Jakarta - Pagi itu, matahari belumlah menampakkan sinarnya. Langit masihlah gelap saat Pak Ooy (70) mengayuh sepeda tuanya menuju Pasar Palmerah Jakarta Barat. Umur Pak Ooy boleh terbilang senja, tapi semangat dan staminanya tak boleh diragukan lagi.
Meski terkadang ia harus turun dan mendorong sepedanya di jembatan yang menanjak. Tapi sekalipun tak pernah ia mengeluh. Bagi Pak Ooy, bersepeda setiap pagi adalah salah satu bentuk olahraga yang murah meriah.
Meski terkadang ia harus turun dan mendorong sepedanya di jembatan yang menanjak. Tapi sekalipun tak pernah ia mengeluh. Bagi Pak Ooy, bersepeda setiap pagi adalah salah satu bentuk olahraga yang murah meriah.
Anak istrinya bukannya tak melarang, beberapa kali Pak Ooy diminta anaknya untuk tinggal di rumah saja. Tapi, Pak Ooy tak mau bergantung dengan orang lain. Selagi masih mampu, Pak Ooy masih ingin terus berusaha menghidupi keluarga dan kucing-kucing peliharaannya.
Di lapak kecil sudut Pasar Palmerah inilah tempat Pak Ooy biasa berjualan. Ia tak punya kios atau toko, hanya selembar terpal yang digunakannnya untuk menggelar dagangannya yaitu sandal yang terbuat dari karet dan plastik.
Sandal plastik inipun ia pilih arena harganya ekonomis berkisar 10 ribu sampai 20 ribu rupiah. Pak Ooy berharap para pembelinya lebih banyak karena murah dan terjangkau. Bukan hanya pembeli yang ia harapkan untuk datang, Pak Ooy juga mempunyai sahabat sahabat kecil yang rutin menyambanginya. Ya, kucing!
Tak heran, setiap hari Pak Ooy selalu menyisihkan makanan untuk kucing kucing yang ada di Pasar Palmerah ini. Sedikit ikan tongkol asap atau biasa disebut ikan cue, ditambah nasi. Sengaja ia bawa nasinya dari rumah supaya lebih banyak kucing yang kebagian makan.
Di lapak kecil sudut Pasar Palmerah inilah tempat Pak Ooy biasa berjualan. Ia tak punya kios atau toko, hanya selembar terpal yang digunakannnya untuk menggelar dagangannya yaitu sandal yang terbuat dari karet dan plastik.
Sandal plastik inipun ia pilih arena harganya ekonomis berkisar 10 ribu sampai 20 ribu rupiah. Pak Ooy berharap para pembelinya lebih banyak karena murah dan terjangkau. Bukan hanya pembeli yang ia harapkan untuk datang, Pak Ooy juga mempunyai sahabat sahabat kecil yang rutin menyambanginya. Ya, kucing!
Tak heran, setiap hari Pak Ooy selalu menyisihkan makanan untuk kucing kucing yang ada di Pasar Palmerah ini. Sedikit ikan tongkol asap atau biasa disebut ikan cue, ditambah nasi. Sengaja ia bawa nasinya dari rumah supaya lebih banyak kucing yang kebagian makan.
"Saya nggak tega kalau membiarkan mereka kelaparan, sampai-sampai saya mendingan ntar dulu deh sarapannya, biar kucing aja dulu. Biasanya yang datang ada sekitar 20 kucing, ini tumben banget cuma empat yang datang, mungkin karena semalem hujan besar, banyak yang males keluar," ujarnya sambil memberi makan.
Setelah selesai berjualan, biasanya para pedagang merapikan dagangannya menjelang siang. Pak Ooy mengemasi dagangannya dalam karung, lalu dilapisi dengan terpal dan plastik sisa jualan supaya tak dimakan tikus. Supaya tak berat membawa beban di sepedanya, dagangannnya tak ia bawa pulang. Ia lalu menitipkan ke gudang pasar dengan ongkos Rp 7.000 per hari.
