
Tidak banyak yang tahu bahwa Stasiun Shibuya-Tokyo adalah stasiun kereta api komuter tersibuk keempat di Jepang, hal itu lantaran seluruh dunia terlanjur lebih familier mengenalnya sebagai sebuah stasiun tempat berawalnya kisah legendaris Hachiko si Anjing setia pada tahun 1920-an.
Adalah Hidesaburo Ueno seorang Profesor Pertanian di Imperial University Tokyo yang menggunakan stasiun tersebut sebagai tempat untuk pergi dan pulang mengajar. Seekor Anjing jenis Akita yang bernama Hachiko mempunyai kebiasaan untuk menjemput tuannya pulang kerja dengan menunggu dipelataran stasiun setiap malam.
Sampai pada bulan Mei 1925 Profesor Ueno pingsan saat memberikan kuliah kemudian meninggal karena pendarahan otak. Terlepas dari kenyataan bahwa tuannya telah pergi dan tidak akan kembali, Hachiko selalu mengulang kebiasaan untuk menunggu tuannya tersebut setiap malam distasiun yang sama selama 9 tahun lamanya hingga akhirnya dia juga ikut menyusul (meninggal). Kisah ini menjadi populer ketika salah seorang mantan mahasiswa Ueno menulis sebuah artikel tentang mereka dengan tema kesetiaan yang diterbitkan oleh sebuah surat kabar di Tokyo.
Adalah Hidesaburo Ueno seorang Profesor Pertanian di Imperial University Tokyo yang menggunakan stasiun tersebut sebagai tempat untuk pergi dan pulang mengajar. Seekor Anjing jenis Akita yang bernama Hachiko mempunyai kebiasaan untuk menjemput tuannya pulang kerja dengan menunggu dipelataran stasiun setiap malam.
Sampai pada bulan Mei 1925 Profesor Ueno pingsan saat memberikan kuliah kemudian meninggal karena pendarahan otak. Terlepas dari kenyataan bahwa tuannya telah pergi dan tidak akan kembali, Hachiko selalu mengulang kebiasaan untuk menunggu tuannya tersebut setiap malam distasiun yang sama selama 9 tahun lamanya hingga akhirnya dia juga ikut menyusul (meninggal). Kisah ini menjadi populer ketika salah seorang mantan mahasiswa Ueno menulis sebuah artikel tentang mereka dengan tema kesetiaan yang diterbitkan oleh sebuah surat kabar di Tokyo.

Sebenarnya sebuah patung yang terbuat dari perunggu sudah pernah dibuat dan didirikan diluar Stasiun Shibuya. Namun akibat imbas Perang Dunia II, patung tersebut dilebur untuk keperluan perang. Lalu pada tahun 1948 sebuah patung baru yang didesain oleh putra asli Profesor Ueno ditempatkan diluar stasiun. Patung ini difungsikan sebagai titik pertemuan dari segala arah dan bagi wisatawan yang baru berkunjung tidak akan terlalu sulit untuk menemukannya, cukup mencari tanda di Stasiun yang bernama “ Hachiko Exit”.
Beberapa film telah menceritakan kisah Hachiko, yang pertama dengan judl Hachiko Monogatari, (bahasa Jepang) kemudian film ini dibuat ulang dalam bahasa Inggris dengan judul Hachiko : A Dog Story, dibintangi oleh Richard Gere sebagai Parker Wilson. agar lebih cocok untuk audiens Barat, semua elemen Jepang dihapus, dan cerita diadaptasikan dengan seting di Rhode Island.
Namun tampaknya penulis skenario tidak bisa mencari cara untuk menjelaskan pada penonton mengapa seorang pria berkulit putih menamai anjingnya Hachi (-ko sebenarnya adalah kata imbuhan diakhir yang ditambahkan ke nama Hachi, ini juga tidak dijelaskan dalam film)
sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk menyertakan seorang tokoh jepang: yang karakternya agak mistis, yaitu seorang rekan dosen Parker yang bijak. ( lupa namanya )
Itu sekedar ktikitan dari saya, tapi jujur saya akui bahwa film ini membuat saya menangis. ketika adegan awal film saat Parker bermain dengan Hachiko yang masih kecil. Saya akan bilang, “ Huuhu... kalian berdua akan meninggal nanti diakhir!"
