
Entah kenapa jadi teringat peristiwa beberapa tahun yang lalu.Saat-saat susah. Sangat susah...Aku bahkan tidak yakin bisa bertahan hidup kala itu. Yang kupunya hanya keluarga. Dan kucing. Ya... kucing.
Saat terpuruk pun aku masih bisa sombong dengan memelihara kucing. Mereka kuberi makan seadanya.Dan mereka memberiku cinta...Suatu hari ketika aku memberi makan ketiga kucingku ada satu kucing kecil yang melihat dari kejauhan.Warnanya putih abu-abu.
Usianya sekitar 3-4 bulan.Aku tahu dia lapar. Dan aku juga tahu tidak mudah untuk membujuknya ikut serta. Aku menghampirinya.Dia waspada. Kusodorkan piring kecil berisi makanan.Takut-takut dia melirik kepadaku dan makanan yang kusodorkan.Aku coba meyakinkannya, “Makanlah...”Dan dia mulai makan...Sejak saat itu kucingku bertambah satu.
Saat terpuruk pun aku masih bisa sombong dengan memelihara kucing. Mereka kuberi makan seadanya.Dan mereka memberiku cinta...Suatu hari ketika aku memberi makan ketiga kucingku ada satu kucing kecil yang melihat dari kejauhan.Warnanya putih abu-abu.
Usianya sekitar 3-4 bulan.Aku tahu dia lapar. Dan aku juga tahu tidak mudah untuk membujuknya ikut serta. Aku menghampirinya.Dia waspada. Kusodorkan piring kecil berisi makanan.Takut-takut dia melirik kepadaku dan makanan yang kusodorkan.Aku coba meyakinkannya, “Makanlah...”Dan dia mulai makan...Sejak saat itu kucingku bertambah satu.

Karena corak di hidungnya berbentuk hati maka dia kuberi nama Love.Sekilas tidak ada yang aneh padanya, tapi saat dia kugendong di perutnya ada benjolan seperti telur. Aku mengganggapnya lucu meskipun aku tidak tahu apa itu. Beberapa hari di rumah Love mulai menunjukkan hal yang aneh.Sesekali dia seperti kejang, meraung, dan mengejan kesakitan.Kakinya kaku dan cakarnya dia keluarkan semua.Tidak lama, hanya sekitar 5 menit, kemudian dia akan beraktifitas normal kembali.
Ada yang tidak beres.Aku tidak mungkin menunggu terlalu lama.Tidak bisa tidak, Love harus segera ditangani dokter hewan.Kupanggil dokter hewan ke rumah, kujelaskan kondisi Love, dan kujelaskan kondisi keuanganku.Aku tidak bisa membayar biayanya saat itu, dan kalau boleh aku akan mencicilnya.Dokter hewanku setuju.Dia memeriksa Love.Dia menjelaskankan bahwa benjolan di perut itu adalah hernia dan itu harus segera dioperasi.Biayanya ratusan ribu.Aku menarik nafas dalam-dalam. Aku hanya ingin Love sembuh.Aku setuju.
Dibawalah Love untuk dioperasi.Beberapa hari kemudian Love pulang.Tidak ada lagi kejang-kejang seperti sebelumnya.Aku senang meskipun itu berarti aku tambah hutang.Yang penting Love sembuh.Selang seminggu kemudian Love terkena diare, dan lagi-lagi dia mengerang kesakitan.Dia tidak mau makan dan terlihat sangat kesakitan. Aku panik. Aku hubungi lagi dokter hewan itu.Dia datang, memeriksa Love, dan dia menyarankan rawat inap.
Apa boleh buat, aku terpaksa menurut.Kuperhatikan semua yang Pak Dokter lakukan. Kutatap Love dengan cemas.Saat memasangkan infus ke tangan Love, tiba-tiba Pak Dokter berkelakar “Wah...kucing ini sudah seharga kambing ya...” Deg! Aku diam. Kaget. Sedih. Merasa bersalah. Tidak suka.Campur aduk.Kupaksakan tersenyum.