Pak Ooy butuh lama untuk mengemasi dagangannya, fisiknya tak sama seperti dahulu. Kecelakaan jatuh dari pohon di saat masih muda dulu membuat tangan kirinya sulit untuk digerakkan. Meski tak sempurna lagi, tapi Pak Ooy tak hentinya masih bersyukur diberi kesehatan yang prima. "Cuma tangan saja susah digerakkan, kaku. Jadi semua pekerjaan saya lakukan dengan satu tangan kiri," tuturnya.
Tak hanya di pasar, setiap hari Pak Ooy juga menyisihkan uang Rp 10 ribu untuk membeli ikan tongkol atau ikan cue asap untuk kucing-kucingnya di rumah. Kalau dilihat dari jumlahnya, sepertinya tidak akan cukup untuk 20 kucing, tapi Pak Ooy percaya Allah sudah mengatur rezeki hambanya masing masing.
Ada saja bonus ikan lebih yang diberikan pedagang ikan saat mengetahui Pak Ooy membeli ikan untuk kucing-kucingnya. Pedagang ikan lainpun sengaja memberikan bagian ikan yang tak terpakai khusus untuk Pak Ooy. Saat pulang, Pak Ooy sengaja berkeliling dan menyambangi sudut-sudut pasar. Ia khawatir ada kucing yang tak kebagian jatah makanan hari itu.
"Saya paling sedih kalau ada orang buang kucing, ngga cuma dibuang, kadang ditendang, disiram air panas, duuuuuh padahal kucing salah apa…sering banget saya nemu kucing dalam keadaan luka-luka, kalau sudah begitu pasti saya pungut, pelihara, saya bawa pulang, kasihan" ujarnya sedih.
Setelah selesai berjualan, biasanya para pedagang merapikan dagangannya menjelang siang. Pak Ooy mengemasi dagangannya dalam karung, lalu dilapisi dengan terpal dan plastik sisa jualan supaya tak dimakan tikus. Supaya tak berat membawa beban di sepedanya, dagangannnya tak ia bawa pulang. Ia lalu menitipkan ke gudang pasar dengan ongkos Rp 7.000 per hari.
Pak Ooy butuh lama untuk mengemasi dagangannya, fisiknya tak sama seperti dahulu. Kecelakaan jatuh dari pohon di saat masih muda dulu membuat tangan kirinya sulit untuk digerakkan. Meski tak sempurna lagi, tapi Pak Ooy tak hentinya masih bersyukur diberi kesehatan yang prima. "Cuma tangan saja susah digerakkan, kaku. Jadi semua pekerjaan saya lakukan dengan satu tangan kiri," tuturnya.
Tak hanya di pasar, setiap hari Pak Ooy juga menyisihkan uang Rp 10 ribu untuk membeli ikan tongkol atau ikan cue asap untuk kucing-kucingnya di rumah. Kalau dilihat dari jumlahnya, sepertinya tidak akan cukup untuk 20 kucing, tapi Pak Ooy percaya Allah sudah mengatur rezeki hambanya masing masing.
Ada saja bonus ikan lebih yang diberikan pedagang ikan saat mengetahui Pak Ooy membeli ikan untuk kucing-kucingnya. Pedagang ikan lainpun sengaja memberikan bagian ikan yang tak terpakai khusus untuk Pak Ooy. Saat pulang, Pak Ooy sengaja berkeliling dan menyambangi sudut-sudut pasar. Ia khawatir ada kucing yang tak kebagian jatah makanan hari itu.
"Saya paling sedih kalau ada orang buang kucing, ngga cuma dibuang, kadang ditendang, disiram air panas, duuuuuh padahal kucing salah apa…sering banget saya nemu kucing dalam keadaan luka-luka, kalau sudah begitu pasti saya pungut, pelihara, saya bawa pulang, kasihan" ujarnya sedih.
