Seekor kucing kecil tergeletak di tengah jalan sepi dengan napas yang hanya tinggal satu-satu. Nyaris di penghujung hidupnya, seseorang merengkuh si kucing dan melarikan ke rumah sakit. Wanita penolong baik hati itu, memanggilnya Kimbo.
Tubuh Kimbo basah dengan suhu di bawah normal saat ditemukan. Kemungkinan Kimbo telah berhari-hari di jalanan dan kehujanan, sampai akhirnya ia tak sanggup lagi menopang tubuh untuk berjalan mencari makan atau mencari tempat berlindung.
Tubuh Kimbo basah dengan suhu di bawah normal saat ditemukan. Kemungkinan Kimbo telah berhari-hari di jalanan dan kehujanan, sampai akhirnya ia tak sanggup lagi menopang tubuh untuk berjalan mencari makan atau mencari tempat berlindung.
Selama lebih dari 24 jam tim dokter berjuang demi keselamatan Kimbo, hingga akhirnya dokter menyarankan agar Kimbo dirawat di rumah.
Kondisi Kimbo sedikit membaik, namun ia masih harus melalui hari-hari berat untuk memperjuangkan hidupnya. Kimbo mengalami sinus yang mengakibatkan sulit bernapas, serta kerusakan pita suara.
Meski demikian Kimbo menemukan seseorang yang akan menjadi semangatnya untuk sembuh, yakni wanita penolong yang kemudian dipanggilnya âibuâ.
Berhari-hari berlalu. Kimbo selalu berada dalam pengawasan sang ibu siang dan malam. Ia tak pernah kedinginan, berkat selimut dan dekapan ibunya setiap saat. Hingga ia mendapatkan kembali suhu normal tubuh dan keleluasaan bernapas.
Kimbo juga mulai makan sendiri, melompat dari tempat tidur, berlari mengikuti ibunya kemanapun. Kimbo menunjukkan rasa suka citanya setiap hari dengan memberikan wajah lucu pada sang ibu.
Kimbo juga mulai bermain dengan Chance, kucing penghuni rumah. Sikap Kimbo yang periang membuat suasana menjadi begitu menyenangkan. Bahkan ketika Shania, kucing peliharaan ibunya yang telah berumur 18 tahun, meninggal dunia, Kimbo lah yang menjadi pelipur lara sang ibu. Tanpa Kimbo, ibunya mengaku mungkin kesedihannya akan berlarut-larut. Kimbo seolah tahu bagaimana membuat sang ibu tersenyum.
Meski pita suaranya rusak, tetapi Kimbo tak peduli. Ia tetap saja mengeong. Baik Chance dan sang ibu awalnya terkejut mendengar suara Kimbo yang âanehâ, sedangkan Kimbo cuek saja. Ia merasa tak ada yang salah dalam dirinya, kebahagiaan telah membuat Kimbo tak memikirkan segala kekurangan yang ia miliki.
Kebahagiaan tak dirasakan Kimbo sendiri, ia membagi pada keluarganya. Chance kembali memiliki teman bermain selepas kepergiaan Shania, demikian pula sang ibu yang mampu mengenang Shania dalam kenangan manis setelah Kimbo tak pernah jauh dari sisinya.
Kimbo seperti malaikat penjaga bagi ibunya, ia tak pernah membiarkan sang ibu bersedih ataupun kesepian. Tingkah dan wajah Kimbo adalah pelita bagi keluarganya.
Kondisi Kimbo sedikit membaik, namun ia masih harus melalui hari-hari berat untuk memperjuangkan hidupnya. Kimbo mengalami sinus yang mengakibatkan sulit bernapas, serta kerusakan pita suara.
Meski demikian Kimbo menemukan seseorang yang akan menjadi semangatnya untuk sembuh, yakni wanita penolong yang kemudian dipanggilnya âibuâ.
Berhari-hari berlalu. Kimbo selalu berada dalam pengawasan sang ibu siang dan malam. Ia tak pernah kedinginan, berkat selimut dan dekapan ibunya setiap saat. Hingga ia mendapatkan kembali suhu normal tubuh dan keleluasaan bernapas.
Kimbo juga mulai makan sendiri, melompat dari tempat tidur, berlari mengikuti ibunya kemanapun. Kimbo menunjukkan rasa suka citanya setiap hari dengan memberikan wajah lucu pada sang ibu.
Kimbo juga mulai bermain dengan Chance, kucing penghuni rumah. Sikap Kimbo yang periang membuat suasana menjadi begitu menyenangkan. Bahkan ketika Shania, kucing peliharaan ibunya yang telah berumur 18 tahun, meninggal dunia, Kimbo lah yang menjadi pelipur lara sang ibu. Tanpa Kimbo, ibunya mengaku mungkin kesedihannya akan berlarut-larut. Kimbo seolah tahu bagaimana membuat sang ibu tersenyum.
Meski pita suaranya rusak, tetapi Kimbo tak peduli. Ia tetap saja mengeong. Baik Chance dan sang ibu awalnya terkejut mendengar suara Kimbo yang âanehâ, sedangkan Kimbo cuek saja. Ia merasa tak ada yang salah dalam dirinya, kebahagiaan telah membuat Kimbo tak memikirkan segala kekurangan yang ia miliki.
Kebahagiaan tak dirasakan Kimbo sendiri, ia membagi pada keluarganya. Chance kembali memiliki teman bermain selepas kepergiaan Shania, demikian pula sang ibu yang mampu mengenang Shania dalam kenangan manis setelah Kimbo tak pernah jauh dari sisinya.
Kimbo seperti malaikat penjaga bagi ibunya, ia tak pernah membiarkan sang ibu bersedih ataupun kesepian. Tingkah dan wajah Kimbo adalah pelita bagi keluarganya.
Related Post