Kampung Cigumentong, Desa Sindulang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang berada di Gunung Masigit Kareumbi. Kampung itu berdiri di atas tanah adat berstatus enklave.
Kawasan hutan konservasi Gunung Masigit Kareumbi sendiri beririsan dengan tiga wilayah kabupaten, di antaranya Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Kawasan tersebut dikelola oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Jawa Barat.
Kawasan hutan konservasi Gunung Masigit Kareumbi sendiri beririsan dengan tiga wilayah kabupaten, di antaranya Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Kawasan tersebut dikelola oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Jawa Barat.
Sebagai kawasan hutan konservasi maka beragam pepohonan dan binatang liar pun tumbuh dan hidup di sana. Maka jangan kaget jika sedang berada di sana dan secara kebetulan tiba-tiba melihat binatang seperti babi hutan atau bahkan macan.
Itu mengapa warga Kampung Cigumentong rata-rata memelihara seekor anjing kampung. Tidak lain dan tidak bukan adalah sebagai penjaga jika ada tamu tidak dikenal berikut jika ada binatang liar.
"Iya anjing kampung itu tugasnya sebagai penjaga karena disini terdapat binatang liar seperti babi hutan," ungkap Jai Suryana (51) yang juga sebagai mantan polisi hutan kepada detikjabar, Jumat (10/6/2022).
Jai menyebut binatang liar yang ada di kawasan hutan Gunung Masigit Kareumbi beberapa di antaranya ada babi hutan, monyet ekor panjang, surili, lutung, kidang, landak, luak dan binatang liar lainnya. Bahkan di kawasan hutan Gunung Masigit Kareumbi masih terdapat biantang liar jenis macan tutul (macan tutul berwarna terang dan hitam).
Jai pun menceritakan pengalamannya saat ia bertemu seekor macan tersebut. Momen itu masih ia ingat saat akan menyambut kedatangan Bupati menjabat saat itu, yakni Don Murdono periode 2003-2008.
"Saat itu saya masih ingat sedang hujan dan sedang bolak-balik keluar kampung untuk mempersiapkan kedatangan Bupati, namun tiba-tiba di tengah jalan ada macan kumbang, saat itu saya jalan kaki dan terpaksa saya berdiam dulu sampai macan itu pergi," tuturnya.
Jai mengatakan, keberadaan macan tersebut bahkan sudah sering tertangkap kamera miliknya petugas pengawas konservasi hutan.
"Pernah juga macan itu tertangkap kamera petugas konservasi saat akan mengambil rusa di penangkaran," ujarnya.Menurutnya, keberadaan macan merupakan salah satu petanda bahwa rantai makanan dan kondisi hutan Gunung Masigit Kareumbi masih terhitung baik.
"Ya itu sebagai tanda bahwa Gunung Masigit Kareumbi masih baik dan perlu kita jaga bersama," tuturnya.Ia pun menyebut, sejumlah pohon endemik masih banyak tumbuh di sekitaran Kampung Cigumentong, di antaranya pohon jaranah, pohon sadinten, pohon puspa dan sejumlah pohon lainnya. Pohon-pohon itu tumbuh di area hutan konservasi yang mengelilingi Kampung.
"Aneka ragam pohon tumbuh di sini, untuk pohon atau kayu huru aja ada puluhan jenis," ucapnya.
Pengalaman melihat seekoor macan pernah juga dialami oleh warga lainnya, yakni Rohaeni (29). Bahkan pengalamannya tersebut terjadi belum lama ini atau pada bulan Mei 2022.
Saat itu, ia bersama suaminya hendak menuju pasar sekitar pukul 06.30 WIB. Namun tiba-tiba dikagetkan kemunculan dua ekor macan berwarna hitam, induk dan anaknya.
"Macan itu sedang melintasi pagar penangkaran rusa, saat itu induknya sudah berhasil melintasi pagar sementara anaknya tertinggal di belakang, jadi kami pun terpaksa menunggu sampai kedua macan itu benar-benar masuk hutan," ungkapnya.
Hal serupa pun pernah dialami warga lainnya, Enjang (40). "Kejadiannya sekitar tiga bulan ke belakang, saat melihat macan itu pas lagi mau nganter istri ke pasar," ucapnya.
Menurutnya, populasi macan terhitung masih banyak di dalam hutan Gunung Masigit Kareumbi. Ia pun mengaku beberapa kali pernah melihat keberadaannya."Kalau macan di dalam hutan masih banyak, salah satunya di salah satu tempat bernama Ranu Kurung," tuturnya.
Related Post