Kabar munculnya harimau Jawa atau dikenal dengan nama latin Panthera tigris sondaica di Desa Cipeundeuy, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi disikapi serius pemerintah desa setempat.
Caranya dengan mengawasi aktivitas perburuan babi hutan hingga pola bercocok tanam harus menyesuaikan kondisi lingkungan. Ini dilakukan setelah pihak BKSDA Jabar mendatangi kawasan sekitar.
Caranya dengan mengawasi aktivitas perburuan babi hutan hingga pola bercocok tanam harus menyesuaikan kondisi lingkungan. Ini dilakukan setelah pihak BKSDA Jabar mendatangi kawasan sekitar.
"Awal-awal itu sejak pihak BKSDA datang ke lokasi, saya mulai saat itu juga sigap mengimbau kepada warga agar berhati-hati ketika beraktivitas di area hutan dan kebun. Kalau memang ada yang melihat (harimau) segera laporkan," kata Kepala Desa Cipeundeuy Bakang Anwar As'adi.
Bakang mengatakan lokasi tempat harimau yang sudah punah sejak lama itu terlihat berada di kawasan hutan rakyat Blok Cicadas di Kedusunan Cimandala. Wilayah itu kerap dipakai sebagai arena perburuan babi hutan.
"Kami tentunya tegas mengimbau. Jadi ketika ada pemburu kami peringatkan agar tidak menjadikan hewan dilindungi jadi sasaran tembak. Pemburu babi hutan kan memang suka ada, saya awasi, saya imbau ke mereka jangan sampai berburu selain babi hutan," tegasnya.
Bakang lalu membenarkan kabar kemunculan harimau Jawa itu awalnya dari lima warganya. Satu di antaranya bernama Rifi Yanur Fajar (24) alias Riri, harimau itu dilihat pada 18 Agustus 2019 silam.
"Saat itu saya belum menjabat sebagai kepala desa, namun kabarnya memang santer menyebar dari mulut ke mulut. Sampai kemudian pada 27 September tahun yang sama ada sejumlah bukti yang mendukung cerita tersebut juga ditemukan di lokasi yang sama," jelas Bakang.
Diberitakan sebelumnya, kabar terbaru muncul dari beranda media sosial Facebook Dinas Kehutanan Jabar yang menduga kemunculan si Raja Rimba di Sukabumi.
Pihaknya menerima laporan ada warga melihat penampakan harimau di Kabupaten Sukabumi. Penampakan diduga harimau Jawa itu dilaporkan terjadi pada 19 Agustus 2019.
Tak hanya satu orang, kabar ini juga dibenarkan empat saksi lainnya. Bahkan pada 27 September 2019 ditemukan satu hela yang diduga merupakan bulu harimau Jawa yang tersangkut pada ranting.
Ada juga jejak cengkeraman kuku pada batu di lokasi penemuan. Ada dua jejak kuku, yaitu pertama ada tiga goresan dan kedua ada tiga goresan kecil kuku.
BKSDA Jabar pun sudah memasang camera trap di beberapa di lokasi yang diduga sempat jadi titik kemunculan harimau Jawa tersebut. Sedangkan sampel bulu yang ditemukan diserahkan ke Badan Riset an Inovasi Nasional (BRIN) untuk diteliti.
Camat Surade Chairul Ichwan membenarkan unggahan soal penampakkan harimau Jawa tersebut. Ia menyebut penampakan pertama Harimau Jawa dilihat pada 18 Agustus 2019 oleh warga bernama Riri Yanuar Fajar. Kali kedua pada 27 September tahun yang sama, Riri dan empat temannya menemukan helai bulu dan bekas cakaran si raja hutan tersebut.
"Saya konfirmasi benar adanya, tanggal 18 Agustus kesaksian saudara Riri warga kedusunan Cimandala , Desa Cipendeuy, Kcamatan Surade menyaksikan penampakan harimau diduga harimau jawa," kata Chairul, Sabtu (4/6/2022).
"Pada 27 September 2019, karena penasaran saudara Riri kembali melakukan penelusuran dan menemukan sehelai buku dan cengkraman kuku di batu. Namun setelah penampakan dan temuan itu, tidak lagi ada kabar atau laporan lagi dari warga,"' sambungnya.
