa mereka tidak dapat menggeneralisasi dengan percaya diri hasil dari satu kafe saja.
Mengapa kucing bodo amat dengan perintah manusia?
Seperti yang disebut sebelumnya, penelitian Saito pada 2013 cukup legendaris bagi kultur meme di internet. Karena temuannya itu, orang-orang jadi bercanda kalau bukan manusia yang jadi majikan kucing, tapi kucing yang merupakan majikan manusia.
Lantas, mengapa kucing cenderung bodo amat dari perintah manusia? Ini ada hubungannya dengan sejarah bagaimana kucing pertama kali dibawa manusia dari alam liar ke rumah.
Dalam laporannya, Saito dan tim peneliti menulis kalau analisis genetik kucing mengungkap bahwa nenek moyang mereka adalah Felis silvestris, spesies kucing liar yang pertama kali bersentuhan dengan manusia sekitar 9.000 tahun yang lalu.
Ketika masyarakat awal mengembangkan pertanian, kucing ini pindah dari alam liar ke rumah warga untuk memangsa hewan pengerat yang tertarik ke gudang biji-bijian. Peneliti bilang, kucing telah secara efektif "menjinakkan dirinya sendiri".
“Secara historis, kucing, tidak seperti anjing, tidak dijinakkan untuk mematuhi perintah manusia. Sebaliknya, mereka tampaknya mengambil inisiatif dalam interaksi manusia-kucing,” kata peneliti.
Sejarah hubungan kucing-manusia ini berbeda dengan sejarah hubungan anjing-manusia. Anjing domestik pertama telah dikembangbiakkan selama ribuan tahun yang lalu untuk menanggapi perintah manusia.
Tak mengherankan, anjing tampak lebih penyayang daripada kucing. Meski demikian, peneliti bilang kalau keterikatan manusia kepada kucing tak lebih rendah daripada kepada anjing.
"Anjing dianggap oleh pemiliknya lebih penyayang daripada kucing," kata peneliti. "Pemilik anjing dan pemilik kucing tidak berbeda secara signifikan dalam tingkat keterikatan yang dilaporkan ke hewan peliharaan mereka."
Studi tersebut menyimpulkan bahwa "aspek perilaku kucing yang menyebabkan pemiliknya melekat padanya masih belum ditentukan."
Penelitian yang dilakukan Saito itu menguji dua puluh kucing rumahan di rumah mereka sendiri. Para peneliti menunggu sampai pemiliknya tidak terlihat dan kemudian memutar rekaman tiga orang asing yang memanggil nama mereka, diikuti oleh pemiliknya, lalu diikuti oleh orang asing lainnya.
Para peneliti kemudian menganalisis respons kucing terhadap setiap panggilan dengan mengukur sejumlah faktor termasuk telinga, gerakan ekor dan kepala, vokal, pelebaran mata, dan perpindahan sang kucing seperti ketika dia menggeser cakarnya untuk bergerak.
Ketika mendengar nama mereka dipanggil, kucing menggerakkan kepala dan telinga mereka untuk mencari dari mana suara itu berasal. Meskipun mereka menunjukkan respons yang lebih besar terhadap suara pemiliknya daripada saat orang asing memanggil, mereka tetap menolak untuk bergerak.
“Hasil ini menunjukkan bahwa kucing tidak menanggapi secara aktif dengan perilaku komunikatif kepada pemilik yang memanggil mereka dari pandangan, meskipun mereka dapat membedakan suara pemiliknya,” tulis para peneliti dalam laporan legendaris mereka di jurnal Animal Cognition. “Hubungan kucing-pemilik ini berbeda dengan anjing.”
Tak cuma suara majikan, kucing bisa kenali nama mereka sendiri
Dalam sebuah studi lain pada 2019, Saito menyebut kalau kucing juga tahu panggilan namanya sendiri. Studi tersebut, yang dipublikasikan di Scientific Reports, merupakan "bukti eksperimental pertama yang menunjukkan kemampuan kucing untuk memahami ucapan verbal manusia,” kata peneliti.
Dalam riset itu, Saito dan timnya menguji keterampilan pengenalan nama dari 78 relawan kucing. Dalam serangkaian eksperimen ini, para peneliti memainkan rekaman suara empat kata netral, yang semuanya memiliki panjang dan irama yang mirip dengan nama kucing. Setelah itu, mereka mengukur reaksi kucing sebelum akhirnya memanggil nama kucing itu.
