Connie Lipton mulai kebingungan menghadapi ulah Max, kucing berbulu jahe peliharaannya. Sejak diperbolehkan keluar rumah, Max selalu bermain di kampus Macalester College yang terletak di seberang rumah mereka di Minnesota.
âAwalnya Connie tidak khawatir, karena Max pergi sebentar lalu pulang. Namun lama kelamaan, justru keadaan berbalik, yakni Max pulang sebentar lalu pergi lagi. Itupun cuma minta makan. Duh!
âAwalnya Connie tidak khawatir, karena Max pergi sebentar lalu pulang. Namun lama kelamaan, justru keadaan berbalik, yakni Max pulang sebentar lalu pergi lagi. Itupun cuma minta makan. Duh!
Tak diketahui apa saja yang dikerjakan Max di kampus. Tentu bukan belajar, karena Max tak pernah bawa buku saat pergi. Connie mencurigai Max pasti menganggap para mahasiswa kampus adalah teman-temannya, sehingga saat semakin akrab Max jadi semakin malas pulang.
Benar saja, Connie mendengar bahwa Max berulah di kampus. Dari yang semula hanya bermain di halaman, Max sudah berani masuk kelas, juga perpustakaan. Max kadang tidur di kelas, mengeong ketika pelajaran, menyundulkan kepala dan minta dibelai temannya, dan banyak lagi! Kelakuan Max mulai tidak terkendali.
âMeski disayangi teman-temannya di kampus, sampai dibuatkan kartu perpustakaan lucu segala, namun Max mendapat larangan masuk ke kelas. Tingkah Max dianggap telah mengganggu pelajaran, malah tak jarang Max disuruh menjauh karena ia mengeong lantang di depan pintu kelas minta dibukakan.
âBegitu pula di perpustakaan, sudah ada larangan untuk Max. Siapapun tak boleh membiarkannya masuk. Sementara Max begitu ngotot ingin bermain dan bermain, tanpa peduli kampus adalah tempat belajar.
Keputusan Connie untuk mengurung Max di rumah pun tak menyelesaikan masalah. Karena di rumah Max kerap menatap keluar jendela ke arah kampus, seolah ia merindukan âtaman bermainânya di seberang jalan. Selain sedih, Max juga jadi uring-uringan di rumah. Ia sering mengacak-acak barang, mengeong dan hilir mudik tak karuan. Connie merasa serba salah.
Belakangan Connie bisa tersenyum lega, demikian pula Max, serta pihak kampus. Mereka menemukan solusi yang membahagiakan semua pihak. Yakni, memperbolehkan Max main di kampus dengan mengenakan leash atau tali kekang.
Max kini bisa belajar untuk mengerti tempat mana saja yang boleh ia masuki, selain itu juga Max berlatih menjadi kucing terapi. Keinginan Max untuk berteman nantinya akan lebih terarah sehingga ia malah bisa menjadi terapi stres bagi teman-temannya di kampus. Max juga dapat lebih mawas diri dengan tetap menjadi dirinya sendiri. Seekor kucing ramah yang sangat menyenangi pertemanan.
Benar saja, Connie mendengar bahwa Max berulah di kampus. Dari yang semula hanya bermain di halaman, Max sudah berani masuk kelas, juga perpustakaan. Max kadang tidur di kelas, mengeong ketika pelajaran, menyundulkan kepala dan minta dibelai temannya, dan banyak lagi! Kelakuan Max mulai tidak terkendali.
âMeski disayangi teman-temannya di kampus, sampai dibuatkan kartu perpustakaan lucu segala, namun Max mendapat larangan masuk ke kelas. Tingkah Max dianggap telah mengganggu pelajaran, malah tak jarang Max disuruh menjauh karena ia mengeong lantang di depan pintu kelas minta dibukakan.
âBegitu pula di perpustakaan, sudah ada larangan untuk Max. Siapapun tak boleh membiarkannya masuk. Sementara Max begitu ngotot ingin bermain dan bermain, tanpa peduli kampus adalah tempat belajar.
Keputusan Connie untuk mengurung Max di rumah pun tak menyelesaikan masalah. Karena di rumah Max kerap menatap keluar jendela ke arah kampus, seolah ia merindukan âtaman bermainânya di seberang jalan. Selain sedih, Max juga jadi uring-uringan di rumah. Ia sering mengacak-acak barang, mengeong dan hilir mudik tak karuan. Connie merasa serba salah.
Belakangan Connie bisa tersenyum lega, demikian pula Max, serta pihak kampus. Mereka menemukan solusi yang membahagiakan semua pihak. Yakni, memperbolehkan Max main di kampus dengan mengenakan leash atau tali kekang.
Max kini bisa belajar untuk mengerti tempat mana saja yang boleh ia masuki, selain itu juga Max berlatih menjadi kucing terapi. Keinginan Max untuk berteman nantinya akan lebih terarah sehingga ia malah bisa menjadi terapi stres bagi teman-temannya di kampus. Max juga dapat lebih mawas diri dengan tetap menjadi dirinya sendiri. Seekor kucing ramah yang sangat menyenangi pertemanan.
Related Post =