Kupandang Love yang tergolek lemah di kandang, dan aku berbisik “Gak papa ya sayang, yang penting kamu sembuh...”Kuantarkan Love pergi dengan Pak Dokter sampai depan rumah.Kudoakan yang terbaik untuknya.Sekarang yang bisa kulakukan hanya menunggu.
...
Seperginya Love, aku berpikir...Ternyata aku bisa menyisihkan uang seharga kambing qurban.
Padahal aku sedang terlilit banyak hutang.Sepertinya tidak masuk akal.Sepertinya mustahil . Tapi nyatanya aku bisa membayar biaya perawatan Love yang seharga seekor kambing. Aku menangis.Apa pilihanku salah Tuhan?
Aku lebih memilih menolong seekor kucing daripada berqurban untukMu... Hanya satu yang aku yakini, Tuhanku sangat baik. Tuhanku tidak ingin memberatkan umatNya. Tuhanku paling tahu keadaan hambaNya...Kupasrahkan semuanya padaMu, Tuhan....
...
Pak dokter rajin memberi kabar tentang perkembangan Love.Harapan itu ada.Hingga hari ketiga tiba-tiba kondisi Love menurun.Love tidak bisa diselamatkan.Love pergi....Pak dokter mengucap maaf.Aku bilang tidak apa.Aku berterimakasih karena beliau sudah berbuat yang seharusnya. Dan aku berterimakasih sudah diberi keringanan biaya dengan cara mencicil.
Seperti halnya aku, dokterpun hanya manusia.Aku tidak menyesal .Tidak ada penyesalan sama sekali.Tidak ada istilah menyesal karena menghabiskan uang begitu saja tanpa hasil.Kehidupan terus berjalan.Semuanya sudah diatur oleh Tuhan. Apalah arti lembaran kertas yang disebut dengan uang, toh nyawa tetap milik Tuhan.
Love dikirimkan Tuhan untukku. Dan meskipun hanya sebentar Love adalah bagian dari kehidupanku.Bagian dari pembelajaranku.Untuk mengajariku sesuatu.Hidup penuh dengan pilihan.
Bukan kita yang menilai pilihan itu baik atau buruk.Bukan urusan kita soal hasil akhir. Kesuksesan adalah bonus, kegagalan adalah ajang koreksi diri.Yang terpenting adalah niat, upaya, serta usaha yang sungguh-sungguh.Itulah yang menghilangkan penyesalan.
Love...
Beristirahatlah dalam damai...Meskipun kebersamaan kita hanya sebentar, aku selalu menangis saat mengenangmu...Terimakasih sudah memilihku...
Terimakasih...
diambil dari catatan foto Emak Kucing dengan diedit seperlunya
( saya baru nyadar dan baru mengalami pertama kali diomelin sama si pemilik asli tulisan, ditambah Emak-emak lagi...)
Ada yang tidak beres.Aku tidak mungkin menunggu terlalu lama.Tidak bisa tidak, Love harus segera ditangani dokter hewan.Kupanggil dokter hewan ke rumah, kujelaskan kondisi Love, dan kujelaskan kondisi keuanganku.Aku tidak bisa membayar biayanya saat itu, dan kalau boleh aku akan mencicilnya.Dokter hewanku setuju.Dia memeriksa Love.Dia menjelaskankan bahwa benjolan di perut itu adalah hernia dan itu harus segera dioperasi.Biayanya ratusan ribu.Aku menarik nafas dalam-dalam. Aku hanya ingin Love sembuh.Aku setuju.
Dibawalah Love untuk dioperasi.Beberapa hari kemudian Love pulang.Tidak ada lagi kejang-kejang seperti sebelumnya.Aku senang meskipun itu berarti aku tambah hutang.Yang penting Love sembuh.Selang seminggu kemudian Love terkena diare, dan lagi-lagi dia mengerang kesakitan.Dia tidak mau makan dan terlihat sangat kesakitan. Aku panik. Aku hubungi lagi dokter hewan itu.Dia datang, memeriksa Love, dan dia menyarankan rawat inap.
