Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) yang dinyatakan sudah punah dibangkitkan lewat foto warga. Peneliti meyakini kucing besar tersebut masih hidup di tanah Jawa. Bukti hewan karnivora masih hidup ditunjukkan peneliti lewat foto. Foto harimau Jawa itu hasil jepretan pemburu babi hutan.
"Foto itu berasal dari warga lokal. Mereka punya komunitas pemburu babi hutan, komunitas ini agak tertutup, dia tidak mau disebutkan namanya," kata Didik Raharyono. Didik tidak mengungkap lokasi hutan tempat ditemukannya harimau Jawa. Dia tak ingin harimau Jawa kemudian jadi objek perburuan.
"Foto itu berasal dari warga lokal. Mereka punya komunitas pemburu babi hutan, komunitas ini agak tertutup, dia tidak mau disebutkan namanya," kata Didik Raharyono. Didik tidak mengungkap lokasi hutan tempat ditemukannya harimau Jawa. Dia tak ingin harimau Jawa kemudian jadi objek perburuan.
Dia hanya mengatakan harimau Jawa itu ditemukan di hutan angker alias wingit di Jawa Tengah (Jateng). "Lokasinya ada di hutan angker," katanya. Didik menunjukkan foto harimau Jawa yang diambil pada September 2018. Kemudian dia mendatangi hutan tersebut pada 3 Desember 2018 untuk memastikan lokasi dan mencari cerita dari saksi.
Dia mengatakan banyak warga yang menolak mengantarnya ke lokasi saat foto diambil. Namun dia akhirnya diantar orang yang memotret si loreng. Masyarakat memang menganggap hutan itu angker. Menurutnya hal itu sebagai kearifan lokal Jawa agar tak banyak orang merusak hutan dan akhirnya membunuh harimau Jawa.
"Memang warga mengatakan mereka jarang masuk ke situ. Saya saja meminta orang untuk mengantarkan masuk ke lokasi ditemukannya harimau itu, tapi warga banyak yang tidak mau," kata alumni Fakultas Biologi UGM ini.
Terlihat di foto itu, seekor harimau besar dengan motif loreng sedang berjalan dengan kepala menghadap ke bawah, ekornya juga mengarah ke bawah, meski ujung ekornya tidak kelihatan. Harimau Jawa itu berjalan di atas permukaan tanah dengan dedaunan di sekitarnya.
Didik menyebut lokasi tersebut diisi hutan jati, dengan sedikit titik-titik hutan alam. Hutan alam inilah yang dianggap warga sebagai hutan angker. "Di situ masih ada ular piton, ada burung merak. Ada babi dan sedikit monyet," kata dia.
Yakin Harimau Jawa Belum Punah
Didik yakin harimau Jawa belum punah. Dia yakin harimau dalam foto tersebut bukan harimau Sumatera karena ada perbedaan fisik dan jenis lorengnya. "Pola loreng wajah harimau Jawa lebih tipis dan jarang dibanding harimau Sumatera," kata Didik. "Moncong harimau Sumatera lebih pendek," kata dia.
Setahun sebelum menerima foto, Didik sendiri pernah mencari harimau Jawa saat membantu peliputan Animal Planet. Tim menggunakan drone yang dilengkapi kamera pendeteksi suhu tubuh berhasil merekam pergerakan di dalam hutan Permisan, Meru Betiri, Jawa Timur.
Saat itu tim Animal Planet tak berani menyimpulkan objek tersebut sebagai harimau Jawa. Namun Didik sendiri percaya objek tersebut adalah harimau Jawa. "Saya yakin itu harimau Jawa. Saya heran, kenapa mereka tidak berani bilang itu sebagai harimau, tapi menyebutnya sebagai mamalia besar," ucapnya.
Status punah harimau Jawa dipastikan punah lewat rapat Convention on International Trade in Endangered Species di Florida, Amerika Serikat, pada 1996. Sementara itu The Union for Conservation of Nature (IUCN) dalam situs resminya menjelaskan harimau Jawa sudah dinyatakan punah sejak 1970-an akibat perburuan, kehilangan hutan sebagai habitat, dan kehilangan mangsa.
Nama harimau Jawa masih tercantum dalam lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 mengenai jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi, meski saat itu harimau Jawa sudah dinyatakan punah. Selanjutnya, pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018, tak ada lagi nama harimau Jawa di daftar satwa yang dilindungi.
Didik menyayangkan penyematan status punah pada harimau Jawa. Menurutnya hal itu justru memberi keleluasaan pemburu untuk membunuh si loreng. "Klaim punah itu menurut saya malah membuat para pemburu bebas membunuh harimau Jawa. Ini karena mereka berpikir, apa dasar hukumnya melarang berburu harimau Jawa?" kata Didik.
Sisi Mistis Harimau Jawa
Mistisisme Jawa mengandung ajaran yang esoteris. Dalam pandangan pelaku kebatinan Jawa yang dipahami Didik, harimau dihormati sebagai simbah atau kakek/nenek dalam bahasa Indonesia. Komunitas spiritual ini disebutnya turut menjaga harimau dalam kesunyian.
