Ada pepatah internet yang bilang “kucing adalah raja internet dan kita hanyalah budaknya”. Pertanyaannya, kenapa kucing bisa merajai internet, padahal ada banyak hewan-hewan lain yang tak kalah menggemaskan? Untuk menjawabnya, kita perlu melihat sejarah internet dan relasinya dengan kucing.
Mashable merunut ketertarikan internet dengan kucing sejak 1998, dimulai dengan emoji kucing “Giko” dari forum 2chan. Namun kepopularitasan kucing baru benar-benar melonjak pada 2006 dengan berbagai kucing superstar-nya: Shironeko dan sikap chill-nya, kucing vs printer, Oh Long Johnson, kucing-kucing yang (katanya) mirip Hitler, Serious Cat, kucing di atas keyboard di luar angkasa, Longcat, dan Caturday.
Bisa dibilang tahun 2006 betul-betul menyemai kecintaan internet pada kucing karena internet terus memviralkan kucing-kucing lain yang tingkah dan wajah yang sama antiknya dengan pendahulunya. Sebut saja Lil Bub, Grumpy Cat, Venus si muka dua, Cat Breading, kucing-kucing yang memaksa masuk ke kotak/kardus yang kelewat kecil, dan masih banyak lagi.
Namun dari mana kucing-kucing ini berasal dan siapa yang memviralkannya? Apakah benar seluruh internet adalah bucing (budak kucing) seperti pepatah di atas?
Menurut Jack Shepherd dari Buzzfeed, situs dan forum seperti Cheezeburger.com dan 4chan memainkan peran penting dalam memperkenalkan kucing ke orang-orang seluruh dunia yang baru saja menggunakan internet. Dari situs-situs inilah meme kucing menyebar dan menjadi populer hingga sekarang.
Meski begitu, statistik berkata lain. Pond Planet UK menunjukkan bahwa di berbagai platform besar di internet, anjing sebenarnya jauh lebih populer ketimbang kucing. Instagram contohnya, pencarian anjing sebesar 146,9 juta, jauh lebih tinggi dari kucing yang hanya sebesar 123,8 juta. Tagar anjing juga 11 juta lebih banyak jumlahnya ketimbang tagar kucing.
Hal yang sama juga terjadi di Facebook: Grumpy the Cat “hanya” memiliki 8,7 juta pengikut dibandingkan dengan Boo the Pomeranian yang memiliki 17,1 juta pengikut. Hal yang serupa terjadi di YouTube: ada 86,8 juta video anjing dibandingkan video kucing yang hanya 76,8 juta.
Kalau begitu, kenapa bukan anjing atau hewan-hewan lainnya saja yang menjadi superstar internet? Menurut Gizmodo, hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor.
Pertama, sifat chill dan cuek kucing lebih menarik untuk ditonton dibandingkan anjing yang cenderung sadar kamera (atau sadar pemiliknya). Menurut Jason Eppink, kurator pameran “How Cats Took Over the Internet” (2015), ketidakpedulian kucing terhadap kamera (dan manusia pada umumnya) membuat penonton mendapatkan kesenangan voyeuristic dari menonton tingkah mereka.
Kedua, struktur wajah kucing (mata besar, hidung kecil, pipi tembam) mirip dengan struktur wajah bayi manusia. Ditambah wajah kucing yang cenderung datar dan tidak emosional membuat kita mudah memproyeksikan pikiran dan pendapat kita ke wajah si kucing. Ketiadaan ekspresi ini juga yang membuat kucing menjadi bahan meme yang sempurna, berbeda dengan anjing yang punya berbagai macam ekspresi.
Perbedaan ekspresi ini merupakan hasil dari proses domestikasi yang berbeda. Anjing didomestikasi 20.000 tahun lalu, jauh lebih lama daripada kucing yang baru didomestikasi 10.000 tahun lalu. Domestikasi kucing pun terjadi dengan sendirinya, sangat berbeda dari anjing yang dibiakkan untuk membuat ikatan erat dengan manusia.
Ketiga, kepopuleran kucing juga dipengaruhi oleh kultur dan geografi pengguna internet pertama di dunia, seperti Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa. Secara kebetulan kucing adalah hewan peliharaan yang populer di negara-negara tersebut, sehingga kucinglah yang menjadi maskot internet. Tentu cerita ini akan berbeda apabila pengguna internet pertama ada di Afrika, karena besar kemungkinan maskot internet justru adalah kambing dan ayam.