Pihak pemerintah menurut Chairul cukup senang dengan kabar tersebut meskipun belum dipastikan apakah harimau itu jenis harimau Jawa atau bukan.
"Kami khususnya pemerintah kecamatan dan desa, dengan adanya dugaan ini cukup bahagia. Kalaupun ini benar, bisa saja harimau Jawa itu masih ada, sementara hari ini kan sudah dinyatakan punah ya," ucapnya.
Bakang mengatakan lokasi tempat harimau yang sudah punah sejak lama itu terlihat berada di kawasan hutan rakyat Blok Cicadas di Kedusunan Cimandala. Wilayah itu kerap dipakai sebagai arena perburuan babi hutan.
"Kami tentunya tegas mengimbau. Jadi ketika ada pemburu kami peringatkan agar tidak menjadikan hewan dilindungi jadi sasaran tembak. Pemburu babi hutan kan memang suka ada, saya awasi, saya imbau ke mereka jangan sampai berburu selain babi hutan," tegasnya.
Bakang lalu membenarkan kabar kemunculan harimau Jawa itu awalnya dari lima warganya. Satu di antaranya bernama Rifi Yanur Fajar (24) alias Riri, harimau itu dilihat pada 18 Agustus 2019 silam.
"Saat itu saya belum menjabat sebagai kepala desa, namun kabarnya memang santer menyebar dari mulut ke mulut. Sampai kemudian pada 27 September tahun yang sama ada sejumlah bukti yang mendukung cerita tersebut juga ditemukan di lokasi yang sama," jelas Bakang.
Diberitakan sebelumnya, kabar terbaru muncul dari beranda media sosial Facebook Dinas Kehutanan Jabar yang menduga kemunculan si Raja Rimba di Sukabumi.
Pihaknya menerima laporan ada warga melihat penampakan harimau di Kabupaten Sukabumi. Penampakan diduga harimau Jawa itu dilaporkan terjadi pada 19 Agustus 2019.
Tak hanya satu orang, kabar ini juga dibenarkan empat saksi lainnya. Bahkan pada 27 September 2019 ditemukan satu hela yang diduga merupakan bulu harimau Jawa yang tersangkut pada ranting.
Ada juga jejak cengkeraman kuku pada batu di lokasi penemuan. Ada dua jejak kuku, yaitu pertama ada tiga goresan dan kedua ada tiga goresan kecil kuku.
BKSDA Jabar pun sudah memasang camera trap di beberapa di lokasi yang diduga sempat jadi titik kemunculan harimau Jawa tersebut. Sedangkan sampel bulu yang ditemukan diserahkan ke Badan Riset an Inovasi Nasional (BRIN) untuk diteliti.
Camat Surade Chairul Ichwan membenarkan unggahan soal penampakkan harimau Jawa tersebut. Ia menyebut penampakan pertama Harimau Jawa dilihat pada 18 Agustus 2019 oleh warga bernama Riri Yanuar Fajar. Kali kedua pada 27 September tahun yang sama, Riri dan empat temannya menemukan helai bulu dan bekas cakaran si raja hutan tersebut.
"Saya konfirmasi benar adanya, tanggal 18 Agustus kesaksian saudara Riri warga kedusunan Cimandala , Desa Cipendeuy, Kcamatan Surade menyaksikan penampakan harimau diduga harimau jawa," kata Chairul, Sabtu (4/6/2022).
"Pada 27 September 2019, karena penasaran saudara Riri kembali melakukan penelusuran dan menemukan sehelai buku dan cengkraman kuku di batu. Namun setelah penampakan dan temuan itu, tidak lagi ada kabar atau laporan lagi dari warga,"' sambungnya.
Pihak pemerintah menurut Chairul cukup senang dengan kabar tersebut meskipun belum dipastikan apakah harimau itu jenis harimau Jawa atau bukan.
"Kami khususnya pemerintah kecamatan dan desa, dengan adanya dugaan ini cukup bahagia. Kalaupun ini benar, bisa saja harimau Jawa itu masih ada, sementara hari ini kan sudah dinyatakan punah ya," ucapnya.
Related Post