Monumen patung kucing berdiri di depan bangunan Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung di Jalan Kavling DPR Kampung Pulo Jahe, Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur.
Di bagian bawah monumen itu tertulis "Monumen Kemanusiaan: 28 September 2016 di Kawasan Bukit Duri, seekor kucing bernama Libi menyaksikan betapa manusia menggusur tanah dan gubuk milik sesama manusia secara sempurna melanggar hukum, hak asasi manusia, agenda Pembangunan Berkelanjutan, UUD 1945 serta sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab".
Di bagian bawah monumen itu tertulis "Monumen Kemanusiaan: 28 September 2016 di Kawasan Bukit Duri, seekor kucing bernama Libi menyaksikan betapa manusia menggusur tanah dan gubuk milik sesama manusia secara sempurna melanggar hukum, hak asasi manusia, agenda Pembangunan Berkelanjutan, UUD 1945 serta sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab".
Tokoh masyarakat, Sandyawan Sumardi, menjelaskan makna di balik monumen itu. Ia mengatakan, monumen tersebut dibangun untuk mengenang momen penggusuran di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, akibat proyek normalisasi Kali Ciliwung.
"Patung kucing ini gagasan, karena waktu pas penggusuran, saya melihat di atas sanggar Ciliwung yang dihancurkan itu, ada satu ekor kucing bernama Libi milik anak-anak sanggar," ujar Sandyawan di Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung, Kamis (24/8/2022).
Seekor kucing milik salah seorang anak di eks Bukit Duri melompat ke arah backhoe yang hendak menghancurkan rumah warga. Kucing itu, berdasarkan penuturan Sandyawan, melompat-lompat dalam 'terkaman' backhoe yang menghancurkan pucuk dari sanggar tersebut. "Di antara debu-debu kucing itu terlempar. Kami menduga, kucing itu akan segera mati," kata Sandyawan.
Namun, keesokan harinya, anak-anak sanggar melaporkan bahwa kucing itu sedang duduk di lokasi sanggar yang sudah hancur. Dan yang terjadi adalah, setiap pukul 15.00 WIB, kucing itu selalu tidur di lokasi atau reruntuhan itu," ujar Sandyawan melanjutkan ceritanya.
Alhasil, Libi dijadikan simbol perjuangan warga Bukit Duri yang tergusur akibat dalih pembangunan. Monumen dengan tinggi sekitar tiga meter itu berdiri di depan Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung. Kampung yang berkonsep rumah susun (rusun) itu diperuntukkan bagi warga eks Bukit Duri yang kediamannya digusur karena proyek normalisasi Kali Ciliwung pada 2016 lalu.
"Ini kami jadikan simbol perjuangan, kesetiaan, dan persistensi warga yang rindu sekali akan tempat tinggal yang manusiawi, yang penuh gotong royong," kata Sandyawan.
Adapun Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Kamis (24/8/2022) pagi. "Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung, pada hari ini, Kamis, 25 Agustus 2022, secara resmi dinyatakan digunakan," papar Anies, dalam sambutannya ketika meresmikan kampung susun tersebut.
Anies meminta para warga yang tinggal di Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung untuk saling menjalin silaturahmi. Baca juga: Kisah tentang Anies, Kain Jarik, dan Amanah Seorang Ibu di Bukit Duri Menurut Anies, pembuatan hunian merupakan tanggung jawab Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Namun, warga yang tinggal di kampung susun itu juga bertanggung jawab untuk menciptakan suasana guyub. "Jangan menjadi kumpulan unit-unit rumah yang pribadi dan keluarganya individualistik. Saya, kami, bagian membangun. Ibu dan bapak, saya titip membangun suasana kampungnya," kata Anies.
Sekitar 3 meter dari patung Libi berdiri, Anies juga menuliskan sesuatu yang dituangkannya dalam bentuk monumen.
"Kampung susun ini adalah wujud dari sejarah panjang warga Bukit Duri dalam memperjuangkan hak-hak kemanusiaannya. Dari kampung ini akan tumbuh generasi baru, yang akan melihat luka dari masa lalu sebagai pengingat untuk bekal masa depan yang adil," tulis Anies.
"Patung kucing ini gagasan, karena waktu pas penggusuran, saya melihat di atas sanggar Ciliwung yang dihancurkan itu, ada satu ekor kucing bernama Libi milik anak-anak sanggar," ujar Sandyawan di Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung, Kamis (24/8/2022).
Seekor kucing milik salah seorang anak di eks Bukit Duri melompat ke arah backhoe yang hendak menghancurkan rumah warga. Kucing itu, berdasarkan penuturan Sandyawan, melompat-lompat dalam 'terkaman' backhoe yang menghancurkan pucuk dari sanggar tersebut. "Di antara debu-debu kucing itu terlempar. Kami menduga, kucing itu akan segera mati," kata Sandyawan.
Namun, keesokan harinya, anak-anak sanggar melaporkan bahwa kucing itu sedang duduk di lokasi sanggar yang sudah hancur. Dan yang terjadi adalah, setiap pukul 15.00 WIB, kucing itu selalu tidur di lokasi atau reruntuhan itu," ujar Sandyawan melanjutkan ceritanya.
Alhasil, Libi dijadikan simbol perjuangan warga Bukit Duri yang tergusur akibat dalih pembangunan. Monumen dengan tinggi sekitar tiga meter itu berdiri di depan Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung. Kampung yang berkonsep rumah susun (rusun) itu diperuntukkan bagi warga eks Bukit Duri yang kediamannya digusur karena proyek normalisasi Kali Ciliwung pada 2016 lalu.
"Ini kami jadikan simbol perjuangan, kesetiaan, dan persistensi warga yang rindu sekali akan tempat tinggal yang manusiawi, yang penuh gotong royong," kata Sandyawan.
Adapun Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Kamis (24/8/2022) pagi. "Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung, pada hari ini, Kamis, 25 Agustus 2022, secara resmi dinyatakan digunakan," papar Anies, dalam sambutannya ketika meresmikan kampung susun tersebut.
Anies meminta para warga yang tinggal di Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung untuk saling menjalin silaturahmi. Baca juga: Kisah tentang Anies, Kain Jarik, dan Amanah Seorang Ibu di Bukit Duri Menurut Anies, pembuatan hunian merupakan tanggung jawab Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Namun, warga yang tinggal di kampung susun itu juga bertanggung jawab untuk menciptakan suasana guyub. "Jangan menjadi kumpulan unit-unit rumah yang pribadi dan keluarganya individualistik. Saya, kami, bagian membangun. Ibu dan bapak, saya titip membangun suasana kampungnya," kata Anies.
Sekitar 3 meter dari patung Libi berdiri, Anies juga menuliskan sesuatu yang dituangkannya dalam bentuk monumen.
"Kampung susun ini adalah wujud dari sejarah panjang warga Bukit Duri dalam memperjuangkan hak-hak kemanusiaannya. Dari kampung ini akan tumbuh generasi baru, yang akan melihat luka dari masa lalu sebagai pengingat untuk bekal masa depan yang adil," tulis Anies.
Related Post