Saat kata benda netral dimainkan, banyak kucing yang bersikap bodo amat. Kucing-kucing ini, kata peneliti, mendemonstrasikan konsep yang didefinisikan dalam psikologi sebagai habituasi. Konsep tersebut menjelaskan kalau hewan — bahkan manusia — akan mengabaikan sinyal yang tidak menguntungkan atau merugikan mereka.
Namun, kucing-kucing bakal bereaksi saat mendengar nama mereka sendiri. Reaksi mereka biasanya ditandai dengan kedutan telinga atau kepala menoleh, meskipun suara dalam rekaman itu milik orang asing dan bukan pemilik kucing.
“Kita dapat membuat hipotesis berikut: kucing dapat membedakan kata-kata yang diucapkan oleh manusia dari kata lain — terutama nama mereka sendiri, karena nama kucing adalah stimulus yang menonjol karena mungkin ucapan manusia yang paling sering didengar oleh kucing rumahan (kucing dipelihara oleh manusia) dan mungkin terkait dengan hadiah, seperti makanan, belaian, dan permainan,” kata para peneliti.
Peneliti menemukan, pengenalan nama diri juga berlaku bahkan untuk kucing yang tinggal di rumah dengan banyak kucing lain serta kucing yang tinggal di "kafe kucing", di mana manusia membayar untuk menikmati minuman dengan ditemani kucing yang menenangkan.
Kucing kafe, bagaimanapun, lebih buruk dalam membedakan nama mereka sendiri ketika empat kata pertama dalam seri adalah nama teman sekamar kucing mereka, kata para peneliti.
Peneliti pun berspekulasi bahwa lingkungan sosial kafe--dengan banyak pengunjung yang memanggil semua nama kucing, dan memberi penghargaan kepada siapa pun yang datang lebih dulu--mungkin ada hubungannya dengan perbedaan ini, tetapi juga mencatat bahwa mereka tidak dapat menggeneralisasi dengan percaya diri hasil dari satu kafe saja.
Mengapa kucing bodo amat dengan perintah manusia?
Seperti yang disebut sebelumnya, penelitian Saito pada 2013 cukup legendaris bagi kultur meme di internet. Karena temuannya itu, orang-orang jadi bercanda kalau bukan manusia yang jadi majikan kucing, tapi kucing yang merupakan majikan manusia.
Lantas, mengapa kucing cenderung bodo amat dari perintah manusia? Ini ada hubungannya dengan sejarah bagaimana kucing pertama kali dibawa manusia dari alam liar ke rumah.
Dalam laporannya, Saito dan tim peneliti menulis kalau analisis genetik kucing mengungkap bahwa nenek moyang mereka adalah Felis silvestris, spesies kucing liar yang pertama kali bersentuhan dengan manusia sekitar 9.000 tahun yang lalu.
Ketika masyarakat awal mengembangkan pertanian, kucing ini pindah dari alam liar ke rumah warga untuk memangsa hewan pengerat yang tertarik ke gudang biji-bijian. Peneliti bilang, kucing telah secara efektif "menjinakkan dirinya sendiri".
“Secara historis, kucing, tidak seperti anjing, tidak dijinakkan untuk mematuhi perintah manusia. Sebaliknya, mereka tampaknya mengambil inisiatif dalam interaksi manusia-kucing,” kata peneliti.
Sejarah hubungan kucing-manusia ini berbeda dengan sejarah hubungan anjing-manusia. Anjing domestik pertama telah dikembangbiakkan selama ribuan tahun yang lalu untuk menanggapi perintah manusia.
Tak mengherankan, anjing tampak lebih penyayang daripada kucing. Meski demikian, peneliti bilang kalau keterikatan manusia kepada kucing tak lebih rendah daripada kepada anjing.
"Anjing dianggap oleh pemiliknya lebih penyayang daripada kucing," kata peneliti. "Pemilik anjing dan pemilik kucing tidak berbeda secara signifikan dalam tingkat keterikatan yang dilaporkan ke hewan peliharaan mereka."
Studi tersebut menyimpulkan bahwa "aspek perilaku kucing yang menyebabkan pemiliknya melekat padanya masih belum ditentukan."
Related Post =