Tidak jauh dari pintu keluar Hachiko ( Hachiko Exit) ada sebuah tempat yang bernama HapiNeko. Sebelum pergi ke Jepang sebenarnya saya telah banyak mendengar tentang Cafe Kucing ada dibeberapa negara dan saya pikir akan menyenangkan bila bisa mengunjungi salah satunya. Di sisi luar gedung itu memang ada tanda besar dengan gambar kucing, tapi saya kan tidak bisa membaca bahasa jepang jadi saya tidak 100% yakin apa ini benar tempatnya. Ketika saya memasuki lantai 3 untunglah di Suite kami menemukan seekor kucing yang menarik perhatian kami agar masuk kedalamnya ( sebuah strategi marketing yang bagus )
Beberapa film telah menceritakan kisah Hachiko, yang pertama dengan judl Hachiko Monogatari, (bahasa Jepang) kemudian film ini dibuat ulang dalam bahasa Inggris dengan judul Hachiko : A Dog Story, dibintangi oleh Richard Gere sebagai Parker Wilson. agar lebih cocok untuk audiens Barat, semua elemen Jepang dihapus, dan cerita diadaptasikan dengan seting di Rhode Island.
Namun tampaknya penulis skenario tidak bisa mencari cara untuk menjelaskan pada penonton mengapa seorang pria berkulit putih menamai anjingnya Hachi (-ko sebenarnya adalah kata imbuhan diakhir yang ditambahkan ke nama Hachi, ini juga tidak dijelaskan dalam film)
sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk menyertakan seorang tokoh jepang: yang karakternya agak mistis, yaitu seorang rekan dosen Parker yang bijak. ( lupa namanya )
Itu sekedar ktikitan dari saya, tapi jujur saya akui bahwa film ini membuat saya menangis. ketika adegan awal film saat Parker bermain dengan Hachiko yang masih kecil. Saya akan bilang, “ Huuhu... kalian berdua akan meninggal nanti diakhir!"
Tidak jauh dari pintu keluar Hachiko ( Hachiko Exit) ada sebuah tempat yang bernama HapiNeko. Sebelum pergi ke Jepang sebenarnya saya telah banyak mendengar tentang Cafe Kucing ada dibeberapa negara dan saya pikir akan menyenangkan bila bisa mengunjungi salah satunya. Di sisi luar gedung itu memang ada tanda besar dengan gambar kucing, tapi saya kan tidak bisa membaca bahasa jepang jadi saya tidak 100% yakin apa ini benar tempatnya. Ketika saya memasuki lantai 3 untunglah di Suite kami menemukan seekor kucing yang menarik perhatian kami agar masuk kedalamnya ( sebuah strategi marketing yang bagus )

Jepang adalah negara dimana ruang adalah komoditas yang mahal, jadi tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk memiliki hewan peliharaan didalam rumahnya ataupun mendapatkan izin agar diperbolehkan memiliki mereka dalam apartemen sehingga Cafe Hapineko ini melihat peluang tersebut. Pengunjung dengan biaya yang relatif kecil bisa menghabiskan waktu untuk bersantai dengan banyak kucing
Konsep ini tidak diperuntukkan bagi kucing saja, di sudut lain kota Tokyo juga telah didirikan Dome Amusement Park,yaitu sebuah area hewan dadakan dengan pagar semi permanen. Para pengunjung bisa membayar 500 yen (sekitar $ 5) agar bisa berinteraksi dan menghabiskan waktu dengan berbagai hewan peliharaan seperti : anjing, kucing, ayam, kambing, dan bahkan kura-kura dengan ukuran besar. Karena saya menyukai kucing seperti halnya menyukai Jepang maka saya tidak ragu untuk memasuki cafe tersebut dan membayar sekitar $10 untuk setengah jam bercengerama dengan beberapa kucing sambil minum teh apel ( menu favorit cafe tersebut )
Seperti adatnya dirumah Jepang, jika kita ingin masuk kedalam ruangan maka kita harus melepas alas kaki kita, lalu ada salah seorang pelayan yang menjelaskan beberapa peraturan disini
Misalnya bagaimana cara memegang kucing dengan benar tanpa menyakiti mereka, lalu tas/koper bawaan kita yang mungkin harus diambil dan dimasukan kedalam ruang penyimpanan, kemudian ada wastafel tempat dimana kita wajib mencuci tangan menggunakan alkohol, memilih ruangan dimana kita ingin bersantai dan memesan minuman hingga kemudian kita baru diizinkan memasuki ruangan dengan ditemani kucing
Hapineko mempekerjakan sebanyak 16 staf kucing, sebagian besar berusia 3 tahunan. Ada yang keturunan langsung American shorthairs, British shorthair,Blue Rusia, Skotlandia Folds, kucing birma dan Persia. Nama-nama mereka pun bernuansa Jepang, misalnya: Ryoma dan Hinako, untuk lebih Amerika ada: Gigi, Lara, Mimi, Princess, Nina, Marcia dan Mocha, lalu nama yang sedikit lebih lucu: Susu, Tofu, and Roll ( empat ekor lagi lupa namanya ..)
