Memelihara kucing ras, bagi sebagian besar orang menyenangkan. Namun, wanita bernama Almaedawati Erina ini ternyata sama sekali tak tertarik pada kucing dengan bulu lebat dan wajah yang lucu-lucu itu.
Alih-alih demikian, sulung dari dua bersaudara ini justru pilih memelihara kucing kampung. Menariknya yang ada di rumah Erina tak sembarang kucing kampung, melainkan ‘kucing-kucing bermasalah’. Ada yang kakinya patah, atau matanya buta karena menderita penyakit.“Masing-masing hewan yang aku pelihara ada ceritanya sendiri-sendiri. Kalau dijelasin satu-satu bikin sedih. Sebab rata-rata kan dibuang secara tragis oleh masyarakat," ungkapnya.
Alih-alih demikian, sulung dari dua bersaudara ini justru pilih memelihara kucing kampung. Menariknya yang ada di rumah Erina tak sembarang kucing kampung, melainkan ‘kucing-kucing bermasalah’. Ada yang kakinya patah, atau matanya buta karena menderita penyakit.“Masing-masing hewan yang aku pelihara ada ceritanya sendiri-sendiri. Kalau dijelasin satu-satu bikin sedih. Sebab rata-rata kan dibuang secara tragis oleh masyarakat," ungkapnya.
Sarjana Kedokteran Hewan dari Universitas Airlangga (Unair) ini lalu memaparkan saat malam-malam harus menembus lebatnya hujan demi menolong anak kucing kedinginan yang terjepit jeruji kendaraan. “Pernah pula saat Subuh pintu rumah digedor tetangga diberi tahu ada hewan sakit,” tuturnya.
Saat ini ada sekitar 25 ekor kucing yang hidup bersama Erina. Itu belum termasuk kucing liar yang tinggal di sekitar rumah Erin. “Kucing-kucing di sekitar rumah itu sering datang dan aku kasih makan juga,” imbuhnya.
Selain itu masih ada dua ekor anjing lokal, dan dua ekor jenis pom. Tapi semua sama sekali tidak beli, melainkan dia dapat sebagai upaya penyelamatan dan adopsi dari jalanan. Semua hewan rescue tersebut juga disteril sehingga bebas dari penyakit. “Selain itu, juga agar tidak berkembang biak. Saya hanya ingin fokus membantu kucing-kucing yang bermasalah,” ucap Erin yang menyelesaikan S2 juga di bidang kedokteran di Unair.
Erin juga memperlakukan semua hewan rescuenya ini seperti keluarga. Tidak jarang sebagian dilepas di area rumah supaya tidak bosan dalam kandang. Untuk memelihara hewan sebanyak ini diakui Erin tidak murah. Erin bisa menghabiskan sekitar Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta per bulan untuk makanannya. Belum lagi jika ada hewan yang sakit, Erin harus merogoh kocek lagi untuk merawatnya.
Meski begitu, wanita yang sekarang mengajar di Universitas Ciputra Surabaya ini menegaskan sangat mencintai hewan yang ada di rumahnya dan bertekad tak akan melepaskan meski ada yang meminta dan berjanji akan merawat dengan baik. “Saya nggak percaya (mereka bisa merawat dengan baik). Kalau memang mau seperti saya, ya cari saja kucing-kucing dengan case seperti yang saya hadapi ini,” tandasnya
Erin mengaku pernah ditawari kucing ras yang lucu oleh saudaranya. Tetapi, syaratnya, kucing yang bermasalah itu harus dibuang. Permintaan itu kontan dia tolak. "Bagiku menampung mereka bukan sekadar untuk peliharaan, tapi memang menyelamatkan mereka dari penyakit atau pun ancaman yang pernah mereka alami," papar peneliti di Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga ini.
Saat ini ada sekitar 25 ekor kucing yang hidup bersama Erina. Itu belum termasuk kucing liar yang tinggal di sekitar rumah Erin. “Kucing-kucing di sekitar rumah itu sering datang dan aku kasih makan juga,” imbuhnya.
Selain itu masih ada dua ekor anjing lokal, dan dua ekor jenis pom. Tapi semua sama sekali tidak beli, melainkan dia dapat sebagai upaya penyelamatan dan adopsi dari jalanan. Semua hewan rescue tersebut juga disteril sehingga bebas dari penyakit. “Selain itu, juga agar tidak berkembang biak. Saya hanya ingin fokus membantu kucing-kucing yang bermasalah,” ucap Erin yang menyelesaikan S2 juga di bidang kedokteran di Unair.
Erin juga memperlakukan semua hewan rescuenya ini seperti keluarga. Tidak jarang sebagian dilepas di area rumah supaya tidak bosan dalam kandang. Untuk memelihara hewan sebanyak ini diakui Erin tidak murah. Erin bisa menghabiskan sekitar Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta per bulan untuk makanannya. Belum lagi jika ada hewan yang sakit, Erin harus merogoh kocek lagi untuk merawatnya.
Meski begitu, wanita yang sekarang mengajar di Universitas Ciputra Surabaya ini menegaskan sangat mencintai hewan yang ada di rumahnya dan bertekad tak akan melepaskan meski ada yang meminta dan berjanji akan merawat dengan baik. “Saya nggak percaya (mereka bisa merawat dengan baik). Kalau memang mau seperti saya, ya cari saja kucing-kucing dengan case seperti yang saya hadapi ini,” tandasnya
Erin mengaku pernah ditawari kucing ras yang lucu oleh saudaranya. Tetapi, syaratnya, kucing yang bermasalah itu harus dibuang. Permintaan itu kontan dia tolak. "Bagiku menampung mereka bukan sekadar untuk peliharaan, tapi memang menyelamatkan mereka dari penyakit atau pun ancaman yang pernah mereka alami," papar peneliti di Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga ini.
Related Post =
Forum Komunikasi Dokter Hewan Kampanyekan Kucing Lokal
Dokter Hewan Ganteng Yang Bikin Kamu Rajin berkunjung ke Klinik
Wanita ini Menyeberangi Sungai Bersama Harimau
Menyelamatkan Kucing Liar, Kisah Kebaikan Hyorin Sistar Jadi Viral
Forum Komunikasi Dokter Hewan Kampanyekan Kucing Lokal
Dokter Hewan Ganteng Yang Bikin Kamu Rajin berkunjung ke Klinik
Wanita ini Menyeberangi Sungai Bersama Harimau
Menyelamatkan Kucing Liar, Kisah Kebaikan Hyorin Sistar Jadi Viral