Ada pula yang menyebutkan kucing bisa sangat populer di internet karena mereka yang menyukai (dan mempunyai) kucing punya kecenderungan sifat yang introvert. Para introvert penyuka kucing ini lebih punya banyak waktu di rumah untuk berselancar di internet ketimbang para penyuka anjing yang lebih sering keluar rumah.
Teori lainnya juga menyebutkan bahwa internet adalah taman virtual kucing. Layaknya taman anjing (dog park) di mana para pemilik anjing bisa berkumpul dan membanggakan anjing mereka, internet memberikan ruang serupa bagi pecinta kucing. Internet juga tempat yang sempurna untuk membagikan kelucuan kucing karena ya…berapa banyak sih kucing yang mau dibawa jalan-jalan sama pemiliknya?
Hal menarik lainnya dari meme-meme kucing adalah fungsinya yang fleksibel dan serba guna. Ia bisa menjadi penghibur dan pengisi waktu kosong, tapi ia juga bisa berubah menjadi minyak yang menyiram api pemberontakan dan aktivisme, seperti yang terjadi di Tunisia.
Begini ceritanya: Pemerintah Tunisia sempat memblokir situs Dailymotion karena dua aktivis mengunggah video kritikan terhadap ibu negara yang terbang ke Eropa untuk berbelanja. Padahal, Dailymotion bagi masyarakat Tunisia adalah tempat untuk mendapatkan asupan kucing harian mereka. Pemblokiran tersebut malah akhirnya membuat masyarakat belajar untuk mengakses internet lewat proxy anonim yang malah menguntungkan para aktivis.
Bicara soal aktivisme, kecintaan kucing juga membuat pengguna internet terdorong untuk menolong kucing-kucing yang tersiksa dengan cara menghukum para penyiksa kucing. Ada banyak contoh kasus viral mengenai video kucing yang disiksa, dan berujung pelakunya dipolisikan, seperti yang terjadi di Amerika Serikat, Jepang, dan Indonesia.
Kebencian internet dengan penyiksa kucing—yang ternyata punya kejahatan yang lebih mengerikan—didokumentasikan dengan apik dalam dokumenter “D*n’t Fuck With Cats”. Apapun alasannya, bisa dipastikan anjing dan hewan-hewan lainnya tidak bisa menggeser tingkah kucing. Kucing sudah terlanjur menjadi raja, dan kita hanyalah budak-budaknya.
Editor: Roy Thaniago
Bisa dibilang tahun 2006 betul-betul menyemai kecintaan internet pada kucing karena internet terus memviralkan kucing-kucing lain yang tingkah dan wajah yang sama antiknya dengan pendahulunya. Sebut saja Lil Bub, Grumpy Cat, Venus si muka dua, Cat Breading, kucing-kucing yang memaksa masuk ke kotak/kardus yang kelewat kecil, dan masih banyak lagi.
Namun dari mana kucing-kucing ini berasal dan siapa yang memviralkannya? Apakah benar seluruh internet adalah bucing (budak kucing) seperti pepatah di atas?
Menurut Jack Shepherd dari Buzzfeed, situs dan forum seperti Cheezeburger.com dan 4chan memainkan peran penting dalam memperkenalkan kucing ke orang-orang seluruh dunia yang baru saja menggunakan internet. Dari situs-situs inilah meme kucing menyebar dan menjadi populer hingga sekarang.
Meski begitu, statistik berkata lain. Pond Planet UK menunjukkan bahwa di berbagai platform besar di internet, anjing sebenarnya jauh lebih populer ketimbang kucing. Instagram contohnya, pencarian anjing sebesar 146,9 juta, jauh lebih tinggi dari kucing yang hanya sebesar 123,8 juta. Tagar anjing juga 11 juta lebih banyak jumlahnya ketimbang tagar kucing.
Hal yang sama juga terjadi di Facebook: Grumpy the Cat “hanya” memiliki 8,7 juta pengikut dibandingkan dengan Boo the Pomeranian yang memiliki 17,1 juta pengikut. Hal yang serupa terjadi di YouTube: ada 86,8 juta video anjing dibandingkan video kucing yang hanya 76,8 juta.
