Di tengah popularitas kucing ras mancanegara seperti Persia, Maine Coon, hingga Anggora, ternyata Indonesia punya kucing ras yang khas bernama kucing Busok. Ia merupakan ras kucing domestik endemik yang berasal dari Pulau Raas, Kabupaten Sumenep, Madura.
Karena tempat asalnya tersebut, kucing Busok juga biasa dikenal oleh komunitas pecinta kucing sebagai kucing Raas atau kucing Madura.
Karena tempat asalnya tersebut, kucing Busok juga biasa dikenal oleh komunitas pecinta kucing sebagai kucing Raas atau kucing Madura.
Kucing Busok bisa dibilang hewan langka di mana populasinya diketahui cuma berjumlah 100 ekor per 2018 lalu. Di tempat asalnya, kucing Busok tidak dikawinkan dengan kucing kampung sembarangan untuk menjaga kemurnian ras.
"Di tempat saya di Madura, mitosnya dulu kucing ini hanya dipelihara oleh kalangan bangsawan, kiyai dan ningrat," ungkap Hamidi, seorang pemilik kucing Busok, dalam sebuah wawancara dengan Kanal Bali-- "Kepercayaan inilah yang membuat ras-nya masih murni karena masyarakat segan untuk mengawinkannya dengan kucing kampung pada umumnya."
Selain tak mengawinkan kucing Busok dengan jenis kucing lain, masyarakat Madura juga juga diketahui melarang jenis kucing ini keluar dari Pulau Raas. Menurut laporan Mongabay, biasanya hanya kucing Busok yang telah dikebiri yang boleh dibawa keluar Pulau Raas.
Masyarakat sekitar percaya kalau membawa keluar kucing Busok yang belum dikebiri keluar dari Raas akan mendatangkan kesialan. Menurut Guru Besar Pemuliaan dan Genetika Fakultas Peternakan IPB, Ronny Rachman Noor, sikap para pemilik kucing semacam itulah yang membuat keturunan kucing Busok tetap murni.
“Sifat kepemilikan kucing Madura yang masih menghubungkannya dengan mitos dan status sosial akan sangat membantu usaha pelestarian dan pemurnian kucing Madura,” kata Noor, dalam sebuah laporan singkat di situs web resmi IPB pada 2009.
“Konsep pelestarian kucing Madura ini harus diselaraskan dengan budaya setempat dan dilakukan di pulau Madura dan Pulau Raas (konservasi in situ).” Secara fisik, kucing Busok sedikit berbeda dengan kucing lokal pada umumnya. Kucing Busok punya bulu abu-abu polos dan tatapan mata yang lebih tajam ketimbang kucing biasa.
Tulang pipinya pun kelihatan lebih kokoh dengan telinga lancip berbentuk segitiga yang berukuran sedikit lebih panjang. Bentuk kepala kucing Busok terlihat seperti segitiga sama sisi, tampak berbeda dari kucing lainnya. Kucing Busok juga punya buntut yang cenderung pendek serta tubuh lebih besar dari kucing kampung.
Meski kucing Busok diketahui punya karakteristiknya sendiri, mereka sampai saat ini belum secara sah dianggap sebagai ras yang spesifik. Menurut laporan Portal Madura-- Dewan Kucing Indonesia (Indonesian Cat Council) tengah mengupayakan agar Federasi Kucing Dunia (World Cat Federation) mengakui secara resmi bahwa kucing Busok adalah sebuah ras kucing.
Untuk mendapatkan status itu, ICC perlu membuktikan kemurnian gen kucing Busok sampai tiga generasi dan mempresentasikan mereka dalam forum internasional World Cat Congress. Berdasarkan penelusuran kumparan, ICC telah mendaftarkan kucing Busok ke World Cat Federation sejak 2018 dan tim peneliti saat ini masih menanti hasil uji laboratorium.
"Secara lisan, sebenarnya seluruhpecinta kucing Indonesia sudah tahu kalau kucing Busok adalah asli dari Raas, Sumenep. Namun secara administratif di ICC WCF belum ada surat resmi," kata Hamidi. "Sementara sudah ada sinyal positif dari ICC WCF, mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa diakui baik secara nasional dan internasional.”
"Di tempat saya di Madura, mitosnya dulu kucing ini hanya dipelihara oleh kalangan bangsawan, kiyai dan ningrat," ungkap Hamidi, seorang pemilik kucing Busok, dalam sebuah wawancara dengan Kanal Bali-- "Kepercayaan inilah yang membuat ras-nya masih murni karena masyarakat segan untuk mengawinkannya dengan kucing kampung pada umumnya."
Selain tak mengawinkan kucing Busok dengan jenis kucing lain, masyarakat Madura juga juga diketahui melarang jenis kucing ini keluar dari Pulau Raas. Menurut laporan Mongabay, biasanya hanya kucing Busok yang telah dikebiri yang boleh dibawa keluar Pulau Raas.
Masyarakat sekitar percaya kalau membawa keluar kucing Busok yang belum dikebiri keluar dari Raas akan mendatangkan kesialan. Menurut Guru Besar Pemuliaan dan Genetika Fakultas Peternakan IPB, Ronny Rachman Noor, sikap para pemilik kucing semacam itulah yang membuat keturunan kucing Busok tetap murni.
“Sifat kepemilikan kucing Madura yang masih menghubungkannya dengan mitos dan status sosial akan sangat membantu usaha pelestarian dan pemurnian kucing Madura,” kata Noor, dalam sebuah laporan singkat di situs web resmi IPB pada 2009.
“Konsep pelestarian kucing Madura ini harus diselaraskan dengan budaya setempat dan dilakukan di pulau Madura dan Pulau Raas (konservasi in situ).” Secara fisik, kucing Busok sedikit berbeda dengan kucing lokal pada umumnya. Kucing Busok punya bulu abu-abu polos dan tatapan mata yang lebih tajam ketimbang kucing biasa.
Tulang pipinya pun kelihatan lebih kokoh dengan telinga lancip berbentuk segitiga yang berukuran sedikit lebih panjang. Bentuk kepala kucing Busok terlihat seperti segitiga sama sisi, tampak berbeda dari kucing lainnya. Kucing Busok juga punya buntut yang cenderung pendek serta tubuh lebih besar dari kucing kampung.
Meski kucing Busok diketahui punya karakteristiknya sendiri, mereka sampai saat ini belum secara sah dianggap sebagai ras yang spesifik. Menurut laporan Portal Madura-- Dewan Kucing Indonesia (Indonesian Cat Council) tengah mengupayakan agar Federasi Kucing Dunia (World Cat Federation) mengakui secara resmi bahwa kucing Busok adalah sebuah ras kucing.
Untuk mendapatkan status itu, ICC perlu membuktikan kemurnian gen kucing Busok sampai tiga generasi dan mempresentasikan mereka dalam forum internasional World Cat Congress. Berdasarkan penelusuran kumparan, ICC telah mendaftarkan kucing Busok ke World Cat Federation sejak 2018 dan tim peneliti saat ini masih menanti hasil uji laboratorium.
"Secara lisan, sebenarnya seluruhpecinta kucing Indonesia sudah tahu kalau kucing Busok adalah asli dari Raas, Sumenep. Namun secara administratif di ICC WCF belum ada surat resmi," kata Hamidi. "Sementara sudah ada sinyal positif dari ICC WCF, mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa diakui baik secara nasional dan internasional.”
Related Post =