Keremangan senja menambah kepuasan yang didapat dalam suasana di cafe itu. Sebenarnya jujur tidak tega bila harus berpisah dengan mereka, namun jadwal keberangkatan kereta mengharuskan kami untuk berjalan kembali ke stasiun Shibuya yang kala itu sedang germis. Kerumunan orang berebut di persimpangan merupakan pemandangan khas dinegara dengan budaya displin yang tinggi ini. Beberapa orang menerjang hujan gerimis dengan payung, sebagian yang lain tetap berjalan dengan semangat Hachiko, menantikan sebuah pengharapan dengan kteguh dan kesetiaan..!
Emily, Cerita Kereta
Konsep ini tidak diperuntukkan bagi kucing saja, di sudut lain kota Tokyo juga telah didirikan Dome Amusement Park,yaitu sebuah area hewan dadakan dengan pagar semi permanen. Para pengunjung bisa membayar 500 yen (sekitar $ 5) agar bisa berinteraksi dan menghabiskan waktu dengan berbagai hewan peliharaan seperti : anjing, kucing, ayam, kambing, dan bahkan kura-kura dengan ukuran besar. Karena saya menyukai kucing seperti halnya menyukai Jepang maka saya tidak ragu untuk memasuki cafe tersebut dan membayar sekitar $10 untuk setengah jam bercengerama dengan beberapa kucing sambil minum teh apel ( menu favorit cafe tersebut )
Seperti adatnya dirumah Jepang, jika kita ingin masuk kedalam ruangan maka kita harus melepas alas kaki kita, lalu ada salah seorang pelayan yang menjelaskan beberapa peraturan disini
Misalnya bagaimana cara memegang kucing dengan benar tanpa menyakiti mereka, lalu tas/koper bawaan kita yang mungkin harus diambil dan dimasukan kedalam ruang penyimpanan, kemudian ada wastafel tempat dimana kita wajib mencuci tangan menggunakan alkohol, memilih ruangan dimana kita ingin bersantai dan memesan minuman hingga kemudian kita baru diizinkan memasuki ruangan dengan ditemani kucing
Hapineko mempekerjakan sebanyak 16 staf kucing, sebagian besar berusia 3 tahunan. Ada yang keturunan langsung American shorthairs, British shorthair,Blue Rusia, Skotlandia Folds, kucing birma dan Persia. Nama-nama mereka pun bernuansa Jepang, misalnya: Ryoma dan Hinako, untuk lebih Amerika ada: Gigi, Lara, Mimi, Princess, Nina, Marcia dan Mocha, lalu nama yang sedikit lebih lucu: Susu, Tofu, and Roll ( empat ekor lagi lupa namanya ..)
Keremangan senja menambah kepuasan yang didapat dalam suasana di cafe itu. Sebenarnya jujur tidak tega bila harus berpisah dengan mereka, namun jadwal keberangkatan kereta mengharuskan kami untuk berjalan kembali ke stasiun Shibuya yang kala itu sedang germis. Kerumunan orang berebut di persimpangan merupakan pemandangan khas dinegara dengan budaya displin yang tinggi ini. Beberapa orang menerjang hujan gerimis dengan payung, sebagian yang lain tetap berjalan dengan semangat Hachiko, menantikan sebuah pengharapan dengan kteguh dan kesetiaan..!
Emily, Cerita Kereta
Related Post =
Patung Hachiko Di Shibuya Kini Punya Sahabat Baru
Kucingku Vs Suamiku : Sebuah Perang Dingin yang Menyentuh
Kamu Sering Menghakimi Orang Yang Membuang Kucing ?
Apakah Kamu Menganggap Kucing Sebagai Anakmu ?
Hidupku Tak Lepas dari Kucing
Patung Hachiko Di Shibuya Kini Punya Sahabat Baru
Kucingku Vs Suamiku : Sebuah Perang Dingin yang Menyentuh
Kamu Sering Menghakimi Orang Yang Membuang Kucing ?
Apakah Kamu Menganggap Kucing Sebagai Anakmu ?
Hidupku Tak Lepas dari Kucing