Pak Ooy berharap Allah melapangkan hidup dan meluaskan rezeki istri, anak dan cucunya meskipun meski di dunia ia merasakan keterbatasan hidup. Dari pernikahannya dengan Patmiyati, Pak Ooy dikaruniai empat orang anak.
Kehidupan yang belum mapan, menjadikan anak anaknya masih tinggal seatap dengannya. Sekeluarga mereka menempati rumah milik kakak iparnya yang telah meninggal untuk dirawat dan ditempati. Sore itu saat tengah mengaji bersama keluarga, Pak Ooy mendapat kunjungan tamu yang tak disangkanya. Kru dari televisi nasional Trans7 datang untuk mengabarkan kabar gembira.
"Saya kaget sekali, orang dari Trans7 itu bilang bahwa karena semangat dan ketulusan saya menyelamatkan kucing-kucing , maka saya mendapat paket ibadah berangkat umrah gratis dari program acara Kain Ihram Trans7, Masya Allah…nikmat mana yang akan kamu dustakan," ujar Pak Ooy dengan mata berkaca-kaca.
Tak henti-hentinya Pak Ooy mengucap syukur, impian untuk bisa beribadah ke rumah Allah akan segera terwujud. Alhamdulillah.
Di Masjidil Haram, Pak Ooy sedikit terkejut, ia seakan disambut oleh seekor kucing berbulu tebal yang berjalan dengan terseok-seok. Tak menungu lama, kucing manis itupun langsung ia hampiri. Ingatannya kemudian kembali pada kucing kucingnya di Tanah Air.
Kehidupan yang belum mapan, menjadikan anak anaknya masih tinggal seatap dengannya. Sekeluarga mereka menempati rumah milik kakak iparnya yang telah meninggal untuk dirawat dan ditempati. Sore itu saat tengah mengaji bersama keluarga, Pak Ooy mendapat kunjungan tamu yang tak disangkanya. Kru dari televisi nasional Trans7 datang untuk mengabarkan kabar gembira.
"Saya kaget sekali, orang dari Trans7 itu bilang bahwa karena semangat dan ketulusan saya menyelamatkan kucing-kucing , maka saya mendapat paket ibadah berangkat umrah gratis dari program acara Kain Ihram Trans7, Masya Allah…nikmat mana yang akan kamu dustakan," ujar Pak Ooy dengan mata berkaca-kaca.
Tak henti-hentinya Pak Ooy mengucap syukur, impian untuk bisa beribadah ke rumah Allah akan segera terwujud. Alhamdulillah.
Di Masjidil Haram, Pak Ooy sedikit terkejut, ia seakan disambut oleh seekor kucing berbulu tebal yang berjalan dengan terseok-seok. Tak menungu lama, kucing manis itupun langsung ia hampiri. Ingatannya kemudian kembali pada kucing kucingnya di Tanah Air.
Tapi Pak Ooy tak bisa lama-lama bercengkrama dengan kucing itu, rombongan lain sudah menunggu dan rangkaian ibadah umrah harus ia jalani. Tak ada kata terucap selain syukur, Kakbah yang selama ini hanya ia lihat di tayangan televisi atau gambar sajadah, bisa ia sentuh langsung.. labbaik allahumma labbaik..
Kesempatan berdoa di tempat paling mustajab ini tak ia sia siakan. Pak Ooy semakin meyakini bahwa tak hanya orang berkecukupan saja yang bisa mendapatkan panggilan Allah ke tanah suci. Jika kebaikan dilakukan dengan tulus, Allah pasti memberi ganjaran kebahagiaan yang setimpal. Masya Allah.
Di depan Kakbah ingatannya melayang kepada kedua orangtua, istri dan anak-anak, juga orang orang sekitarnya. Mohon ampun atas segala dosa dan hidayah serta kebaikan untuk semuanya. Saat berjalan di pelataran Masjidil Haram, Pak Ooy melihat ada pria yang mendorong kursi roda istrinya tak memakai alas kaki, sebelumnya ia dengan sengaja membawa beberapa pasang alas kaki dari Tanah Air. "Sengaja saya bawa, kalau kalau ada yang butuh, eh beneran ada yang butuh…saya kasihkan saja..seneng sekali melihat dia nampak senang menerima sandal pemberian saya," ucapnya.
