Seorang perawi hadist yang cukup banyak diketahui oleh umat Muslim, ialah Abu Hurairah. Sebagai perawi, namanya cukup tersohor dalam kajian ilmu hadist. Berdasarkan dari beberapa sumber, ada sekitar 5.000 lebih dia meriwayatkan hadist.
Jauh sebelum meriwayatkan ribuan hadist, Abu Hurairah bukanlah orang Islam. Dahulu namanya adalah Abdul Syams. Namun, setelah masuk Islam pada tahun ke-7 hijriah tepatnya pada saat perang Khaibar, namanya berganti menjadi Sakhr bin Abdul Rahman. Dulu banyak orang mengenalnya sebagai sosok yang sangat mencintai kucing, sehingga ia dikenal sebagai Abu Hurairah atau ayah dari anak kucing.
Jauh sebelum meriwayatkan ribuan hadist, Abu Hurairah bukanlah orang Islam. Dahulu namanya adalah Abdul Syams. Namun, setelah masuk Islam pada tahun ke-7 hijriah tepatnya pada saat perang Khaibar, namanya berganti menjadi Sakhr bin Abdul Rahman. Dulu banyak orang mengenalnya sebagai sosok yang sangat mencintai kucing, sehingga ia dikenal sebagai Abu Hurairah atau ayah dari anak kucing.
Abu Hurairah merupakan sahabat Rasulullah SAW dan menjadi tokoh sentral dalam periwayatan hadist. Sebagai sahabat dan para sahabat nabi lainnya, mereka lah yang menjadi saksi kunci rekam jejak nabi. Mulai dari sabda-sabdanya, segala aktivitasnya, diamnya, bahkan sifat-sifatnya. Abu Hurairah ialah salah satu sahabat yang memiliki andil cukup besar dalam meriwayatkan hadist.
Dia berasal dari desa Daus di Yaman. Ia hidup sebagai anak yatim yang miskin. Sampai ketika dia tumbuh dewasa, Abu Hurairah berhijrah dari Yaman ke Madinah tanpa harta benda. Beruntung, kaum Muslimin saat itu menyediakan tempat untuk tamu Allah SWT yang tidak memiliki harta dan keluarga di masjid. Dari sanalah Abu Hurairah belajar Islam kepada Rasulullah SAW .
Sosok Abu Hurairah adalah hamba Allah SWT yang taat ibadah. Dia selalu berdoa kepada Allah SWT pada sepertiga malam tanpa pernah meninggalkannya. Selama mengenal Rasulullah SAW, ia memiliki banyak waktu untuk menemaninya lebih dari orang lain. Hingga dia mampu menahan lapar dan meletakkan batu di perutnya.
Dia mengabdikan dirinya dan ingatannya untuk menghafal hadist dan perintah Rasulullah SAW. Di saat nabi meninggal pun, ia selalu menceritakan perilaku dan ucapannya hingga banyak sahabat nabi lainnya bertanya-tanya bagaimana dia mengetahui itu semua.
Abu Hurairah pernah menjawab pertanyaan tersebut, "Saya adalah orang miskin, selalu duduk dengan Rasulullah, jadi saya hadir saat mereka (kelompok Muhajirin) absen, dan saya hafal jika mereka lupa."
Ketulusan cintanya kepada Rasulullah SAW pernah diungkapannya, "Wahai, baginda Rasulullah. Ketika aku melihat engkau, bahagia kurasakan dalam diriku dan sejuk pandanganku." Sama halnya dengan Rasulullah SAW, Abu Hurairah pun tidak pernah tertinggal berjihad di jalan Allah SWT dan selalu mengikutsertakan diri ke dalam peperangan nabi. Salah satunya dalam penaklukkan Makkah.
Imam Ahmad pernah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra berkata, "Jika aku mendapatkan syahid, maka aku menjadi sebaik-baiknya syuhada. Dan jika aku kembali (masih hidup), maka aku adalah Abu Hurairah Al Muharrar'ah (terbebas dari api neraka).
Dari kisah Abu Hurairah yang memiliki karunia berupa ingatan yang kuat dan memanfaatkannya dengan baik untuk mendengarkan, memahami, dan menghafal banyak hadist. Itulah sebabnya, ia menghafal dan menceritakan hadist lebih banyak dari sahabat Rasulullah SAW yang lain. Dia menjadi sosok yang mampu melakukan perubahan besar dalam hidupnya. Mengubah dirinya dari orang yang tidak dikenal menjadi orang yang luar bisa dikenal, dari pemuja batu hingga beriman kepada Allah SWT.