Kalau begitu, kenapa bukan anjing atau hewan-hewan lainnya saja yang menjadi superstar internet? Menurut Gizmodo, hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor.
Pertama, sifat chill dan cuek kucing lebih menarik untuk ditonton dibandingkan anjing yang cenderung sadar kamera (atau sadar pemiliknya). Menurut Jason Eppink, kurator pameran “How Cats Took Over the Internet” (2015), ketidakpedulian kucing terhadap kamera (dan manusia pada umumnya) membuat penonton mendapatkan kesenangan voyeuristic dari menonton tingkah mereka.
Kedua, struktur wajah kucing (mata besar, hidung kecil, pipi tembam) mirip dengan struktur wajah bayi manusia. Ditambah wajah kucing yang cenderung datar dan tidak emosional membuat kita mudah memproyeksikan pikiran dan pendapat kita ke wajah si kucing. Ketiadaan ekspresi ini juga yang membuat kucing menjadi bahan meme yang sempurna, berbeda dengan anjing yang punya berbagai macam ekspresi.
Perbedaan ekspresi ini merupakan hasil dari proses domestikasi yang berbeda. Anjing didomestikasi 20.000 tahun lalu, jauh lebih lama daripada kucing yang baru didomestikasi 10.000 tahun lalu. Domestikasi kucing pun terjadi dengan sendirinya, sangat berbeda dari anjing yang dibiakkan untuk membuat ikatan erat dengan manusia.
Ketiga, kepopuleran kucing juga dipengaruhi oleh kultur dan geografi pengguna internet pertama di dunia, seperti Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa. Secara kebetulan kucing adalah hewan peliharaan yang populer di negara-negara tersebut, sehingga kucinglah yang menjadi maskot internet. Tentu cerita ini akan berbeda apabila pengguna internet pertama ada di Afrika, karena besar kemungkinan maskot internet justru adalah kambing dan ayam.
Ada pula yang menyebutkan kucing bisa sangat populer di internet karena mereka yang menyukai (dan mempunyai) kucing punya kecenderungan sifat yang introvert. Para introvert penyuka kucing ini lebih punya banyak waktu di rumah untuk berselancar di internet ketimbang para penyuka anjing yang lebih sering keluar rumah.
Teori lainnya juga menyebutkan bahwa internet adalah taman virtual kucing. Layaknya taman anjing (dog park) di mana para pemilik anjing bisa berkumpul dan membanggakan anjing mereka, internet memberikan ruang serupa bagi pecinta kucing. Internet juga tempat yang sempurna untuk membagikan kelucuan kucing karena ya…berapa banyak sih kucing yang mau dibawa jalan-jalan sama pemiliknya?
Hal menarik lainnya dari meme-meme kucing adalah fungsinya yang fleksibel dan serba guna. Ia bisa menjadi penghibur dan pengisi waktu kosong, tapi ia juga bisa berubah menjadi minyak yang menyiram api pemberontakan dan aktivisme, seperti yang terjadi di Tunisia.
Begini ceritanya: Pemerintah Tunisia sempat memblokir situs Dailymotion karena dua aktivis mengunggah video kritikan terhadap ibu negara yang terbang ke Eropa untuk berbelanja. Padahal, Dailymotion bagi masyarakat Tunisia adalah tempat untuk mendapatkan asupan kucing harian mereka. Pemblokiran tersebut malah akhirnya membuat masyarakat belajar untuk mengakses internet lewat proxy anonim yang malah menguntungkan para aktivis.
Bicara soal aktivisme, kecintaan kucing juga membuat pengguna internet terdorong untuk menolong kucing-kucing yang tersiksa dengan cara menghukum para penyiksa kucing. Ada banyak contoh kasus viral mengenai video kucing yang disiksa, dan berujung pelakunya dipolisikan, seperti yang terjadi di Amerika Serikat, Jepang, dan Indonesia.
Kebencian internet dengan penyiksa kucing—yang ternyata punya kejahatan yang lebih mengerikan—didokumentasikan dengan apik dalam dokumenter “D*n’t Fuck With Cats”. Apapun alasannya, bisa dipastikan anjing dan hewan-hewan lainnya tidak bisa menggeser tingkah kucing. Kucing sudah terlanjur menjadi raja, dan kita hanyalah budak-budaknya.
Editor: Roy Thaniago
Related Post =