"Macan adalah simbah," kata Didik yang tengah mengembangkan kajian etnotigrologi ini. Berdasarkan pengamatannya, komunitas spiritual juga mengembangkan budi daya in-situ, yakni budi daya dengan cara membiarkan satwa tetap hidup lestari di hutan, bukan dengan mengembangbiakkan di kandang atau penangkaran. Tentu saja, caranya misterius. Sekilas, ini terdengar tidak masuk akal.
"Mereka paham bahwa tidak ada satu pun spesies yang diciptakan tanpa ada gunanya. Mereka akan mati-matian menjaga, karena ini berkaitan dengan ritualnya, dengan kepercayaannya," kata Didik.
"Teman-teman pegiat spiritualitas mengatakan, ketika harimau Jawa punah, peradaban Jawa hilang," ujarnya.
Dia mengatakan banyak warga yang menolak mengantarnya ke lokasi saat foto diambil. Namun dia akhirnya diantar orang yang memotret si loreng. Masyarakat memang menganggap hutan itu angker. Menurutnya hal itu sebagai kearifan lokal Jawa agar tak banyak orang merusak hutan dan akhirnya membunuh harimau Jawa.
"Memang warga mengatakan mereka jarang masuk ke situ. Saya saja meminta orang untuk mengantarkan masuk ke lokasi ditemukannya harimau itu, tapi warga banyak yang tidak mau," kata alumni Fakultas Biologi UGM ini.
Terlihat di foto itu, seekor harimau besar dengan motif loreng sedang berjalan dengan kepala menghadap ke bawah, ekornya juga mengarah ke bawah, meski ujung ekornya tidak kelihatan. Harimau Jawa itu berjalan di atas permukaan tanah dengan dedaunan di sekitarnya.
Didik menyebut lokasi tersebut diisi hutan jati, dengan sedikit titik-titik hutan alam. Hutan alam inilah yang dianggap warga sebagai hutan angker. "Di situ masih ada ular piton, ada burung merak. Ada babi dan sedikit monyet," kata dia.
Yakin Harimau Jawa Belum Punah
Didik yakin harimau Jawa belum punah. Dia yakin harimau dalam foto tersebut bukan harimau Sumatera karena ada perbedaan fisik dan jenis lorengnya. "Pola loreng wajah harimau Jawa lebih tipis dan jarang dibanding harimau Sumatera," kata Didik. "Moncong harimau Sumatera lebih pendek," kata dia.
Setahun sebelum menerima foto, Didik sendiri pernah mencari harimau Jawa saat membantu peliputan Animal Planet. Tim menggunakan drone yang dilengkapi kamera pendeteksi suhu tubuh berhasil merekam pergerakan di dalam hutan Permisan, Meru Betiri, Jawa Timur.
Saat itu tim Animal Planet tak berani menyimpulkan objek tersebut sebagai harimau Jawa. Namun Didik sendiri percaya objek tersebut adalah harimau Jawa. "Saya yakin itu harimau Jawa. Saya heran, kenapa mereka tidak berani bilang itu sebagai harimau, tapi menyebutnya sebagai mamalia besar," ucapnya.
Status punah harimau Jawa dipastikan punah lewat rapat Convention on International Trade in Endangered Species di Florida, Amerika Serikat, pada 1996. Sementara itu The Union for Conservation of Nature (IUCN) dalam situs resminya menjelaskan harimau Jawa sudah dinyatakan punah sejak 1970-an akibat perburuan, kehilangan hutan sebagai habitat, dan kehilangan mangsa.
Nama harimau Jawa masih tercantum dalam lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 mengenai jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi, meski saat itu harimau Jawa sudah dinyatakan punah. Selanjutnya, pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018, tak ada lagi nama harimau Jawa di daftar satwa yang dilindungi.
Didik menyayangkan penyematan status punah pada harimau Jawa. Menurutnya hal itu justru memberi keleluasaan pemburu untuk membunuh si loreng. "Klaim punah itu menurut saya malah membuat para pemburu bebas membunuh harimau Jawa. Ini karena mereka berpikir, apa dasar hukumnya melarang berburu harimau Jawa?" kata Didik.
Sisi Mistis Harimau Jawa
Mistisisme Jawa mengandung ajaran yang esoteris. Dalam pandangan pelaku kebatinan Jawa yang dipahami Didik, harimau dihormati sebagai simbah atau kakek/nenek dalam bahasa Indonesia. Komunitas spiritual ini disebutnya turut menjaga harimau dalam kesunyian.
"Macan adalah simbah," kata Didik yang tengah mengembangkan kajian etnotigrologi ini. Berdasarkan pengamatannya, komunitas spiritual juga mengembangkan budi daya in-situ, yakni budi daya dengan cara membiarkan satwa tetap hidup lestari di hutan, bukan dengan mengembangbiakkan di kandang atau penangkaran. Tentu saja, caranya misterius. Sekilas, ini terdengar tidak masuk akal.
"Mereka paham bahwa tidak ada satu pun spesies yang diciptakan tanpa ada gunanya. Mereka akan mati-matian menjaga, karena ini berkaitan dengan ritualnya, dengan kepercayaannya," kata Didik.
"Teman-teman pegiat spiritualitas mengatakan, ketika harimau Jawa punah, peradaban Jawa hilang," ujarnya.
Related Post =