Saat saya berada di dalam taksi dari bandara Kuching, saya sudah perkirakan bahwa saya akan senang berada di kota Malaysia ini. Saya memang penggemar kucing. Kemana pun saya lihat, saya lihat kucing.
Ada kucing putih besar yang seolah melambaikan kakinya di jalan putaran di luar pecinan. Ada keluarga robot kucing yang memandang dari satu jalan di dekat masjid. Ada pula gang yang dihias dengan kucing dan berbentuk seni jalanan.
Ada kucing putih besar yang seolah melambaikan kakinya di jalan putaran di luar pecinan. Ada keluarga robot kucing yang memandang dari satu jalan di dekat masjid. Ada pula gang yang dihias dengan kucing dan berbentuk seni jalanan.
"Obsesi kota ini terhadap kucing tampaknya merupakan asal dari nama kota ini," kata Amir, yang bekerja di Museum Kucing. Berbagai bentuk kucing ditemukan di museum ini, mulai dari kucing Mesir yang dibuat mumi sampai lukisan kontemporer dan juga patung dari keramik. Semua ini mengarah pada sejarah kucing pada sekitar 5.000 tahun lalu.
Amir menerangkan sejumlah teori mengapa kota ini dinamakan kucing. Sebagian orang percaya raja Sarawak pertama, seorang Inggris yang bernama James Brooke, tiba di Kuching pada sekitar tahun 1839, ia menunjuk pada permukiman dan menanyakan apa namanya. Seorang penduduk mengira dia menunjuk kucing yang lewat dan ia mengatakan namanya 'Kucing'.
Yang lainnya mengklaim, kota itu dinamakan dari pohon-pohon yang tumbuh di seputar dengan buah kecil yang dinamakan mata kucing, atau semacam leci. Teori terakhir menyebutkan nama tak biasa itu dipilih karena penduduk menemukan kucing ekor pendek yang ditemukan di seputar Sungai Sarawak yang mengalir di kota itu.
Setelah mengunjungi museum itu, saya tertarik untuk menemukan lebih banyak lagi kaitan antara kucing dan penduduk Kuching. Saya bertemu dengan Harris, seorang pemandu wisata yang menunjukkan berbagai gambar terkenal kucing. Penduduk Kuching beragam, mulai dari orang Melayu, Cina dan India dan juga warga asli, seperti Iban, Bidayuh, Orang Ulu dan Melanau. Harris menerangkan bahwa kucing penting bagi setiap kelompok masyarakat.
Bagi orang Cina misalnya, kucing adalah simbol keberuntungan. Dan kucing juga dihargai dalam Islam selama ratusan tahun. Saya bahkan mendengar bahwa Nabi Muhammad memiliki kucing yang dinamakan Muezza, yang sangat disayang Nabi.
Warga setempat juga banyak yang menyukai kucing karena membantu mengatasi hama tikus. Harris mengatakan bahwa pada tahun 1950an, pemerintah berupaya menggunakan bahan kimia untuk mengatasi nyamuk dan tikus. Setelah bahan kimia mempengaruhi populasi kucing di sana, Angkatan Udara Inggris menurunkan 14.000 kucing ke daerah pedesaan Malaysia dalam misi yang disebut "Operasi Menurunkan Kucing."
Kami berjalan melewati kumpulan patung kucing di atas air mancur dan kucing dalam bentuk patung perunggu di pantai. Harris menerangkan bahwa acuan tentang kucing juga dapat ditemukan di mana-mana. Para mahasiswa mempelajari I-CATS - the International College of Advanced Technology Sarawak, dan stasiun radio setempat juga dinamakan Cats FM.
Harris juga menunjukkan tiang tinggi di kota itu, serta lambang keadilan dengan timbangan serta kucing keemasan. Patung empat kucing putih ada di bawahnya. "Anda lihat sendiri, kucing begitu merasuk di kota kami, mulai dari sejarah sampai budaya modern dewasa ini," katanya.
Pada akhir perjalanan keliling kota kami, saya menyadari bahwa saya belum melihat satu ekor pun kuncing asli. Harris membawa saya bertemu teman-temannya di kafe kucing yang dinamakan Meow Meow, yang letaknya hanya lima kilometer di selatan Museum Kucing di dekat Sungai Sarawak.
Janet, pemilik kafe mengatakan ia merasa perlu membuka kafe itu untuk penduduk yang tak bisa memelihara kucing di rumah. "Kami saat ini memiliki enam kucing dari berbagai spesies," katanya.
