Beberapa waktu lalu, Tim Sampan Kalimantan bersama pria asal India, Aswin Naidu yang juga sebagai Dosen di Universitas Arizona, Amerika Serikat, yang dikenal sebagai ahli perkucingan (wild research and conservasion) melakukan penelitian keberadaan kucing bakau di wilayah Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya. Tujuannya untuk mengidentifikasi populasi kucing bakau secara berkelanjutan.
MIRZA, Sungai Raya
MIRZA, Sungai Raya
AKTIVITAS Sampan Kalimantan yang ikut mencari jejak kucing bakau bersama dosen asal India, Benny Ramadhani, mengungkapkan, keberadaan kucing bakau saat ini masuk fase krisis terancam punah. “Tahun 2008 sampai 2010 masih masuk terancam punah. Kurun waktu beberapa tahun belakangan keberadaan kucing bakau menjadi krisis terancam punah,”
Pertemuan Sampan Kalimantan dengan peneliti kucing, berawal dari perkenalan satu orang Tim Sampan dengan Aswin Naidu, yang diketahui sebagai peneliti kucing di salah satu universitas di negara adidaya tersebut. Dari perkenalan itu, teman Sampan menjelaskan wilayah dampingan Sampan Kalimantan disamping sebaran kucing di sana khususnya jenis kucing bakau. Merasa tertarik dengan cerita tersebut, Aswin beserta beberapa orang teman asal India datang untuk melakukan penelitian sebaran kucing bakau di wilayah Batu Ampar, khususnya di Desa Tanjung Harapan.
Dia menjelaskan sebaran kucing terbesar ada di wilayah Asia. Ternyata dari besarnya sebaran populasi di benua itu justru menjadi ancaman bagi habitat kucing. Menurut data yang berhasil di dapat Benny, populasi kucing semakin berkurang sejak tahun 2013. Terus berkurang dikarenakan beberapa jenis kucing jadi hewan buruan dan di jual oleh penadah.
Pertemuan Sampan Kalimantan dengan peneliti kucing, berawal dari perkenalan satu orang Tim Sampan dengan Aswin Naidu, yang diketahui sebagai peneliti kucing di salah satu universitas di negara adidaya tersebut. Dari perkenalan itu, teman Sampan menjelaskan wilayah dampingan Sampan Kalimantan disamping sebaran kucing di sana khususnya jenis kucing bakau. Merasa tertarik dengan cerita tersebut, Aswin beserta beberapa orang teman asal India datang untuk melakukan penelitian sebaran kucing bakau di wilayah Batu Ampar, khususnya di Desa Tanjung Harapan.
Dia menjelaskan sebaran kucing terbesar ada di wilayah Asia. Ternyata dari besarnya sebaran populasi di benua itu justru menjadi ancaman bagi habitat kucing. Menurut data yang berhasil di dapat Benny, populasi kucing semakin berkurang sejak tahun 2013. Terus berkurang dikarenakan beberapa jenis kucing jadi hewan buruan dan di jual oleh penadah.
Selain itu alih fungsi kawasan seperti untuk indutri berbasis hutan dan lahan, pemanfaatan hutan seperti ilegal loging sampai kejadian bencana abrasi atau erosi dan kebakaran hutan turut memicu berkurangnya populasi kucing.
“Kucing bakau hewan karnivora. Mereka biasa memakan hewan peliharaan masyarakat seperti anak ayam. Hingga tak jarang mereka pun akhirnya di bunuh karena kucing sering memangsa hewan peliharaan masyarakat,” ungkapnya.
Ketika survei dilakukan tim memilih lokasi bentang pesisir Padang Tikar, Batu Ampar hingga ke Desa Tanjung Harapan. Dalam 7 hari ekpedisi pencarian jejak kucing bakau, tim identifikasi menemukan jejak kaki kucing sampai kotoran di beberapa tempat. Namun di beberapa wilayah dengan stuktur tanah keras, tim sulit menemukan bekas tapak, yang tertinggal hanya kotorannya.
“Selain mencari jejak dan kotoran kucing bakau, kami juga memasang kamera di tiga tempat jadi lokasi temuan jejak dan kotoran. Kamera itu bisa tahan hingga 6 bulan, namun tiap satu minggu selalu kita cek. Kita sudah koordinasi dengan masyarakat setempat perihal ini,” ungkapnya. (*)
“Kucing bakau hewan karnivora. Mereka biasa memakan hewan peliharaan masyarakat seperti anak ayam. Hingga tak jarang mereka pun akhirnya di bunuh karena kucing sering memangsa hewan peliharaan masyarakat,” ungkapnya.
Ketika survei dilakukan tim memilih lokasi bentang pesisir Padang Tikar, Batu Ampar hingga ke Desa Tanjung Harapan. Dalam 7 hari ekpedisi pencarian jejak kucing bakau, tim identifikasi menemukan jejak kaki kucing sampai kotoran di beberapa tempat. Namun di beberapa wilayah dengan stuktur tanah keras, tim sulit menemukan bekas tapak, yang tertinggal hanya kotorannya.
“Selain mencari jejak dan kotoran kucing bakau, kami juga memasang kamera di tiga tempat jadi lokasi temuan jejak dan kotoran. Kamera itu bisa tahan hingga 6 bulan, namun tiap satu minggu selalu kita cek. Kita sudah koordinasi dengan masyarakat setempat perihal ini,” ungkapnya. (*)
Related Post =
Tampang Kucing Pallas yang paling Ekspresif
Bayi Kucing Caracal terlahir di Kebun Binatang Oregon
Satu-satunya Breeder Kucing Bengal di Yogyakarta
Kucing Ternyata Sudah dipelihara Manusia sejak 300 Abad SM
Setelah 20 tahun lebih, Cat Fish kembali terlihat di Kamboja
Tampang Kucing Pallas yang paling Ekspresif
Bayi Kucing Caracal terlahir di Kebun Binatang Oregon
Satu-satunya Breeder Kucing Bengal di Yogyakarta
Kucing Ternyata Sudah dipelihara Manusia sejak 300 Abad SM
Setelah 20 tahun lebih, Cat Fish kembali terlihat di Kamboja