Dia menjadi teman setia Rasullullah SAW dalam keadaan apa pun dan di mana pun. Bersama-sama berjuang di jalan Allah SWT. Sejatinya, sebagai manusia kita memerlukan bekal yang banyak menuju akhir hayat. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 197 yang artinya:“Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.”
Hingga ajal Abu Hurairah sudah semakin dekat, ia lantas pernah berdoa, "Ya Allah, aku merindukan pertemuan dengan-Mu, kiranya Engkau pun berkenan menerimaku. Segerakanlah pertemuan ini!”
Sampai pada akhirnya, Abu Hurairah tidak lagi bernapas. Ia wafat di usia 78 tahun pada 678 M.
Dia berasal dari desa Daus di Yaman. Ia hidup sebagai anak yatim yang miskin. Sampai ketika dia tumbuh dewasa, Abu Hurairah berhijrah dari Yaman ke Madinah tanpa harta benda. Beruntung, kaum Muslimin saat itu menyediakan tempat untuk tamu Allah SWT yang tidak memiliki harta dan keluarga di masjid. Dari sanalah Abu Hurairah belajar Islam kepada Rasulullah SAW .
Sosok Abu Hurairah adalah hamba Allah SWT yang taat ibadah. Dia selalu berdoa kepada Allah SWT pada sepertiga malam tanpa pernah meninggalkannya. Selama mengenal Rasulullah SAW, ia memiliki banyak waktu untuk menemaninya lebih dari orang lain. Hingga dia mampu menahan lapar dan meletakkan batu di perutnya.
Dia mengabdikan dirinya dan ingatannya untuk menghafal hadist dan perintah Rasulullah SAW. Di saat nabi meninggal pun, ia selalu menceritakan perilaku dan ucapannya hingga banyak sahabat nabi lainnya bertanya-tanya bagaimana dia mengetahui itu semua.
Abu Hurairah pernah menjawab pertanyaan tersebut, "Saya adalah orang miskin, selalu duduk dengan Rasulullah, jadi saya hadir saat mereka (kelompok Muhajirin) absen, dan saya hafal jika mereka lupa."
Ketulusan cintanya kepada Rasulullah SAW pernah diungkapannya, "Wahai, baginda Rasulullah. Ketika aku melihat engkau, bahagia kurasakan dalam diriku dan sejuk pandanganku." Sama halnya dengan Rasulullah SAW, Abu Hurairah pun tidak pernah tertinggal berjihad di jalan Allah SWT dan selalu mengikutsertakan diri ke dalam peperangan nabi. Salah satunya dalam penaklukkan Makkah.
Imam Ahmad pernah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra berkata, "Jika aku mendapatkan syahid, maka aku menjadi sebaik-baiknya syuhada. Dan jika aku kembali (masih hidup), maka aku adalah Abu Hurairah Al Muharrar'ah (terbebas dari api neraka).
Dari kisah Abu Hurairah yang memiliki karunia berupa ingatan yang kuat dan memanfaatkannya dengan baik untuk mendengarkan, memahami, dan menghafal banyak hadist. Itulah sebabnya, ia menghafal dan menceritakan hadist lebih banyak dari sahabat Rasulullah SAW yang lain. Dia menjadi sosok yang mampu melakukan perubahan besar dalam hidupnya. Mengubah dirinya dari orang yang tidak dikenal menjadi orang yang luar bisa dikenal, dari pemuja batu hingga beriman kepada Allah SWT.
Dia menjadi teman setia Rasullullah SAW dalam keadaan apa pun dan di mana pun. Bersama-sama berjuang di jalan Allah SWT. Sejatinya, sebagai manusia kita memerlukan bekal yang banyak menuju akhir hayat. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 197 yang artinya:“Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.”
Hingga ajal Abu Hurairah sudah semakin dekat, ia lantas pernah berdoa, "Ya Allah, aku merindukan pertemuan dengan-Mu, kiranya Engkau pun berkenan menerimaku. Segerakanlah pertemuan ini!”
Sampai pada akhirnya, Abu Hurairah tidak lagi bernapas. Ia wafat di usia 78 tahun pada 678 M.
Related Post =