Di Jabal Rahmah, tempat pertemuan Adam dan Hawa, Pak Ooy pun teringat dengan istrinya. "Saya ingat istri saya, soalnya sebelumnya kemana-mana berdua sekarang ditinggal. Saya berdoa semoga bisa bawa dia ke Tanah Suci," demikian harap Pak Ooy. Sisa sandal yang ia bawapun ia bagi-bagikan di sana. Meski banyak yang heran mengapa ia memberikan sandal, bukan makanan atau kurma, tapi Pak Ooy yakin, Allah mengetahui segala niat hambanya.
Selain Jabal Rahmah, Pak Ooy mengunjungi Jabal Uhud. Lembah bukit ini pernah menjadi tempat perang dahsyat antara 700 kaum muslimin dan 3.000 kaum musyrikin Makkah. Tujuh puluh syuhada gugur termasuk Hamzah Bin Abdul Muthalib, Paman Nabi Muhammad SAW.
Pemandu yang menemaninya hingga ke atas Jabal Uhud ini tak hanya bercerita soal Peperangan Uhud yang dipimpin Rasulullah. Ia lalu bercerita mengenai banyaknya kebaikan yang bisa didapat manusia, tidak hanya saat menolong sesama manusia, tetapi juga saat menolong dan menjaga hewan makhluk ciptaan Allah.
Sumber
Kesempatan berdoa di tempat paling mustajab ini tak ia sia siakan. Pak Ooy semakin meyakini bahwa tak hanya orang berkecukupan saja yang bisa mendapatkan panggilan Allah ke tanah suci. Jika kebaikan dilakukan dengan tulus, Allah pasti memberi ganjaran kebahagiaan yang setimpal. Masya Allah.
Di depan Kakbah ingatannya melayang kepada kedua orangtua, istri dan anak-anak, juga orang orang sekitarnya. Mohon ampun atas segala dosa dan hidayah serta kebaikan untuk semuanya. Saat berjalan di pelataran Masjidil Haram, Pak Ooy melihat ada pria yang mendorong kursi roda istrinya tak memakai alas kaki, sebelumnya ia dengan sengaja membawa beberapa pasang alas kaki dari Tanah Air. "Sengaja saya bawa, kalau kalau ada yang butuh, eh beneran ada yang butuh…saya kasihkan saja..seneng sekali melihat dia nampak senang menerima sandal pemberian saya," ucapnya.
Di Jabal Rahmah, tempat pertemuan Adam dan Hawa, Pak Ooy pun teringat dengan istrinya. "Saya ingat istri saya, soalnya sebelumnya kemana-mana berdua sekarang ditinggal. Saya berdoa semoga bisa bawa dia ke Tanah Suci," demikian harap Pak Ooy. Sisa sandal yang ia bawapun ia bagi-bagikan di sana. Meski banyak yang heran mengapa ia memberikan sandal, bukan makanan atau kurma, tapi Pak Ooy yakin, Allah mengetahui segala niat hambanya.
Selain Jabal Rahmah, Pak Ooy mengunjungi Jabal Uhud. Lembah bukit ini pernah menjadi tempat perang dahsyat antara 700 kaum muslimin dan 3.000 kaum musyrikin Makkah. Tujuh puluh syuhada gugur termasuk Hamzah Bin Abdul Muthalib, Paman Nabi Muhammad SAW.
Pemandu yang menemaninya hingga ke atas Jabal Uhud ini tak hanya bercerita soal Peperangan Uhud yang dipimpin Rasulullah. Ia lalu bercerita mengenai banyaknya kebaikan yang bisa didapat manusia, tidak hanya saat menolong sesama manusia, tetapi juga saat menolong dan menjaga hewan makhluk ciptaan Allah.
Sumber