Apa boleh buat, aku terpaksa menurut.Kuperhatikan semua yang Pak Dokter lakukan. Kutatap Love dengan cemas.Saat memasangkan infus ke tangan Love, tiba-tiba Pak Dokter berkelakar “Wah...kucing ini sudah seharga kambing ya...” Deg! Aku diam. Kaget. Sedih. Merasa bersalah. Tidak suka.Campur aduk.Kupaksakan tersenyum.
Kupandang Love yang tergolek lemah di kandang, dan aku berbisik “Gak papa ya sayang, yang penting kamu sembuh...”Kuantarkan Love pergi dengan Pak Dokter sampai depan rumah.Kudoakan yang terbaik untuknya.Sekarang yang bisa kulakukan hanya menunggu.
...
Seperginya Love, aku berpikir...Ternyata aku bisa menyisihkan uang seharga kambing qurban.
Padahal aku sedang terlilit banyak hutang.Sepertinya tidak masuk akal.Sepertinya mustahil . Tapi nyatanya aku bisa membayar biaya perawatan Love yang seharga seekor kambing. Aku menangis.Apa pilihanku salah Tuhan?
Aku lebih memilih menolong seekor kucing daripada berqurban untukMu... Hanya satu yang aku yakini, Tuhanku sangat baik. Tuhanku tidak ingin memberatkan umatNya. Tuhanku paling tahu keadaan hambaNya...Kupasrahkan semuanya padaMu, Tuhan....
...
Pak dokter rajin memberi kabar tentang perkembangan Love.Harapan itu ada.Hingga hari ketiga tiba-tiba kondisi Love menurun.Love tidak bisa diselamatkan.Love pergi....Pak dokter mengucap maaf.Aku bilang tidak apa.Aku berterimakasih karena beliau sudah berbuat yang seharusnya. Dan aku berterimakasih sudah diberi keringanan biaya dengan cara mencicil.
Seperti halnya aku, dokterpun hanya manusia.Aku tidak menyesal .Tidak ada penyesalan sama sekali.Tidak ada istilah menyesal karena menghabiskan uang begitu saja tanpa hasil.Kehidupan terus berjalan.Semuanya sudah diatur oleh Tuhan. Apalah arti lembaran kertas yang disebut dengan uang, toh nyawa tetap milik Tuhan.
Love dikirimkan Tuhan untukku. Dan meskipun hanya sebentar Love adalah bagian dari kehidupanku.Bagian dari pembelajaranku.Untuk mengajariku sesuatu.Hidup penuh dengan pilihan.
Bukan kita yang menilai pilihan itu baik atau buruk.Bukan urusan kita soal hasil akhir. Kesuksesan adalah bonus, kegagalan adalah ajang koreksi diri.Yang terpenting adalah niat, upaya, serta usaha yang sungguh-sungguh.Itulah yang menghilangkan penyesalan.
Love...
Beristirahatlah dalam damai...Meskipun kebersamaan kita hanya sebentar, aku selalu menangis saat mengenangmu...Terimakasih sudah memilihku...
Terimakasih...
diambil dari catatan foto Emak Kucing dengan diedit seperlunya
( saya baru nyadar dan baru mengalami pertama kali diomelin sama si pemilik asli tulisan, ditambah Emak-emak lagi...)
Related Post =
Lewat Kebaikan Berantai, Membawa Kucing ini Bertemu Kembali dengan Pemiliknya !
Apa Karir yang Tepat Untuk Kucingku ?
Profesi Langka : Dog Handler Muslimah
Mau Mancing Dapat Kucing
Berkunjung ke Stasiun Shibuya ( Hachiko si Anjing setia & Cafe Kucing )
Lewat Kebaikan Berantai, Membawa Kucing ini Bertemu Kembali dengan Pemiliknya !
Apa Karir yang Tepat Untuk Kucingku ?
Profesi Langka : Dog Handler Muslimah
Mau Mancing Dapat Kucing
Berkunjung ke Stasiun Shibuya ( Hachiko si Anjing setia & Cafe Kucing )