Saya mengamati tamu kafe. Seorang anak perempuan duduk di sofa bersama Kiwi, kucing putih berbulu lebat, dan di dekatnya seorang pria duduk di lantai bermain dengan Suria, kucing Benggala.
Pasangan muda bermain dengan tali di depan Honey, seokor kucing Persia bermata lebar.
Saya tak percaya bahwa kucing membawa keberuntungan atau memiliki makna spiritual. Namun saat saya duduk, seekor kucing berbulu abu-abu bernama April duduk di pangkuan saya.
Dan yang saya rasakan adalah saya dapat menikmati Kuching.
Amir menerangkan sejumlah teori mengapa kota ini dinamakan kucing. Sebagian orang percaya raja Sarawak pertama, seorang Inggris yang bernama James Brooke, tiba di Kuching pada sekitar tahun 1839, ia menunjuk pada permukiman dan menanyakan apa namanya. Seorang penduduk mengira dia menunjuk kucing yang lewat dan ia mengatakan namanya 'Kucing'.
Yang lainnya mengklaim, kota itu dinamakan dari pohon-pohon yang tumbuh di seputar dengan buah kecil yang dinamakan mata kucing, atau semacam leci. Teori terakhir menyebutkan nama tak biasa itu dipilih karena penduduk menemukan kucing ekor pendek yang ditemukan di seputar Sungai Sarawak yang mengalir di kota itu.
Setelah mengunjungi museum itu, saya tertarik untuk menemukan lebih banyak lagi kaitan antara kucing dan penduduk Kuching. Saya bertemu dengan Harris, seorang pemandu wisata yang menunjukkan berbagai gambar terkenal kucing. Penduduk Kuching beragam, mulai dari orang Melayu, Cina dan India dan juga warga asli, seperti Iban, Bidayuh, Orang Ulu dan Melanau. Harris menerangkan bahwa kucing penting bagi setiap kelompok masyarakat.
Bagi orang Cina misalnya, kucing adalah simbol keberuntungan. Dan kucing juga dihargai dalam Islam selama ratusan tahun. Saya bahkan mendengar bahwa Nabi Muhammad memiliki kucing yang dinamakan Muezza, yang sangat disayang Nabi.
Warga setempat juga banyak yang menyukai kucing karena membantu mengatasi hama tikus. Harris mengatakan bahwa pada tahun 1950an, pemerintah berupaya menggunakan bahan kimia untuk mengatasi nyamuk dan tikus. Setelah bahan kimia mempengaruhi populasi kucing di sana, Angkatan Udara Inggris menurunkan 14.000 kucing ke daerah pedesaan Malaysia dalam misi yang disebut "Operasi Menurunkan Kucing."
Kami berjalan melewati kumpulan patung kucing di atas air mancur dan kucing dalam bentuk patung perunggu di pantai. Harris menerangkan bahwa acuan tentang kucing juga dapat ditemukan di mana-mana. Para mahasiswa mempelajari I-CATS - the International College of Advanced Technology Sarawak, dan stasiun radio setempat juga dinamakan Cats FM.
Harris juga menunjukkan tiang tinggi di kota itu, serta lambang keadilan dengan timbangan serta kucing keemasan. Patung empat kucing putih ada di bawahnya. "Anda lihat sendiri, kucing begitu merasuk di kota kami, mulai dari sejarah sampai budaya modern dewasa ini," katanya.
Pada akhir perjalanan keliling kota kami, saya menyadari bahwa saya belum melihat satu ekor pun kuncing asli. Harris membawa saya bertemu teman-temannya di kafe kucing yang dinamakan Meow Meow, yang letaknya hanya lima kilometer di selatan Museum Kucing di dekat Sungai Sarawak.
Janet, pemilik kafe mengatakan ia merasa perlu membuka kafe itu untuk penduduk yang tak bisa memelihara kucing di rumah. "Kami saat ini memiliki enam kucing dari berbagai spesies," katanya.
Saya mengamati tamu kafe. Seorang anak perempuan duduk di sofa bersama Kiwi, kucing putih berbulu lebat, dan di dekatnya seorang pria duduk di lantai bermain dengan Suria, kucing Benggala.
Pasangan muda bermain dengan tali di depan Honey, seokor kucing Persia bermata lebar.
Saya tak percaya bahwa kucing membawa keberuntungan atau memiliki makna spiritual. Namun saat saya duduk, seekor kucing berbulu abu-abu bernama April duduk di pangkuan saya.
Dan yang saya rasakan adalah saya dapat menikmati Kuching.
Related Post =